Kafe tutup karena libur nasional
dan kuliahku juga libur. Aku memanfaatkan liburku ini berjalan mengelilingi
kota seharian. Manda ingin sekali menemaniku namun ia merasa tidak enak badan,
ia terus-terusan mual,dan Panda Yusuf juga sedang berada dirumah. Sebenarnya
aku tidak ingin pergi disaat Manda sedang sakit,namun Manda memaksaku
pergi,karena ia tidak mau mengorbankan hari liburku dengan merawatnya.
“lagi
pula sudah ada Panda,biar Panda saja,kamu nikmati jalanmu sendiri”
“tapi
Manda,Cin...”
“Cin,,saat
ini beri Manda dan Panda waktu berdua..oke?” Manda mengedipkan matanya.
Aku
mengangguk senyum.”mm”
“serahkan
semua dengan Panda”
Begitulah dan akhirnya aku
sendiri. Tadinya..
Sewaktu
jalan aku bertemu dengan Miran rekan kerjaku di kafe. Ia juga sedang keliling
kota. Aku senang. Namun hal itu tidak bertahan lama,ia bertemu dengan teman
lamanya dan ia tidak bisa pergi denganku. Dan kembali sendiri.
Aku
memandang gedung-gedung yang menjulang tinggi seperti hendak mencakar langit.
Tinggi dan besar.
Duuk. “aduuh” aku mengelus kepala
yang menabrak sesuatu,bukan,tapi seseorang yang tinggi dan.
“kau
menghalangi jalanku” suara dingin tatapan sendu.
“ka..kamu..”
aku tertegun. ‘Dia’
“hah..kamu
mengenalku?” dia berpikir sejenak “owh..perempuan yang meneriakki ku ketika
dikelas,hah,menyebalkan”
“bukan
hanya itu,kamu..kamu si Tam...” tidaaakk..pandanganku membuyar. Bruukkk..,
lagi-lagi aku ditabrak.
“aku
tidak tahu apa yang menjadi impianku, aku bahkan belum pernah memikirkannya”
aku menjelaskan pada Nania,rasanya tidak adil jika hanya Nania yang bercerita
banyak tentang impiannya.”tapi aku ,sekarang sudah bisa memikirkannya,itu semua
karena Nania sudah memberiku dorongan,jadi..”
“jadi....?”
“jadi,aku
memutuskan untuk melanjutkan usaha Ayah dikampung sebagai sambilan dan kerja
tetap dibalai Desa..”
“itu
bukan impian..Cintaka harus memikirkan hal yang luar biasa..jika hanya itu,itu
hanya aktivitas biasa,tidak ada tantangannya”
“tapi
aku merasa itu adalah hal yang luar biasa..”
“enggak..enggak..itu
hal yang biasa saja”
“kalau
begitu..aku tidak akan cerita apapun” aku memanyunkan mulutku.
“hahahaha..jangan
marah gitu..aku hanya ingin melihat seberapa besar tekad dan alasanmu dengan
impianmu itu,melihat dirimu yang pintar dan juga cekatan dalam melakukan semua
hal,aku mengira akan ada hal besar dari impianmu..aku salah,tidak seharusnya
aku meremahkan impianmu,seharusnya aku bisa lebih baik,seperti cintaka yang
menyemangati impianku,walau sudah tahu aku bahkan tidak jago matematika dan ipa,maaf..aku
benar-benar minta maaf”
“mm..tidak
perlu minta maaf,seperti orang asing saja”
“duuh,sakit”
aku mencubiti pipinya.
“hahaha..aduuh..sa..sakit.”
ia balas balik.
Setelah perbincangan itu. beberapa hari kemdudian aku
melihat wajahnya yang sendu dan murung itu. kami sempat bersitegang, Nania
tetap merahasiakan masalahnya,ia tidak mengalami masalah apapun. Dia bilang aku
terlalu berlebihan. Masalahnya justru ada padaku. Namun,walau begitu ia tetap
membuatku tersenyum riang dengan leluconnya. Melupakan sejenak,sejenak rasa
penasaran dengan hal yang Nania sembunyikan.
“nanti,kamu duluan ya ke
markas,aku ada urusan sebentar dirumah,”
“lama?”
“enggak
kug”
Tiba-tiba
ada rasa kekhawatiran muncul diwajahku.
“duu..duuh..sakit”
ia mencubit pipiku.
Aku
mengelus pipiku. Aku termenung.
“pipimu
masih sakit” Manda mengelus memeriksa pipiku.
“mm..sudah
mendingan”
Aku
tidak sadarkan diri setelah ditabrak oleh seseorang dari belakang dan saat itu
masih ada ‘Dia’ dihadapanku dengan tatapan yang buatku ingin muntah
didepannya,kata-kata yang ketus,dan tatapan dingin dan tajam. Namun,hany itu
saja yang aku ingat. Saat sadar tau-tau aku sudah berada di rumah dan dengan
pipi yang diperban. Lukanya tidak telalu parah,tergores sedikit dikarenakan
kejadian itu. aku libur beberapa hari di kafe dan kuliah. Saat itu,saat itu aku
ingin sekali memastikan apakah itu benar ‘Dia’.
Sayap Yang Hilang
Bersambung Part IV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar