“maap..apa kamu
Gita Anggraini?” aku mendongak ke atas melihat sosok seorang pemuda yang juga
seumuran denganku. “aku Dino” senyumnya sumringah memberi kesejukan tersendiri
disiang hari panas begini.
***
“i..ii..ya aku Mi..eh..Gita
Anggraini..salam kenal” aku benar-benar gugup, aku memaksa wajahku senyum
semanis mungkin.
Dino adalah teman chatting Gita.
Gita memintaku untuk menggantikan dirinya untuk bertemu dengan Dino untuk kedua
kalinya. Sebelumnya ia pernah bertemu dengan Gita di perpustakaan umum. pertemuan
mereka saat itu Dino dan Gita sama-sama mengambil buku tentang sport, yakni
basket. Gita memang suka tentang dunia basket. Walau dalam keadaan sakit
seperti itu Gita tidak pernah memadamkan semangatnya untuk sembuh.
“kalau aku sudah sembuh
nanti..aku ingin segera bisa main basket.. pasti menyenangkan.” Kata Gita sambil
melambungkan bola basket yang ringan “walau saat ini hanya bisa begini.. dengan
bola basket main-mainan.. tapi aku benar-benar menantikan saat itu”
Siapa yang tidak terharu dengan
keinginan Gita yang seperti itu. aku belajar banyak dengannya. Maka dari itu
ketika Gita memiliki sebuah permintaan padaku, aku tidak bisa menolaknya.
“Gita..kamu yakin tidak
apa-apa?” aku menatap lekat Gita “ walau kita kembar.. tapi kita berbeda..”
“aku tidak ingin dia kecewa..
aku tidak ingin bertemu dengannya dalam keadaan sakit.. aku takut dia tidak
akan....tidak akan menyukaiku...”
“tapi aku kan..”
“jangan khawatir...aku
menceritakan semua tentangmu..” aku terkejut tidak percaya “walau dia hanya
tahu tentang namaku..tapi dia tahu semua tentangmu...aku..aku menceritakan
kepadanya tentang dirimu...aku mengatakan hobiku yang itu adalah
hobimu..kegiatan sekolah..dan juga ketua OSIS..semua tentang dirimu...aku tidak
tahu apa yang akan aku katakan..aku tidak ingin bilang kalau aku sakit...hanya
berdiam diri dirumah dan tidak melakukan apapun yang berguna seperti orang lain
lakukan..”
“Gita..aku tidak percaya kamu
lakukan hal itu..aku tidak suka..apalagi kamu merendahkan dirimu seperti
itu..sudahku bilang...kamu bukan beban dan jangan mengatakan hal itu lagi” aku benar-benar
marah dan tidak mengerti kemana semangat Gita yang selama ini. ku peluk dirinya
hangat. “akan ku kabulkan permintaanmu..tapi kamu harus menerima apa yang akan
terjadi nanti”
“hm...” Gita mengangguk.
“Makasih Mita..”
***
Di kafe bersama
Dino.
Aku Jujur Aku Sakit
Bersambung Part IV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar