Rabu, 09 September 2015

Sayap Yang Hilang Part II

Aku tidak tahu apa yang membuatku begitu bertekad datang ke kota yang menjadi pesan dari Nania saat terakhir kami bertemu dan saat ia berpamitan denganku. Dari kejadian itu seakan ia ingin menyatakan bahwa kita tidak akan jadi sahabat lagi dan kita tidak akan bertemu lagi,jadi jangan mencariku. Aku tidak mengerti kenapa aku menyimpulkan hal itu. ada rasa sakit yang menusuk hati seriring dengan air mata yang mengalir dipipi.
               

                Sepulang dari kerja aku harus buru-buru menyiapkan diri untuk pergi kuliah. Tempat kerja dan kuliahku tidak jauh dari tempat tinggal. Hanya sekali naik busway saja aku sudah sampai.
                
“Manda,Cin pegi kuliah dulu”
                
“hati-hatiya..dan Semangat” Manda mengedipkan matanya dan menunjukkan jempol kanannya.
                
Aku tersenyum “Assalamu’alaikum”.
                
Malam ini dosen tidak hadir,padahal aku berusaha untuk datang tepat waktu. Aku sedikit merasa kesal. Suasana kelas menjadi bising,dosen hanya meninggalkan tugas yang harus dikumpulkan setelaha kelasnya habis.
                
bruuk. Pandanganku langsung ke arah sumber suara. Seorang mahasiswa cantik jatuh dan seorang mahasiswa yang tertunduk dengan wajah yang ditutupi poni rambutnya. Ia tidak membantu mahasiswa yang jatuh tepat didepannya,ia hanya berlalu pergi seakan-akan mengatakan ‘menganggu jalanku saja’.
                
“hey..kamu” semua orang tertuju padaku. Entah darimana asal kekutanku itu berasal sehingga aku berani mengatakannya dengan lantang,namun yang kau tahu, aku kesal melihat seorang lelaki bahkan mengabaikan seseorang yang jatuh didepannya,atau bahkan mungkin gara-gara dia mahasiswa cantik itu jatuh dan tidak mau mengaku salah.
                
“kamu....” namun ketika aku melihat dengan jelas wajah lelaki itu. tampan ,sangat tampan,bukan,bukan bukan tampannya yang membuatku terpaku,namun,ia adalah seseorang yang ku kenal dulu,ketika di kampung. Aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku, bibirku kelu dan hanya bisa tertunduk. Aku kembali ke poisi tempat dudukku. Badanku bergetar, aku tidak bisa melihatnya lagi.
Lelaki yang melihatku hanya memandang sendu dan tidak mengerti kenapa aku meneriakkinya. Aku mendengar langkah kakinya keluar dari ruangan.

                
Aku merasakan lelah yang teramat sangat malam itu. aku memikirkan kejadian itu. dari mulai ia keluar ruangan hingga ia tidak terlihat lagi.
                
“sini,biar Manda urut badanmu yang lelah itu,Manda akan beri kekuatan penuh Manda” Manda menjadi sangat khawatir ketika pulang dari tempat kuliah kau tumbang dan beberapa menit sempat pingsan.
               
 “Manda,Maaf merepotkan Manda”
                
“Bagi Manda ini bukanlah hal yang harus cintka minta maaf,Cintaka,harus sehat dan kuat, karena besok akan menyongsong hari baru yang lebih cerah.maka itu...maka itu.cintaka...” aku tertidur.

                
Nania dan aku suka bermain basket. Kami bahkan berlomba siapa yang lebih banyak memasukkan bola ke ring. Bagi yang kalah ia harus menceritakan hal yang lucu atau sesuatu yang lucu kepada si pemenang,hukuman bisa dianggap berhasil dijalani,jika si pemenang berhasil tertawa dengan leluconnya. Lapangan basket yang tak seberapa besarnya menjadi markas kami. Diatas ring ada rumah kayu dalamnya. Markas kami yang menjadi saksi segala yang tejadi,kegembiraan,semangat membara ketika berlomba,semuanya. Namun ketik Nania sudah pergi tempat itu menjadi suram dan kesedihan yang terpancar.
                
“cintaka..”
                
“Nania,kamu kemana aja sih telat,aku dari tadi nungguin..”aku kesal, aku mendribbel bolanya dengan cepat,dan meng-shoot nya ke ring ‘goal’, “kamu tahu..hari ini aku su....”
                
“ayoo,,kesini cepat” Nania menarik tanganku.
                
“hey,kita mau kemana? Kenapa buru-buru?”
                
“udah..lihat aja,ayo cepat nanti dia menghilang” jawab Nania semangat.
                
“dia...?”


Sayap Yang Hilang
Bersambung Part III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar