Aku menatap dari kejauhan kotak
putih yang pernah diberikan Nania padaku sebagai salam perpisahan. Aku terus
menangis dengan tatapan kosong. ku biarkan air mata yang terus mengalir.
“Nania....Nania..Naniaaaa...”
aku histeris... aku menahan suara tangisku,aku takut Manda khawatir, padahal
malam itu adalah malam yang melelahkan.
Aku
mendekap kota putih itu perlahan,dan terus menangis.
Pagi
ini aku janji bertemu dengan Daniel. Tidak ada senyuman diwajahku. Mataku
sembab. Untuk menutupinya aku memakai kacamata hitam.
Sebuah
mobli melaju dan segera memakirkannya tepat dihadapanku. Ia menurunkan kaca
mobil.
“ayoo
masuk,” Daniel menyuruhku masuk. Aku duduk dibelakang,sementar Daniel didepan
beserta dengan supirnya.
“bagaimana
kabarmu?” suaranya terdengar cemas.
“aku
tidak begitu baik”
Malam
sebelumnya.....
“Begini...ketika
diruangan itu, ketika kamu meneriakki ku, kamu tidak melanjutkan
kata-katamu,dan kamu seperti mengenalku sebelumnya..dan satu hal lagi..ketika
kamu menabrakku kamu menyebutku ‘si Tam’,bisa kamu jelaskan apa maksud dari
semua itu?”
“uhmm..sebenarnya
ceritanya sangat panjang...”
“baiklah..akan
ku dengarkan”
“aku
mempunyai sahabat yang sangat berarti bagiku,saat itu ia menarikku karena dia
ingin menunjukkan padaku seseorang yang baru ia temui dan membuatnya jatuh
cinta...” bulir mata ku perlahan jatuh. “maaf..”
“ini..”
ia memberiku sapu tangannya.
Aromanya
wangi. Wangi sekali.
“dia
selalu menceritakan seseorang yang ia sukai itu padaku dan ia hanya menyebutnya
dengan sebutan ‘si Tampan’..kamu
tahu..siapa ‘si Tampan’ itu?” aku memberi jeda cerita ingin membuatny
menjadi penasaran. Dan aku kembali menghapus air mataku dan kuhadapkan wajahku
ke rembulan.
“apa
dia Aku? ‘si Tampan’”
Aku
tertegun. Aku menoleh ke arahanya. Terlihat wajahnya sendu. Dan..
“apa
sahabatmu bernama Nania?” ia menatapku dengan sendu. Suaranya,suaranya lembut.
Tidak
, aku tidak kuat, air mataku mengalir deras. “bagaimana..ka.kamu bisa tahu?
Katakan padaku,apa ada hal yang kamu tahu yang tak kuketahui?”
Daniel
menceritakan semua halnya padaku. Ia juga cerita bahwa ia juga sering melihatku
sewaktu dikampung. Bahkan ia lebih dulu melihatku baru setelah itu ia bertemu
dengan Nania. Hanya saja aku tidak menyadarinya. Setiap kali Nania berpapasan
dengan Daniel,Daniel selalu menyanyakan tentang diriku, siapa namaku, dan
bagaimana kabarku. Tapi Nania hanya menjawab dengan jawaban dingin. Terlihat
wajah tidak menyenangkan dari Nania mendengar perkataan Daniel yang sama sekali
tidak menyinggung tentang dirinya. Sesekali Daniel bertanya apakah Nania dan
aku bersahabat. Jika memang kenapa Nania akhir-akhir ini sendiri dan tidak
pernah mengajak aku. Lagi –lagi hal itu membuat Nania tidak senang. Hingga
suatu hari, Nania menyatakan perasaannya pada Daniel bahwa ia menyukainya. Dan
juga mengatakan ia tidak suka mendengar Daniel terus-terusan menanyai hal
tentang diriku.
“itu
tidak mungkin...tidak mungkin Nania seperti itu..dia bahkan tidak menceritakan
hal itu padaku..itu pasti bohong..”
“itu
kenyataannya...apa kamu pernah diberitahu
tentang siapa namaku?”
Aku
tertegun. Nania sama sekali tidak pernah memberitahu siapa nama ‘si Tampan’.
“cerita
ini belum selesai..aku harap kamu mau mendengarnya hingga akhir..hingga kamu
tahu apa yang sebenarnya terjadi..”
Saat
Daniel sudah harus kembali ke kota. Ia tidak memberitahu berita ini pada Nania.
Namun Nania sudah tahu sebelumnya. Ia menemui Daniel dan mengatakan bahwa ia
akan ke kota juga. Ia ingin bisa lebih dekat dengan Daniel.
“aku
akan tinggal di kota mu juga, aku berharapa bisa mendapatkan alamatmu” kata
Nania dengan wajah tersipu malu.
Daniel
hanya menunduk. Ada gurat kekecewaan dan tidak senang tergambar diwajahnya.
Namun ia tidak bisa menolak.
“terima
kasih,kalau begitu aku harus pamit dulu dengan sahabatku,” Nania pergi,namun
tiba-tiba berbalik.”apa mau titip salam buat sahabatku? Cin-ta-ka”
Daniel
tertegun,begitu ia bilang. Daniel hanya bisa menunduk.
Selama
di kota, Daniel dan Nania satu sekolah. Nania masih terus berjuang mendapatkan
hati Daniel. Tidak membenci Nania, hanya saja ia tidak bisa membuka hatinya
buat Nania. Hal itu lah yang selalu membuat Nania sedih. Nania mulai jarang masuk sekolah. Daniel
sedikit khawatir namun disisi lain ia merasa lega. Ketika pulang sekolah
seseorang datang menemuinya ia membawa kabar bahwa Nania masuk rumah sakit dan
ia sangat ingin betemu dengan Daniel. Daniel cemas dan ia segera melaju ke
rumah sakit. Ada perasaan aneh yang muncul dari dirinya, perasaan cemas yang
luar biasa.
Ia menatap Nania terbaring lemah
diranjang dari balik kaca ruang ICU. Mama Nania bilang ia barusaja dipindahkan
ke ruang ICU karena kondisinya parah. Dan ia sangat ingin bertemu dengan
Daniel. Dan juga ia sangat ingin bertemu dengan aku. Tapi hanya kamu yang bisa
ibu hadirkan, ibu masih belum sempat menghubungi aku karena ia tidak punya
kontakku.
Daniel menatap sedih. ia masuk ke
ruangan Nania. Ia melihat lekat-lekat wajah Nania, ada bulir air mata diujung
matanya. Ia merasa sangat kasihan dengan Nania. Entah perasaan apa ini yang
dari tadi ia rasakan,namun kini ia mengerti,Nania adalah orang yang sangat
berharga baginya, karena ia sudah menganggap Nania adalah sahabatnya.
“Nania..sa.sahabatku..cepat
sadar..cepat sembuh..Nania sahabatku..aku minta maaf sudah menyakiti
perasaanmu..ku mohon sadarlah..sadarlah..ku mohon” itu harapan Daniel. Namun
takdir berkehendak lain. Nania tidak sadar dan ia pergi selamanya.
Daniel
menerima surat wasiat dari Nania,yang berisi tentang permintaan maafnya yang
telah menganggu Daniel. Dan ia juga meminta Daniel jika ia bertemu dengan ku
sampaikan permintaan maaf Nania untukku. Ia merasa bersalah hingga saat ini
karena sudah menyembunyikan hal yang sangat penting dengan mengabaikan perasaan
sebagai seorang sahabat.
“kita
sudah sampai.. makam Nania” Daniel membukakan pintu mobil.
Badanku
bergetar. Rasanya aku ingin pingsan.
Aku
mengelus nama Nania.
“namanya
yang indah, aku selalu memuji namanya, tapi ia selalu meledek namaku,tapi itu
membuatku malah tertawa bahagia...hehe..bodohnya
aku,seharusnya...seharusnya..aku marah padanya..seharusnya aku mencubit
pipinya..seharusnya..dia tidak boleh pergi sebelum aku memarahinya..seharusnya
kalau dia mau minta maaf dia harus mengatakannya langsung..bukan
diwakilkan...seharusnya..hiks...hiksss...seharusnya aku harus lebih peka dengan
perasaanya...kenapa aku terlambat memahaminya...aku..hikkss...bukan..sahabat
yang baik baginya..Naniaaaaa....Maaaff..hikss...Maaf..hikkss..hikss...”
Aku
dan Daniel semakin sering mengunjungi makam Nania. Dan aku semakin sering
mendengarkan cerita tentang kebersamaan Daniel dan Nania yang sangat akrab. Itu
membuat rasa ridnuku pada Nania terbayarkan, sudah lama aku tidak mendengar
tentangnya ditambah lagi Daniel ternyata jago menirukan gaya bicara Nania.
Semakin kesini, aku menemukan sisi terbaik dari sisi Daniel.
Tidak
, jantungku. Deg. Wajahku merah.
“kenapa
kamu saat itu masih belum bisa membuka hati buat Nina?” bodoh,kenapa aku
bertanya hal itu.
Daniel
terdiam sejenak. Ia bahkan tidak jadi menyeruput cappucinonya,dan meletakkan
cangkirnya pada tadah.
“hemmm....ntahlah....aku
juga tidak tahu”
“maaf
aku menyakan hal yan aneh””
“tidak,tidak..itu
bukan hal yang aneh”
“tapi,...”
“aku
sudah tahu jawabannya...”
“benarkah?”
“ya..mungkin
hatiku bisa terbuka jika kamu yang mengetuk dan menyebutkan passwordnya” Daniel
tersenyum manis padaku.
Bahaya.
Wajahku memerah. Jantungku.
“kenapa
jawabannya aneh begitu?” aku tidak berani memandangnya.
“aku
menyukaimu....hatiku sudah terbuka untukmu...mau kah kamu masuk ke dalam hatiku
dan menjadi penghuninya..sebagai istriku...”
“a..ap..apaa?”
aku gemeteran.
“aku
melamarmu....”
“mm...iya
aku mau jadi istrimu..menghuni hatimu” hatiku bergetar. apakah ini adil? dia adalah seseorang yang selama ini sahabatku Nania kejar. Namun, walau bagaimanapun semua sudah menjadi masa lalu. Nania sudah tenang dipangkuan-NYA. Akan Aku jaga cinta yang telah Allah titipkan untukku, kan ku bangun cinta.
Sayap yang hilang. kepergian Nania dari desa ke kota membuatku tidak bisa seceria dulu saat bersamanya,bagai sayap yang hilang, aku tidak bisa terbang bersamanya menggapai mimpi-mimpi yang dulu pernah kami untai. Sayap yang hilang membuatku meniti arah jalan yang tidak kuketahui. Dan saatku mencari sayap yang hilang, ia sudah tidak bisa kembali lagi.
.
THE
END
Terimakasih
Arigatou ^^
Jazakumullah Khairan Katsiira kepada para pembaca isyarayle, semoga bermanfaat.
Penulis: Isya_Rayle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar