Angin yang bertiup kencang malam ini. memburu masuk ke celah-celah jendela kamarku yang berwarna coklat. Kakak sudah berkali-kali memintaku untuk menutup jendela, tapi aku masih saja malas melakukannya, aku ingin merasakan angin sejuk malam ini.
"Makanya mandi sore, biar gak kepanasan malam-malam, cepat tutup pintunya mila, kakak kedinginan" keluh kakak yang sudah berkemul selimut, ia baru pulang dari kerjanya. Kelihatan capek.
"Siapa yang gak mandi sore coba? " Aku sebal dibilang begitu walau kenyataannya begitu. Aku menurutinya menutup jendela, namun sesaat sebelum menutup aku menangkap bayangan seseorang di rumah si pemilik senyum manis. Ia tengah berbicara dengan seseorang yang tidak begitu jelas ku lihat.Kelihatannya seorang pria dengan jaket hodie abu-abu dan topi hitam. Bang Afkar berbicara santai dan ramah seperti biasanya.
Namun saatku sedang asyik mencari tahu, Bang Afkar menoleh ke arahku, aku refleks langsung menutup jendela dengan cepat, jantungku rasanya mau copot, aku seperti sedang men-stalk seseorang.
"Astaghfirullah"
"Kenapa Mila?" Tanya kakak penasaran yang coba bangkit dari tempat tidur.
"Bukan apa-apa kok kakak,hehe" Aku cepat-cepat berusaha tenang, bisa-bisa kakak ngeledekin aku kalau tahu apa yang sedang aku lakukan.
Malam ini, aku masih berkutat dengan poster yang harus segera diselesaikan karena komikku harus segera disusun untuk chapter berikutnya.
*
Menghabiskan waktu liburan sehabis menguras otak dan pikiran menghadapi UN SMA, bukanlah hal yang mudah, namun untunglah aku masih punya aktivitas yang bisa menyibukkan diriku dan tidak membuatku terus-terusan memikirakn ehem..ehem. Sudahlah.
Hobi menggambarku memang serius kutekuni setahun atau dua tahun yang lalu, sebelumnya aku tidak begitu percaya diri sampai pinky sahabatku memberi ku dukungan. Ia maniak manga atau bisa dikatakan otaku. Ia sangat suka dengan hasil gambarku.
"Buat komik aja, mil" celetuknya saat aku sedang menggambar tokoh anime kesukaannya, dibuku diarynya.
"Aku gak pede, lagian gak gampang kali bikinnya"
"Gak masalah, kan masih belajar, aku pinjemin deh semua komikku buat kamu? atau kamu mau beberapa aku kasih gratis deh.." Aku tersenyum.
Dia tidak pernah menyerah untuk meyakinkanku bahwa aku bisa menjadi seorang komikus profesional. Semoga, Aamiin.
"Waaahh.. bagus posternya mil, buat siapa?" Pinky yang baru saja berlibur dari kampung halamannya pagi-pagi sudah mengunjungi rumahku dan masuk ke kamarku yang masih saja berantakan, dan mengambil poster.
"Untuk bang Afkar, beliau minta tolong dibuatkan" aku berusaha untuk berekspresi sedatar mungkin.
"Ciee..eheme..ehem.." Kakak dan pinky tidak jauh bedanya.
Aku mengajak pinky sarapan pagi. Ini masih jam 7 pagi dan ia benar-benar datang sangat pagi ke rumahku.
Aku membantu Ibu dan Ayah menyiapkan sarapan serta membuka warung. Adik lelakiku yang bernama Syarif sudah duduk sambil menghabiskan sarapannya.
"Assalamu'alaikum ganteng" Sapa pinky pada Syarif. aku senyum-senyum geli mendengarnya. Ganteng dia bilang?
"Wa'alaikumsalam" Syarif menjawab sedingin mungkin.
"Kamu masih aja dingin ya dek, besok-besok kalo jadi istri kakak harus romantis ya" Pinky semakin genit menggoda adikku, aku semakin geli mendengarnya.
"Astaghfirullah pinky"
"Maaf mil, bercanda, habis adikmu ini, orangnya dingin banget kayak freezer"
Adikku tidak berkomentar apapun, wajahnya tetap sedatar aku melihatnya saat sedang asyik makan.Ia pun pamit berangkat sekolah, tahun ini ia akan naik ke kelas 2 SMA.
"Oia, beberapa hari yang lalu, aku lihat Syarif di sekitar distro" Pinky membuka cerita masih seputar adikku.
"Beberapa hari yang lalu? lho bukannya kamu masih di palembang?"
"Sebelum ke palembang"
"Owh, terus kenapa?" Aku jarang ingin tahu tentang adikku, benar yang dibilang pinky, dia freezer, karen itulah aku tidak begitu tertarik tentang aktivitasnya,
tapi kali ini aku ingin tahu apa yang dilakukannya disana.
"Dia sedang bersama dengan seorang perempuan cantik"
Hampir saja aku memuntahkan susu coklat yang sedang ku minum, untung saja aku masih bisa mengendalikannya.
"Pelan-pelan dong minumnya"
"Apa?" aku berusaha menurunkan intonasi suaraku agar Ayah dan Ibu tidak dengar. sebagian aku merasa penasaran dan sebagian lagi aku merasa bersalah "Apa yang dilakukannya disana?"
Aku ingin tahu tentang adikku lebih banyak lagi, akhir-akhir ini aku memang merasakan hal yang aneh dengan dirinya. Dia yang selama ini begitu religius dan tenang bahkan ketenangannya seperti laut di tengah musim salju.
Maafkan aku adikku, aku harus tahu ada apa denganmu.
*Bersambung
Ep5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar