Jumat, 11 September 2015

Sayap Yang Hilang Part V (End)

Aku menatap dari kejauhan kotak putih yang pernah diberikan Nania padaku sebagai salam perpisahan. Aku terus menangis dengan tatapan kosong. ku biarkan air mata yang terus mengalir.
                
“Nania....Nania..Naniaaaa...” aku histeris... aku menahan suara tangisku,aku takut Manda khawatir, padahal malam itu adalah malam yang melelahkan.
                
Aku mendekap kota putih itu perlahan,dan terus menangis.
                
Pagi ini aku janji bertemu dengan Daniel. Tidak ada senyuman diwajahku. Mataku sembab. Untuk menutupinya aku memakai kacamata hitam.
                
Sebuah mobli melaju dan segera memakirkannya tepat dihadapanku. Ia menurunkan kaca mobil.
                
“ayoo masuk,” Daniel menyuruhku masuk. Aku duduk dibelakang,sementar Daniel didepan beserta dengan supirnya.
                
“bagaimana kabarmu?” suaranya terdengar cemas.
                
“aku tidak begitu baik”
                
Malam sebelumnya.....
                
“Begini...ketika diruangan itu, ketika kamu meneriakki ku, kamu tidak melanjutkan kata-katamu,dan kamu seperti mengenalku sebelumnya..dan satu hal lagi..ketika kamu menabrakku kamu menyebutku ‘si Tam’,bisa kamu jelaskan apa maksud dari semua itu?”
                
“uhmm..sebenarnya ceritanya sangat panjang...”
                
“baiklah..akan ku dengarkan”
                
“aku mempunyai sahabat yang sangat berarti bagiku,saat itu ia menarikku karena dia ingin menunjukkan padaku seseorang yang baru ia temui dan membuatnya jatuh cinta...” bulir mata ku perlahan jatuh. “maaf..”
                
“ini..” ia memberiku sapu tangannya.
                
Aromanya wangi. Wangi sekali.
                
“dia selalu menceritakan seseorang yang ia sukai itu padaku dan ia hanya menyebutnya dengan sebutan ‘si Tampan’..kamu  tahu..siapa ‘si Tampan’ itu?” aku memberi jeda cerita ingin membuatny menjadi penasaran. Dan aku kembali menghapus air mataku dan kuhadapkan wajahku ke rembulan.
                
“apa dia Aku? ‘si Tampan’”
                
Aku tertegun. Aku menoleh ke arahanya. Terlihat wajahnya sendu. Dan..
                
“apa sahabatmu bernama Nania?” ia menatapku dengan sendu. Suaranya,suaranya lembut.
                
Tidak , aku tidak kuat, air mataku mengalir deras. “bagaimana..ka.kamu bisa tahu? Katakan padaku,apa ada hal yang kamu tahu yang tak kuketahui?”
                
Daniel menceritakan semua halnya padaku. Ia juga cerita bahwa ia juga sering melihatku sewaktu dikampung. Bahkan ia lebih dulu melihatku baru setelah itu ia bertemu dengan Nania. Hanya saja aku tidak menyadarinya. Setiap kali Nania berpapasan dengan Daniel,Daniel selalu menyanyakan tentang diriku, siapa namaku, dan bagaimana kabarku. Tapi Nania hanya menjawab dengan jawaban dingin. Terlihat wajah tidak menyenangkan dari Nania mendengar perkataan Daniel yang sama sekali tidak menyinggung tentang dirinya. Sesekali Daniel bertanya apakah Nania dan aku bersahabat. Jika memang kenapa Nania akhir-akhir ini sendiri dan tidak pernah mengajak aku. Lagi –lagi hal itu membuat Nania tidak senang. Hingga suatu hari, Nania menyatakan perasaannya pada Daniel bahwa ia menyukainya. Dan juga mengatakan ia tidak suka mendengar Daniel terus-terusan menanyai hal tentang diriku.
                
“itu tidak mungkin...tidak mungkin Nania seperti itu..dia bahkan tidak menceritakan hal itu padaku..itu pasti bohong..”
                
“itu kenyataannya...apa kamu  pernah diberitahu tentang siapa namaku?”
                
Aku tertegun. Nania sama sekali tidak pernah memberitahu siapa nama ‘si Tampan’.
                
“cerita ini belum selesai..aku harap kamu mau mendengarnya hingga akhir..hingga kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi..”
                
Saat Daniel sudah harus kembali ke kota. Ia tidak memberitahu berita ini pada Nania. Namun Nania sudah tahu sebelumnya. Ia menemui Daniel dan mengatakan bahwa ia akan ke kota juga. Ia ingin bisa lebih dekat dengan Daniel.
                
“aku akan tinggal di kota mu juga, aku berharapa bisa mendapatkan alamatmu” kata Nania dengan wajah tersipu malu.
                
Daniel hanya menunduk. Ada gurat kekecewaan dan tidak senang tergambar diwajahnya. Namun ia tidak bisa menolak.
                
“terima kasih,kalau begitu aku harus pamit dulu dengan sahabatku,” Nania pergi,namun tiba-tiba berbalik.”apa mau titip salam buat sahabatku? Cin-ta-ka”
                
Daniel tertegun,begitu ia bilang. Daniel hanya bisa menunduk.
                
Selama di kota, Daniel dan Nania satu sekolah. Nania masih terus berjuang mendapatkan hati Daniel. Tidak membenci Nania, hanya saja ia tidak bisa membuka hatinya buat Nania. Hal itu lah yang selalu membuat Nania sedih.  Nania mulai jarang masuk sekolah. Daniel sedikit khawatir namun disisi lain ia merasa lega. Ketika pulang sekolah seseorang datang menemuinya ia membawa kabar bahwa Nania masuk rumah sakit dan ia sangat ingin betemu dengan Daniel. Daniel cemas dan ia segera melaju ke rumah sakit. Ada perasaan aneh yang muncul dari dirinya, perasaan cemas yang luar biasa.
Ia menatap Nania terbaring lemah diranjang dari balik kaca ruang ICU. Mama Nania bilang ia barusaja dipindahkan ke ruang ICU karena kondisinya parah. Dan ia sangat ingin bertemu dengan Daniel. Dan juga ia sangat ingin bertemu dengan aku. Tapi hanya kamu yang bisa ibu hadirkan, ibu masih belum sempat menghubungi aku karena ia tidak punya kontakku.
Daniel menatap sedih. ia masuk ke ruangan Nania. Ia melihat lekat-lekat wajah Nania, ada bulir air mata diujung matanya. Ia merasa sangat kasihan dengan Nania. Entah perasaan apa ini yang dari tadi ia rasakan,namun kini ia mengerti,Nania adalah orang yang sangat berharga baginya, karena ia sudah menganggap Nania adalah sahabatnya.
                
“Nania..sa.sahabatku..cepat sadar..cepat sembuh..Nania sahabatku..aku minta maaf sudah menyakiti perasaanmu..ku mohon sadarlah..sadarlah..ku mohon” itu harapan Daniel. Namun takdir berkehendak lain. Nania tidak sadar dan ia pergi selamanya.
                
Daniel menerima surat wasiat dari Nania,yang berisi tentang permintaan maafnya yang telah menganggu Daniel. Dan ia juga meminta Daniel jika ia bertemu dengan ku sampaikan permintaan maaf Nania untukku. Ia merasa bersalah hingga saat ini karena sudah menyembunyikan hal yang sangat penting dengan mengabaikan perasaan sebagai seorang sahabat.

                
“kita sudah sampai.. makam Nania” Daniel membukakan pintu mobil.
                
Badanku bergetar. Rasanya aku ingin pingsan.
                
Aku mengelus nama Nania.
                
“namanya yang indah, aku selalu memuji namanya, tapi ia selalu meledek namaku,tapi itu membuatku malah tertawa bahagia...hehe..bodohnya aku,seharusnya...seharusnya..aku marah padanya..seharusnya aku mencubit pipinya..seharusnya..dia tidak boleh pergi sebelum aku memarahinya..seharusnya kalau dia mau minta maaf dia harus mengatakannya langsung..bukan diwakilkan...seharusnya..hiks...hiksss...seharusnya aku harus lebih peka dengan perasaanya...kenapa aku terlambat memahaminya...aku..hikkss...bukan..sahabat yang baik baginya..Naniaaaaa....Maaaff..hikss...Maaf..hikkss..hikss...”

                
Aku dan Daniel semakin sering mengunjungi makam Nania. Dan aku semakin sering mendengarkan cerita tentang kebersamaan Daniel dan Nania yang sangat akrab. Itu membuat rasa ridnuku pada Nania terbayarkan, sudah lama aku tidak mendengar tentangnya ditambah lagi Daniel ternyata jago menirukan gaya bicara Nania. Semakin kesini, aku menemukan sisi terbaik dari sisi Daniel.
                
Tidak , jantungku. Deg. Wajahku merah.
                
“kenapa kamu saat itu masih belum bisa membuka hati buat Nina?” bodoh,kenapa aku bertanya hal itu.
                
Daniel terdiam sejenak. Ia bahkan tidak jadi menyeruput cappucinonya,dan meletakkan cangkirnya pada tadah.
               
“hemmm....ntahlah....aku juga tidak tahu”
                
“maaf aku menyakan hal yan aneh””
                
“tidak,tidak..itu bukan hal yang aneh”
                
“tapi,...”
                
“aku sudah tahu jawabannya...”
                
“benarkah?”
                
“ya..mungkin hatiku bisa terbuka jika kamu yang mengetuk dan menyebutkan passwordnya” Daniel tersenyum manis padaku.
                
Bahaya. Wajahku memerah. Jantungku.
                
“kenapa jawabannya aneh begitu?” aku tidak berani memandangnya.
                
“aku menyukaimu....hatiku sudah terbuka untukmu...mau kah kamu masuk ke dalam hatiku dan menjadi penghuninya..sebagai istriku...”
                
“a..ap..apaa?” aku gemeteran.
                
“aku melamarmu....”
                
“mm...iya aku mau jadi istrimu..menghuni hatimu” hatiku bergetar. apakah ini adil? dia adalah seseorang yang selama ini sahabatku Nania kejar. Namun, walau bagaimanapun semua sudah menjadi masa lalu. Nania sudah tenang dipangkuan-NYA. Akan Aku jaga cinta yang telah Allah titipkan untukku, kan ku bangun cinta. 

Sayap yang hilang. kepergian Nania dari desa ke kota membuatku tidak bisa seceria dulu saat bersamanya,bagai sayap yang hilang, aku tidak bisa terbang bersamanya menggapai mimpi-mimpi yang dulu pernah kami untai. Sayap yang hilang membuatku meniti arah jalan yang tidak kuketahui. Dan saatku mencari sayap yang hilang, ia sudah tidak bisa kembali lagi. 

                .

THE END
Terimakasih
Arigatou ^^
Jazakumullah Khairan Katsiira kepada para pembaca isyarayle, semoga bermanfaat.

Penulis: Isya_Rayle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar