Rabu, 09 September 2015

Ketika January Berulang Tahun Part II

Aku menerimanya dengan desir hati yang tidak menentu ini. rasa ini muncul lagi sekian lama ku kubur semenjak andre memutuskan meneruskan kuliahnya di Amerika. Aku tidak pernah mengatakan kepadanya atas perasaanku padanya dulu ketika di SMA, bahkan aku tidak berusaha menunjukkan padanya bahwa aku memiliki rasa padanya. Walau tetap saja orang lain bahkan cukup memudah membaca gerak-gerik anehku jika dekat dengan andre. Namun berbeda dengan sekarang, aku cukup tenang berbicara padanya dan berusaha bersikap seperti teman lama yang bertemu lagi.

“boleh aku buka sekarang?”

***



“ya silahkan”

Aku membukanya perlahan-lahan. Apa isinya ya?

Taraa.. ternyata sebuah kalung silver. Aku bisa menduga itu adalah kalung mahal. Kalung yang berkilauan itu ada sebuah liontin dengan huruf AK. Apa maksudnya?

“sebuah kalung..ka..kamu yakin memberikan ini untukku?” bisa saja dia salah kasih atau lainnya karena aku benar-benar tidak benar percaya.

“benar..itu..untukmu...”

“terimakasih..kalungnya sangat bagus..tapi tunggu..apa kamu jauh-jauh datang ke Amerika cuman mau kasih kado ulang tahun ini untukku?” aku berusaha membuat lelucon.

“iya.. aku jauh-jauh kesini cuman untuk ini..lebih tepatnya karena kamu”

Ssss....desir dihati itu membuatku merinding. Itu bukan leluconkan?!. Aku terdiam dan aku berhenti tertawa. Tanganku bergetar.

“kenapa? Kenapa harus kalung? Kalung ini sangat mahal dan juga kesannya..”

“sebenarnya” andre memotong pembicaraanku “ sebenarnya aku ingin memberikanmu cincin.....”


Ya ampun itu lebih-lebih bisa membuatku pingsan tidak percaya jika benar-benar itu terjadi.

“tapi... jadinya kalung aja..kamu gak suka ya?”

“a.aa..suk..suka..yah aku suka... tapi..”

“aku sebenarnya...”

Ti..riiitt..ti..riiitt.. telpon ku berbunyi.

“sebentar” aku merogoh tasku “ya..ine.....mmm.... aku sudah pulang kok..tapi lagi dalam perjalanan pulang...ya...kenapa?...... kamu sakit?........ sekarang dimana?....oke...oke..aku segera pulang..kamu ambil obat didekat kamarku...untuk meredakan sakitnya sementara yah..oke?yup..” aku panik rasanya ingin segera cepat sampai ke apartemen.

“kenapa? Ada apa dengan ine?”

“dia sakit. aku harus segera pulang”

“aku antar yaah...”

“enggak...enggak..enggak usah..aku bi..”

“kalau bareng aku bisa lebih cepat..”

Aku hanya bisa terdiam dan mengikuti sarannya. Aku dan andre menuju tempat mobil andre diparkirkan. Aku masuk dan duduk belakang kursi penumpang. Andre melihatku aneh dan sedikit terkejut.

“aku duduk dibelakang boleh yah...”

“boleh kok”

Andre pun melaju mobilnya dengan cepat. Akhirnya Aku sampai lebih cepat. Aku tergesa-gesa menaiki anak tangga,sempat terpeleset dan andre buru-buru memegang tanganku untuk menyelamatkanku. Dan aku reflek menepisnya.

“a..a..maaf” aku benar-benar tidak sengaja untuk menepisnya kuat.

Andre hanya mengangguk.

Akhirnya aku sampai dipintu apartemenku. Aku benar-benar panik aku takut terjadi apa-apa dengan ine, suaranya ditelpon tadi benar-benar terdengar sangat menyedihkan.

Tok..tok “ine..buka pintunya..ini aku kayla.. kamu didalamkan.. “ aku baru ingat, kan aku ada kunci cadangannya.aku lalu sibuk merogoh kunci dalam tasku. Aku benar-benar panik, kunci itu terjatuh dan bergulir sampai ke kaki andre. Andre langsung mengambilnya, walau ia hanya mengenggam tanganku yang sudah lebih dulu mendapatkan kuncinya, lagi-lagi aku reflek menepisnya.

Andre terkejut.

“maaf..kay” kali ini ia yang minta maaf.

“tidak..aku yang harusnya minta maaf” aku langsung membuka kunci dan berhasil.

Aku masuk “ine..”

Dooaaarrr.....“SELAMAT ULANG TAHUN”sebuah petasan kecil yang mengeluarkan berbagai macam warna-warni kertas menghambur kewajahku. Aku benar-benar hampir mati dibuatnya. Teman-teman semasa SMA ku hampir semuanya memenuhi rumahku. Aku menatap ine dengan kesal.


“maaf..” ia senyum sambil mengedipkan mata jahilnya pada ku.

bersambung ...
Ketika January Berulang Tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar