Aku mencoba gamis merah itu. aku
terlihat percaya diri memakainya, ada rasa bahagia yang sudah lama tidak aku
rasakan, rasanya mirip ketika ayah memberikan kado diulang tahunku ke-9.
Ayah,disudut hatiku paling dalam, aku merindukannya.
Persahabatanku
dengan teman-teman Rohisku menjadi semakin erat. Perlahan-lahan aku mulai
terbuka dengan mereka, mendengar rumahku yang selalu sepi dari pulang sekolah
sampai malam mereka terkadang bahkan mabit dirumahku. Aku merasa senang. Hobi
menggambar komik alias mangaku pun berlanjut terus. Selain dimading rohis, manga-ku juga terbit sekali seminggu dalam majalah Sekolah. Lumayan banyak yang
menyukainya dan tertarik dengan cerita khas anak remaja dan hikmahnya, lagi-lagi
kebahagian itu terus muncul.
Aku
menuliskan semua perasaanku itu. mungkinkah aku sudah menemukan cahaya yang
hilang selama ini? mungkinkah inilah saatnya aku menepati janji ayah agar aku
tidak terus-menerus menjadi pemurung? baiklah, aku akan temukan kebahagianku.
“akane
dapat bea siswa ke jepang ibu.. jadi ibu gak perlu khawatir dengan biaya kuliah
akane” kataku ketika sudah kelas 3 SMA.
“benarkah...tapi...”
“ibu
ikut ke jepang saja...kita tinggal disana bersama” ajakku semangat.
“mmmm...oke...”
ibu mengedipkan matanya dan memberi jempolan.
Aku
melanjutkan kuliah di jepang untuk bidang kesastraan. Selain aku suka membaca
novel,menulis sebuah cerpen dan juga manga, aku ingin mengembangkan hobi serta
bakatku ketika di jepang nanti, aku bermimpi ada sebuah manga muslim/muslimah
menghiasi indonesia yang mayoritas muslim.
Ibu
dan aku bersama-sama bertahan hidup dinegeri orang. Walau ibu menikah dengan
ayah yang keturunan jepang, tapi ibu sama sekali belum pernah ketemu dengan
keluarga besar ayah yang dijepang, saat pernikahan ayah dan ibu hanya keluarga
besar dari ibu yang meramaikan.
“akane”
“hm..ya
bu”
“kapan-kapan
kita ke kyoto...yuk”
“hmm..
boleh juga,tapi kenapa kita tiba-tiba ke kyoto? Owhh..ibu ingin melihat wisata
yang sangat menarik disana yah?”
“iya..tapi
sebelum itu ada yang harus kita temui” ibu terdiam dan tidak melanjutkan
pembicaraan itu.
Aku
yang melihat wajah ibu seperti itu hanya bisa diam memandang langit biru dari
apartemen kecil kami.
***
Kyoto.
Ibu
dan aku menikmati wisata disana. Banyak turis asing disana, sesekali kami juga
berpapasan dengan orang indonesia yang juga berwisata disana. Aku seperti anak
kecil yang diajak main ke sebuah taman hiburan, melupakan semua penat yang
dirasa. Sebelum sore menjelang malam ibu mengajakku ke tempat yang ibu
bicarakan sebelumnya.
Seoran
lelaki yang sekitar berumur 40 tahunan lebih bersama dengan seorang wanita yang
juga 40th, menyambut kedatangan kami. Dua orang anak kecil berumur 9 dan 8
tahun berlari dan saling mengejar, bahkan sampai mengelilingiku.
“oneechan..tangkap
dia” pinta anak kecil perempuan itu dalam bahasa jepang. Aku sedkit
memahaminya.
Tapi
si anak laki-laki tetap terus mengejek anak perempuan itu.
“Mirai..kyouske..sudah
berhenti berlari begitu.ayo kesini dengan ibu..kita sambut tamu kita”
Mereka
berdua langsung menurut.Aku
sesekali mencoba mencermati dua pasang suami istri yang menyambut kami. Paman
tu tidak terlihat asing.
“aka-chan..bagaimana
kabarmu?” pertanyaan yang membuat airmataku jatuh tanpa ada suara
tangisan.”AYAH”.
Aku
lihat wajah ibu, tapi ibu hanya menunduk. Aku kembali menatap Ayah dengan wajah
sendu ia menyambut kehadiranku.
“aku
baik-baik saja..sungguh..” suaraku tercekat. Apa yang sebenarnya terjadi. ayah
menikah lagi? Dan dua orang tadi adalah saudaraku?.
Tidak
tahu apa yang terjadi,bagaimana,dan kenapa bisa?. Tidak sanggup aku
membayangkan dan menerka. Hanya satu hal, aku bisa bertemu dengan ayah. Luka tentu
saja ada,sesak, itu sudah pasti. Namun ibu mungki sudah tahu sejak lama dan
tidak pernah mengatakannya. Aku mungkin bisa saja marah, tapi tidak gunanya
menjelaskan atas banyak hal yang terjadi,aku lebih baik begini,menerima
keadaan, mencoba mengetahuinya berarti menyenandungkan luka. Cukup apa yang
sudah ku lihat sekarang sudah memberi penjelasan. Aku sudah menemukan
kebahagiaanku bersama ibu, itu sudah lebih dari cukup.
- The End -
Penulis : IsyaRayle
Penulis : IsyaRayle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar