Rabu, 15 Maret 2017

My Story About You : Episode 7 (Sosok yang bersinar di Festival)


Malu tapi mau.
Diam-diam aku menatap sekeliling kamarku. Perlahan melangkah ke ujung pintu kamar. Celingak-celinguk memastikan  tidak ada orang. Astaghfirullah, apa yang kulakukan.

Aku menutup pintu kamar dan menguncinya rapat. Berjalan menuju meja belajar lalu menarik kursi dan mencari posisi duduk yang nyaman. Aku membuka laci dan mengambil selembar photo.

Ya, itu photo yang pernah geger seantero kamarku.
Aku menatapnya dengan senyuman yang malu, ada rasa bersalah dan rasa senang. kamu tentu tahu maksudku. Aku masih malu tapi mau untuk mengakui.

Aku bingkai photo itu dengan bingkai photo yang sudah kubuat sendiri. Semoga ini bukan hanya sekedar pigura biasa.

"Syarmila, kamu ngapain pakai kunci kamar segala? Pinky sudah datang cepat kebawah?" 

"Ya bu?" Astaghfiirullah benar juga, aku harus siap-siap. Untung baju sudah disiapkan dan aku tidak hobi dandan, tinggal bedakan aja trus kasih parfum selesai. Tapi memattutkan diri dikaca sangat lama, mencari senyum-senyum terbaik jika bertemu dengan, ah sudahlah.

"Kamu kok lama banget sih? keburu siang acaranya" keluh pinky yang sudah menunggu dengan bergaya stylish."Kamu yakin pakaianmu cuman gitu aja?" goda pinky melihat penampilanku yang sederhana.

"Kenapa? memangnya ada masalah?" 

"lho masalah dong, kamu tu harus tampil lebih manis dihad-"

"Stop, yuk kita berangkat, bukannya kamu bilang kita udah keburu siang" 

Aku cukup tampil apa adanya diriku, daripada harus membuat hal yang bukan menjadi ciri khasku. Gamis jins dengan gaya baju monyet serta jilbab segi empat warna biru, itulah diriku. sederhana dan tidak neko-neko. Begitulah diriku, masih malu tapi mau untuk mengatakan inilah aku.

***

"Wuaaaahh.. ramai ya?" Pinky sudah bersemangat ingin menjajaki setiap stand yang ada di festival itu. "Kartumu mana mila? sini kita beli kue cilok disana, kayaknya enak"

"Tunggu sebentar" Aku sibuk krusak krusuk mencari kartu di tas mungilku.

"Selamat datang, ada yang bisa dibantu?" Sapa salah satu penjaga stand tempat kami ingin membeli cilok.

"Mau beli cilok kak, dua eh lima aja deh"

"Baik,sebentar ya-"

"Gratis kan kak?" Tanya pinky sambil menunjukkan kartu VIP. walau dia anak orang berada jika ada makan gratis alias cuma-cuma ia tidak mau melewatkannya.

"Wah mbak nya punya kartu VIP, benar gratis kalau ada kartu ini, ngomong-ngomong dapat dimana?" Penjaga stand itu sedikit memelankan suaranya.

"Ra-ha-sia" Bisikku memotong pinky yang sudah mau memberitahu siapa.

Pinky menatap heran diriku dan penjaga stand tampak sedikit kecewa.

Setelah mengantongi cilok, pinky masih belum puas berjalan, ia mau beli minuman untuk pelepas dahaganya.

"Mila, itu bukannya poster yang kamu buat itu? berarti itu stand nya bang Afkar, ayok kita kesana"
Pinky menarik tanganku dan mengajakku berjalan lebih cepat.

"Pelan-pelan pinky" Aku berusaha mengatur nafas dan jantungku yang berdetak tak beraturan.

"Assalamu'alaikum kak," Sapa pinky. ia tidak ada capeknya masih tetap ceria.

Sedang aku masih ngos-ngosan dan sibuk mengatur nafas, tubuhku memang tidak sekuat tekadku.

"Wa'alaikumsalam, ada yang bisa dibantu?"

"Mau nanya ini beneran standnya bang Afkar ya kak? mahasiswa yang tampan itu lho yang kalo senyum bikin teman saya yang ini klepek-klepek"

Aku kaget, kenapa pinky bilang begitu. Tidak butuh waktu lama, aku langsung punya tenaga untuk mencubit pipinya.

"Duh sakit"

"Bang Afkar itu ketua panita festival, tapi ini juga standnya beliau, kalo mau tahu dia dimana cari aja di-"

"Hari ini dia tidak datang" tiba-tiba muncul sosok tinggi dengan tubuh seperti atletis, aku mengatakan hal itu karena tubuhnya yang gegap tapi tidak lebay. Laki-laki dengan menggunakan kemeja biru muda dan kaos putih didalamnya."Aku menggantikannya sebagai ketua panita, jika ada keluhan jangan sungkan bilang padaku" ia baru sadar jika ada kami yang masih termenung melihat kehadiranya.

"Adik-adik manis ini dari mana?"

"Adik-adik ini yang cari Afkar, zah" jawab kakak penjaga stand. ia pun kembali sibuk melayani pelanggan yang baru datang.

"Kalian mencarinya? ada urusan apa? owh...kalian fansnya ya?"

"Bukan saya kak, tapi teman saya ini syarmila" 

Aku kaget untuk kedua kalinya, lagi-lagi pinky menjual namaku. Aku sikut dirinya.

"Owh,,ini yang namanya syarmila?" wajah laki-laki itu tampak bersinar "Terimakasih untuk posternya, gambarmu bagus, tapi...rasa-rasanya gambar itu punya ciri khas mirip dengan komik yang suka Abang baca, apa ka-"

"Dia ini memang seorang komikus, komiknya yang terbit tiap hari kamis itu lho majalah Remaja" Pinky dengan semangat menjelaskan, aku hanya bagian tinggal senyumnya saja.

"MasyaAllah, Abang gak sangka bisa ketemu dengan Authornya langsung, boleh minta ttd nya? Abang juga punya buku komiknya" ia pun sibuk dengan mengambil buku didalam tasnya.

"Aku gak nyangka mila, gagah-gagah begini suka baca komik anak remaja" bisik pinky. 

"Hush" aku menyikut pinky. "komikku itu bukan komik biasa tau, semua orang boleh baca-"

"termasuk usia senja begitu?" tawa pinky geli. Aku juga ikut tertawa,

"Ini, silahkan ttd disini" 

"Oke"

"Boleh bikin 'Untuk Hamzah, semoga segera menikah' kan? terimakasih"

Aku yang sudah akan menggores pena diatas buku yang mulai kusam itu, tiba-tiba tertawa lepas. Tidak biasanya aku begitu.

"Mila?" Pinky menatapku heran. "Kamu ketawa? hahaha"

"Hahaha, lucu aja pinky, Eh maaf ya bang" tiba-tiba aku merasa tidak enak sudah menertawakannya.

"Haha, Gak masalah kok" Wajah laki-laki itu bahkan jauh lebih bersinar dari sebelumnya.

Aku malu tapi mau untuk mengatakan bahwa Abang yang dihadapanku ini,sungguh lucu, aku seperti melihat sosok Kak syanas di dirinya. 

Tapi, dimana Bang Afkar kenapa tidak datang? Kemana dia?. Aku ingin mengetahuinya dan bertanya pada Bang Hamzah tapi aku urung dan lebih memilih tertawa untuk satu hal ini 'Untuk Hamzah, semoga segera menikah'.

*Bersambung
Ep8


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar