Rabu, 09 September 2015

Akane Menemukannya


Saat ada kerinduan terdalam yang tidak sempat kau sampaikan...
Saat ada kesedihan hati yang tidak ingin kau tunjukkan...
Saat ada keinginan dan impian yang tidak bisa kau wujudkan...
Mungkinkah kau merasa hidup...??

***
Kenalkan namaku Akane wiransyah. Aku sangat suka warna merah, itu karena Ayah selalu memberiku hadiah dengan warna yang merah. Tempat tidur, walpaper dinding, semuanya didominasi oleh warna merah, sehingga lama-kelamaan aku menyukainya. Ayah juga pernah bercerita padaku, waktu aku bayi, kulitku sangat merah.

“Aka, kulitnya Aka, merah sekali,manis” seru ayah waktu menggendongku yang masih dalam tangisan.

Ayah bercerita penuh dengan kegembiraan.“aka dalam bahasa jepang berarti “Merah” itulah kenapa, ayah memberimu nama Akane” cerita ayah sambil membelai rambut lurusku waktu aku masih berumur 6 tahun.

Ayahku adalah orang keturunan jepang. Ayah sudah tinggal di indonesia sejak masih berumur 6 tahun, ibu ayah yaitu nenekku adalah orang jepang yang menikah dengan seorang yang mempunyai keturunan darah Indonesia yaitu kakekku. Tapi saat ayah sudah berumur 24 tahun, kakek dan nenekku meninggal dalam kecelakaan pesawat, peristiwa yang sangat membuat ayahku terpukul. Namun ayah bertemu dengan ibu, ayah jatuh cinta, ayah menemukan harapan.

“saat ayah menatap wajah ibumu, ayah menemukan cahaya hidup yang selama ini sudah hilang dari hidup ayah semenjak kakek dan nenek aka-chan meninggal” cerita ayah sambil merangkulku saat kami duduk disofa. Waktu itu aku berumur 8 tahun.
             
“akane” pesan ayah “akane harus tetap bersemangat dan temukan cahaya hidup,akane tidak boleh jadi anak yang pemurung, akane janji?” ayah dan aku melakukan janji kelingking.

“janji ayah” aku tesenyum manis, manis sekali.
           
Ayah selalu menasehatiku, mungkin memang wajar seorang ayah menasehati anaknya, namun kali ini lebih sering, lebih banyak,dan semua yang diceritakan tidak semua bisa kupahami karena mengenai masa lalu ayah.

“aka, tidak mengerti dengan kisah ayah yang ini?”

“tidak” aku menggeleng dan memanyunkan mulutku.
             
“heuuumm, kalau begitu akane tulis saja dicatatan atau dimana gitu, besok kalo akane sudah besar, ini akan menjadi nasehat yang bagus, yang penting akane tulis saja”

“oke,akane tulis,ingatan akane kan bagus,akane juga suka nulis” aku bergaya manja sambil menunjuk kepala dengan telunjuk. Ayah tertawa dengan tingkahku.

“ketawain apa siih? Ibu ikut nimbung dan menyubit ayah dan tidak mau berhenti tertawa, aku saat itu ikut tetawa riang bersama.
           
Hari-hari berlalu dalam kecerian. Aku semakin senang menulis, aku benar-benar menikmatinya walau aku masih belum mengerti betul apa yang ayah bicarakan. Hari ulang tahunku ke-9, ayah berjanji memberiku hadiah sebuah buku catatan yang indah dan warna merah yang menawan ditemani boneka bear yang warna merah, mataku berbinar-binar merasakan kesenangan.
           
“ayah,bingung mau ngasih apalagi, semua sudah akane punyai, jadi ayah belikan buku karena akane suka menulis”

“ini sudah luar biasa kok ayah” aku mengangkat hadiahnya tinggi-tinggi dan berputar “terimakasih ayah”

‘dan ini dari ibu” ibu memberiku sebuah kotak yang berisi topi kupluk warna biru.

“makasih ibu” aku mencium ibu.

Saat itu, ingin selamanya aku merasakan kebahagian ini selamanya bahkan ingin lebih dimasa yang akan datang, namun hidup bukanlah hanya ada suka, juga ada duka yang mendampingi.
Seminggu setelah hari ulang tahunku ke-9. Disaat ibu menanti kepulangan ayah dari tempat kerja, malam,larut malam. Ibu selalu menanti-nanti,sesekali menatap ponsel,sesekali menelpon ayah,namun ibu tidak mendapatkan kabar. Aku yang sudah mengua - nguap karena mengantuk diminta untuk tidur oleh ibu, aku menurut saja.

Namun esok harinya hingga sekarang, ayah tak kunjung pulang. Waktu itu ibu benar-benar panik, ibu menghubungi kantor tempat ayah bekerja,tapi mereka tidak tahu dimana keberadaan ayah, ibu menghubungi polisi untuk menemukan ayah, namun tidak ada satupun petunjuk yang mengarahkan kemana hilangnya ayah, hinnga polisi pun sudah melepas kasus itu. aku yang sewaktu itu hanya bisa menangis dan memanggil-manggil “ayah”, namun hanya kekosongan dan tetesan air mata yang mengalir tanpa henti, saat diam air mata terus mengalir.

                akane harus tetap bersemangat dan temukan cahaya hidup,akane tidak boleh jadi anak yang pemurung, akane janji? 


Kata-kata itu terus terngiang,dan berhasil membuat air mataku terhenti sejenak.  Aku sudah berjanji. Tapi aku  benar-benar sedih, kenapa ayah meninggalkanku tanpa jejak yang bisa kutemui.

bersambung ...

Akane Menemukannya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar