Aku ingin sekali bertanya kemana saja ia selama ini, apa yang terjadi padanya? Wajahnya tak bersinar seperti biasanya.
Mendung kali ini sepertinya juga ingin tahu.
***
Ibu meminta aku , pinky dan Bang Afkar masuk ke dalam, gluduk sudah meminta kami untuk segera berteduh mungkin akan segera turun hujan, mendung tak sabar ingin tahu rupanya.
"Ada kabar apa nak Afkar?" Tanya ibu yang sudah meminta Bang Afkar duduk di kursi tamu, Ayah juga sudah beberas di warung, hari ini warung lebih cepat tutup dari biasanya.
"Saya mohon maaf, menganggu waktu ibu dan sekeluarga" Jawabnya sopan tanpa pernah lupa dengan senyum manisnya.
"Bang Afkar sebelumnya kami ada kabar, hari ini kamu lulus 100%, ya kan Mila?" Pinky begitu antusias, sinar matanya memancarkan kebahagiaan, tadi sebelum melangkah masuk kedalam rumah tadi pinky sempat berbisik padaku, dia bilang hari ini sungguh hari yang besar dan membahagiakan untukku kabar lulus dan bisa bertemu kembali dengan yang selama ini dirindukan. Aku sempat menyikutnya, aku merasa malu. Tapi pinky benar, aku sangat senang sampai-sampai tidak bisa menyembunyikannya aku dari tadi terus senyum padanya. Walau Bang Afkar membalas dengan senyum yang berbeda tapi aku tetap senang.
"Benarkah? Selamat ya, Syarmila dan-"
"Pinky" jawab pinky semangat
"ah ya Pinky, sekali lagi selamat ya, semoga berkah ilmunya"
"Aamiin, makasih ya Bang, oia akhir-akhir ini Mila risau dia rin-"
"Eh pinky, yuk kita ke dapur ambil minuman dan cemilan" Aku buru-buru menarik tangan Pinky dan refleks menutup mulutnya.
Ibu tersenyum dan geleng-geleng melihat tingkah kami, dari tadi sebenarnya Ibu sudah mengkode untuk bawa minuman dan makanan ke ruang tamu yang sudah disulap menjadi ruang keluarga untuk acara syukuran.
"Pinky, kamu jangan bikin aku malu dong" Aku mendengus sesaat tiba di dapur.
"Ya,maaf deh,lagian kan aku cuman mau kasih tahu doang"
Aku sebenarnya juga merasa bersalah, tidak seharusnya aku bersikap begitu pada Pinky.
"Pink, maaf ya"
"Ya sudah santai aja"
Kami berdua pun sudah sibuk di dapur menyiapkan segala jamuan hari itu. Kak Syahnaz sibuk dengan syarif membantu Ayah menutup warung, tadi ia sempat menggodaku bilang pangeran berkuda putihku sudah datang.
"Jadi, ada kabar apa? Ibu dan Bapak khawatir nak Afkar tiba-tiba jarang terlihat" ibu sudah mulai percakapan yang tertunda tadi, suaranya masih terdengar hingga ke dapur, aku menyimak dengan hati-hati. Pinky terus tersenyum menyindir.
"Saya mohon maaf tidak sempat pamit Bu, karena saya pulang kampung, mendadak berangkatnya harus saat itu juga dan paman juga datang menjemput. Mama sakit keras, beliau meminta saya datang menemuinya,"
"Innalillah, lalu bagaimana keadaan Mama,nak?"
"Alhamdulillah, beliau sekarang sudah mendingan, dan saya harus balik lagi, cuman singgah sebentar mau mengambil keperluan yang masih tertinggal di rumah karena malam ini harus berangkat lagi"
"Sebentar sekali, tidak nginap dulu?" Ayah sudah ikut nimbrung dan duduk bersama. Syarif dan Kak Syahnaz juga sudah ikut gabung.
Sementara aku dan Pinky masih sibuk di dapur, sebenarnya yang lebih banyak sibuk itu Pinky, dari tadi aku fokus memperhatikan percakapan di ruang tamu.
"Saya sebenarnya juga ingin begitu,Pak, tapi tidak bisa harus segera pergi" mendengar kalimat itu hatiku merasa kecewa, baru saja bertemu kembali harus pergi lagi.
"Mudah-mudahan gak lama ya Mil" bisik Pinky. Dia rupanya mendengarkan juga. Aku tersenyum simpul dan kembali fokus ke percakapan.
"Sebenarnya ada hal lain lagi? tampaknya buru-buru?" Tanya Ayah.
"Iya Pak, soalnya, ahya saya belum kasih tahu ya, InsyaAllah 3 hari lagi," Bang Afkar terdiam sejenak senyumnya di wajahnya hilang sejenak "Saya akan menikah" Senyum kembali terpancar di sambut hujan deras.
"Menikah?" Ayah,Ibu,Syarif,Kak Syahnaz, Pinky dan, aku. semua terkejut.
"Iya, dengan teman masa kecil saya di desa, mohon doanya Pak, Ibu"
Ayah dan Ibu mengucapkan selamat, Syarif juga memeluk Bang Afkar terharu mendengarnya, Kak Syahnaz juga tersenyum mengucapkan selamat.
Tapi, Aku tertegun. Dunia terasa berhenti. Menikah?. Dia akan menikah?. Tanganku bergetar. Nampan yang berisi cemilan bergetar, aku berusaha untuk tidak membuatnya jatuh. Tapi air mataku sudah jatuh membasahi pipi.
"Saya akan menikah" kalimat itu terus terngiang di telingaku di sertai suara guruh, siang itu hujan semakin deras.
Aku merasakan sesak di dada, jantungku berdegup tak beraturan aku merasa pusing, dan dunia tiba-tiba terasa gelap.
"Milaaaaaa" teriakan Pinky hampir memecah ruangan, suara tangisnya masih samar terdengar, tapi sayang aku tidak kuat untuk bangkit, rasanya seluruh tubuhku tak bertulang.
Sayup-sayup aku masih mendengar derup kaki berlari di lantai kayu rumah kami, dan suara bersaut-sautan memanggil namaku.
*Bersambung
Ep10 (End)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar