Aku menerimanya dengan desir hati
yang tidak menentu ini. rasa ini muncul lagi sekian lama ku kubur semenjak
andre memutuskan meneruskan kuliahnya di Amerika. Aku tidak pernah mengatakan
kepadanya atas perasaanku padanya dulu ketika di SMA, bahkan aku tidak berusaha
menunjukkan padanya bahwa aku memiliki rasa padanya. Walau tetap saja orang lain
bahkan cukup memudah membaca gerak-gerik anehku jika dekat dengan andre. Namun
berbeda dengan sekarang, aku cukup tenang berbicara padanya dan berusaha
bersikap seperti teman lama yang bertemu lagi.
***
“ya silahkan”
Aku membukanya perlahan-lahan.
Apa isinya ya?
Taraa.. ternyata sebuah kalung
silver. Aku bisa menduga itu adalah kalung mahal. Kalung yang berkilauan itu
ada sebuah liontin dengan huruf AK. Apa maksudnya?
“sebuah kalung..ka..kamu yakin
memberikan ini untukku?” bisa saja dia salah kasih atau lainnya karena aku
benar-benar tidak benar percaya.
“benar..itu..untukmu...”
“terimakasih..kalungnya sangat
bagus..tapi tunggu..apa kamu jauh-jauh datang ke Amerika cuman mau kasih kado
ulang tahun ini untukku?” aku berusaha membuat lelucon.
“iya.. aku jauh-jauh kesini cuman
untuk ini..lebih tepatnya karena kamu”
Ssss....desir dihati itu
membuatku merinding. Itu bukan leluconkan?!. Aku terdiam dan aku berhenti
tertawa. Tanganku bergetar.
“kenapa? Kenapa harus kalung?
Kalung ini sangat mahal dan juga kesannya..”
“sebenarnya” andre memotong
pembicaraanku “ sebenarnya aku ingin memberikanmu cincin.....”
Ya ampun itu lebih-lebih bisa membuatku pingsan tidak percaya jika
benar-benar itu terjadi.
“tapi... jadinya kalung aja..kamu
gak suka ya?”
“a.aa..suk..suka..yah aku suka...
tapi..”
“aku sebenarnya...”
Ti..riiitt..ti..riiitt.. telpon
ku berbunyi.
“sebentar” aku merogoh tasku
“ya..ine.....mmm.... aku sudah pulang kok..tapi lagi dalam perjalanan
pulang...ya...kenapa?...... kamu sakit?........ sekarang
dimana?....oke...oke..aku segera pulang..kamu ambil obat didekat
kamarku...untuk meredakan sakitnya sementara yah..oke?yup..” aku panik rasanya
ingin segera cepat sampai ke apartemen.
“kenapa? Ada apa dengan ine?”
“dia sakit. aku harus segera
pulang”
“aku antar yaah...”
“enggak...enggak..enggak
usah..aku bi..”
“kalau bareng aku bisa lebih
cepat..”
Aku hanya bisa terdiam dan
mengikuti sarannya. Aku dan andre menuju tempat mobil andre diparkirkan. Aku
masuk dan duduk belakang kursi penumpang. Andre melihatku aneh dan sedikit
terkejut.
“aku duduk dibelakang boleh
yah...”
“boleh kok”
Andre pun melaju mobilnya dengan cepat.
Akhirnya Aku sampai lebih cepat. Aku tergesa-gesa menaiki anak tangga,sempat
terpeleset dan andre buru-buru memegang tanganku untuk menyelamatkanku. Dan aku
reflek menepisnya.
“a..a..maaf” aku benar-benar
tidak sengaja untuk menepisnya kuat.
Andre hanya mengangguk.
Akhirnya aku sampai dipintu
apartemenku. Aku benar-benar panik aku takut terjadi apa-apa dengan ine,
suaranya ditelpon tadi benar-benar terdengar sangat menyedihkan.
Tok..tok “ine..buka pintunya..ini
aku kayla.. kamu didalamkan.. “ aku baru ingat, kan aku ada kunci
cadangannya.aku lalu sibuk merogoh kunci dalam tasku. Aku benar-benar panik,
kunci itu terjatuh dan bergulir sampai ke kaki andre. Andre langsung
mengambilnya, walau ia hanya mengenggam tanganku yang sudah lebih dulu
mendapatkan kuncinya, lagi-lagi aku reflek menepisnya.
Andre terkejut.
“maaf..kay” kali ini ia yang
minta maaf.
“tidak..aku yang harusnya minta
maaf” aku langsung membuka kunci dan berhasil.
Aku masuk “ine..”
Dooaaarrr.....“SELAMAT ULANG
TAHUN”sebuah petasan kecil yang mengeluarkan berbagai macam warna-warni kertas
menghambur kewajahku. Aku benar-benar hampir mati dibuatnya. Teman-teman semasa
SMA ku hampir semuanya memenuhi rumahku. Aku menatap ine dengan kesal.
“maaf..” ia senyum sambil
mengedipkan mata jahilnya pada ku.
bersambung ...
Ketika January Berulang Tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar