Menurut T. Hasbi Ash-Shiddieqy, ada
tujuh belas ilmu-ilmu Al-Qur’an yang terpokok.
1)
Ilmu
Mawathin An-Nuzul: ilmu ini menerangkan tempat-tempat turunnya ayat, masanya,
awalnya, dan akhirnya.
2)
Ilmu
Tawarikh An-Nuzul; ilmu ini menjelaskan masa turunnya ayat dan urutan turunnya
satu persatu, dari permulaan turunya sampai akhirnya serta urutan turunanya
surah dengan sempurna.
3)
Ilmu Ashad
Al-Nuzul; ilmu ini menjelaskan sebab-sebab urunnya ayat.
4)
Ilmu
Qira’at; ilmu ini menerangkan bentuk-bentuk bacaan.
5)
Ilmu Tajwid;
ilmu ini menerangkan cara membaca al-Quran dengan baik.
6)
Ilmu Gharib
Al-Qur’an; ilmu ini menerangkan makna kata-kata yang ganjil dan tidak terdapat
dalam kamus-kamus bahasa arab yang biasa atau tidak trdapat dalam percakapan
sehari-hari.
7)
Ilmu I’rab
Al-Qur’an; ilmu ini menerangkan baris kata-kata al-Quran dan kedudukannya dalam
susunan kalimat.
8)
Ilmu Wujuh
Wa Al-Nasa’ir; ilmu ini menerangkan kata-kata al-Quran yang mengandung banyak
arti dan menerangkan makna yang dimaksud pada tempat tertentu.
9)
Ilmu
Ma’rifat Al-Muhkam Wa Al-Mutasyabih; ilmu ini menjelaskan ayat-ayat yang
dipandang muhkam (jelas maknanya) dan mutasyabih (samar maknanya, perlu
ditakwilkan).
10)
Ilmu Nasikh
Wa Al-Mansukh; ilmu ini menerangkan ayat-ayat yang dianggap mansyukh (yang
dihapuskan) oleh sebagian mufassir.
11)
Imu Bada’i
Al-Qur’an ; ilmu ini bertujuan menampilkan keindahan-keindahan Al-Qur’an dari
sudut kesusastraannya, keanehan-keanehan, dan ketinggian balaghahnya.
12)
Ilmu I’jaz
Al-Qur’an; ilmu ini menerangkan kekuatan susunan dan kandungan ayat-ayat
al-Quran sehingga dapat membungkamkan para sastrawan Arab.
13)
Ilmu Tanasub
Ayat Al-Qur’an ; ilmu ini menerangkan persesuaian dan keserasian antara satu
ayat dan ayat didepan dan yang dibelakangnya.
14)
Ilmu aqsam
Al-Qur’an; ilmu ini menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah tuhan yang
terdapat dalam Al-Qur’an.
15)
Ilmu Amtsal
Al-Qur’an; ilmu ini menerangkan maksud perumpamaan-perumpamaan yang dikemukakan
oleh Al-Qur’an.
16)
Ilmu Jidal
Al-Qur’an; ilmu ini membahas bentuk-bentuk dan cara-cara debat dan bantahan
Al-Qur’an yang dihadapkan kepada kaum musyrik yang tidak bersedia menerima
kebenaran dari tuhan.
17)
Ilmu Adab
Al-Qur’an; ilmu ini memaparkan tata cara dan kesopanan yang harus diikuti
ketika membaca Al-Qur’an
HADIST
HADIST
a.
Hadist
Qudsiy
Hadist
qudsiy ialah hadist yang disampaikan oleh rasullullah saw kepada para sahabat
dalam bentuk wahyu, akan tetapi wahyu tersebut bukanlah bagian dari
ayat Al-Qur’an.
Ciri-ciri hadist qudsiy:
1)
Ada redaksi
hadist qala-yaqulu allahu
2)
Ada redaksi
fi ma rawa/ yarwihi ‘anillahi fabaraku wata’ala
3)
Redaksi lain
yang semakna dengan redaksi diatas, setelah selesai menyebut rawi yang menjadi
sumber pertamanya, yakni sahabat. Contoh hadist qudsiy.
“Dari Abi
Dzar, dari Nabi saw, Allah swt berfirman :”wahai hamba-hamba-Ku, sungguh Aku
mengharamkan kedzaliman pada diri-Ku, (lebih kerena itu) Aku menjadikannya
diantara kamu sekalian hal-hal yang diharamkan, maka dari itu janganlah kalian
berbuat dzalim” (HR. Muslim).
b.
Hadist Qauli
Hadist qauli adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan atau pun ucapan
yang memuat berbagai maksud syara’, peristiwa, dan keadaan yang berkaitan
dengan aqidah, syariah, akhlak, atau lainnya.
c.
Hadist Fi’li
Yang
dimaksud dengan fi’li ialah segala yang disandarkan kepada Nabi saw berupa
perbuatannya yang sampai kepada kita. Seperti hadist tentang shalat atau haji.
d.
Hadist
Taqriri
Hadist taqriri adalah segala yang berupa ketetapan
Nabi saw terhadap apa yang datang dari sahabatnya. Nabi saw membiarkan suatu
perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat, setelah memenuhi beberapa syarat
baik megenai pelakunya maupun perbuatannya.
e.
Hadist Hammi
Hadist hammi adalah hadist yang berupa keinginan
Nabi saw yang belum terealisasikan, seperti halnya keinginan untuk berpuasa 9
Asyura, didalam riwayat Ibnu Abbas, disebutkan;
“Ketika Nabi
Saw berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa,
mereka berkata ,: Ya Rasullullah hari ini adalah hari yang diagungkan oleh
orang-orang Yahudi dan Nasrani, Nabi Bersabda, “tahun yang akan datang
insya’allah aku akan berpuasa pada hari yang kesembilan”. (HR. Muslim dan Abu
Daud).
Nabi
Muhammad Saw belum sempat merealisasikan keinginannya, kerena beliau wafat
sebelum bulan Asyura. menurut imam Syafi’i dan para pengikutnya, menjalankan
hadst ini disunnahkan sebagaimana sunah-sunah lainnya.
f.
Hadist
Ahwali
Yang
dimaksud hadist ahwali adalah hadist yang berupa hal ihwal Nabi Saw yang
menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya. tentang keadaan fisik
Nabi Muhammad Saw dalam beberapa hadist disebutkan bahwa tidak terlalu tinggi
dan tidak terlalu rendah. sebagaimana yang dikatakan oleh Al-bara dalam sebuah
hadist riwayat bukhari sebagai berikut : “Rasullullah saw adalah manusia yang
sebaik-baik rupa dan tubuh, keadaan fisiknya tidak terlalu tinggi dan pendek.”
(HR. Bukhari).
3.
Unsur-unsur
Hadist
a.
Sanad
Sanad
menurut bahasa adalah sesuatu yang dijadikan sandaran. sedangkan menurut
istilah terdapat perbedaan rumusan pengertian. Al-badru Bin Jama’ah dan
Al-thiby menyatakan bahwa sanad adalah berita tentang jalan matan. dan ada juga
yang menyatakan silsilah para perawi yang memikulkan hadist dari sumbernya yang
pertama.
b.
Matan
Matan
menurut bahasa mairtafa’amin al-ardhi
(tanah yang ditinggalkan), sedangkan menurut istilah adalah suatu kalimat
tempat berakhirnya sanad. Ada juga yang menyebutkan bahwa matan adalah
lafadz-lafadz yang didalamnya mengandung makna-makna tertentu. Dari semua
pengertian tersebut menunjukan bahwa yang dimaksud dengan matan adalah materi
atau lafadz hadist itu sediri.
c.
Rawi
Rawi berarti
orang yang meriwayatkan atau memberikan hadist.
4.
Fungsi
Hadist Terhadap Al-Quran
Dalam kitab
suci al-Quran terdapat ayat-ayat yang tidak jelas maksudnya. ayat-ayat yang
sepert ini memerlukan penjelasan. Penjelasan diberikan oleh Rasullullah saw,
melalui hadist /sunnah-sunnahnya. Oleh kerena itu fungsi hadist terhadap
al-Quran ialah lil bayan atau untuk memeberikan penjelasan.
meurut pendapat sy-syafi’i, ada lima
macam bayan atau penjelasan yang diberikan oleh hadist kepada al-Quran, yaitu:
a.
Bayan
tafshil : penjelasan untuk menjelaskan ayat-ayat mujmal atau ayat-ayat yang
sangat ringkas petunjuknya.
b.
Bayan
takhshish : penjelasan untuk menentukan suatu dari ayat yang sangat umu
sifatnya.
c.
Bayan ta’yin
: penjelasan untuk menentukan mana yang sesungguhnya dimaksud dari dua atau
tiga erkara yang mungkin dimaksudkan.
d.
Bayan
tasyri’ : penjelasan yang bersifat menetapkan suatu hukum yang tidak terdapat
dalam al-Quran.
e.
Bayan nasakh
: penjelasan untuk menentukan mana yang mengganti dan yang mana yang diganti
dari ayat-ayat yang terlihat seperti berlawanan.
5.
Beberapa
petunjuk dan ketentuan umum dalam memahami hadist
a.
Memahami
hadist sesuai petunjuk Al-Qur’an
b.
Menghimpun
hadist-hadist yang terjalin dalam tema yang sama
c.
Menggabungkan
antara hadist-hadist yang tampaknya bertentangan
d.
Memahami
hadist dengan mempertimbangkan latar belakangnya, situasi dan kondisinya serta
tujuannya ketika di ucapkan
e.
Membedakan
antara sarana yang berubah-ubah dan sasaran yang tetap.
f.
Membedakan
antara ucapan yang bermakna sebenarnya dan yang bersifat majas (kiasan) dalam
memahami hadist.
g.
Memastikan
makna dan konotasi kata-kata dalam hadis
A. KESIMPULAN
Al-Quran dan
al-hadist adalah sebagai sumber ajaran agama islam yang telah ditinggalkan oleh
rasullullah saw, yang merupakan segala macam cara untuk memecahkan semua
permasalahan yang ada sepanjang hidup manusia.
Pengertian
alqur’an adalah kallam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Untuk
disampaikan kepada seluruh ummt manusia sampai akhir zaman nanti. Selain
sebagai sumber ilmu pengetahuan, al-Quran juga sebagai peringatan bagi ummat
manusia, juga sebagai pembeda atas Nabi Muhammad terhadap Nabi-Nabi sebelumnya.
Sedangkan
Al-hadist adalah segala sesuatuyg mengenai perbuatan maupun perkataan
Rasullullah saw dan yang menyangkut hal ihwalnya. Hadis terdiri dari beberapa
unsur diantaranya; sanad, matan dan rawi. Adapun kegunaan dari hadist itu
sendiri adalah: untuk menjelaskan ayat-ayat al-Quran yang penjelasannya
bersifat umum.