Kamis, 15 September 2016

Marsha- Part II

“Assalamu’alaikum” salam marsha pada orang rumahnya. Ia tertegun dirumahnya sangat ramai banyak hidangan makanan disajikan, selarut ini?
“Wa’alaikumsalam....ah kakak sudah pulang, kami cemas,” adik marsha langsung mengambil tasnya. Marsha hanya diam saja, tidak menjawab apa-apa, ia sangat lelah, padahal ingin sekali ia bertanya siapa-siapa saja yang datang dan ada acara apa, tapi ia langsung berpikir, oh tentu saja itu keluarga Farhan yang berkunjung. Marsha terus melangkah ke kamarnya, ia ingin sekali bisa menyapa tapi ia terlalu lelah apalagi kejadian tadi di lorong, Farhan berhasil menguras tenaganya karena ketakutan.
“kak Farhan tidak bersama kakak?” tanya adiknya yang melihat kakaknya terus melaju menuju kamar tanpa menjawab sama sekali “tadi kak Farhan menjemput kakak, apa kakak tidak melihatnya?” yang ditanya tidak menjawab bahkan sudah masuk ke kamar. “heumm.. dasar kakak”
“apa kamu mencariku nadine?”
“ah..kak Farhan” nadine, adik satu-satunya marsha tersenyum, kekesalannya pada kakaknya yang tidak menjawab pertanyaannya seakan sirna melihat Farhan datang. “apa kakak tadi bersama kak marsha?”
“iya, kami ketemu dilorong, aku sempat mengerjainya, dan ia kelihatan benar-benar marah..haaah..” sesal Farhan.
“heumm...pantas kakak begitu, jadi gara-gara kakak ya?”
“hehehe.....” Farhan merapatkan giginya dan memasang wajah aneh sambil mengangkat jari ‘peace’.
Marsha dan Farhan adalah teman masa kecil, dari TK hingga kelas 3 SD. Kelas 3 SD Farhan dan keluarganya pindah ke luar kota karena Dinas Ayahnya. Walau sudah pindah mereka tidak kehilangan kontak. Keluarga Marsha dan Keluarga Farhan sangat dekat, sesekali Keluarga Farhan berkunjung ke restoran Ayah Marsha, selain memang ada usaha Keluarga Farhan di kota itu. Hubungan Marsha dan Farhan sangat dekat dulunya. Ketika masih kanak-kanak mereka bermain bersama, bahkan tidak peduli bagi marsha yang bermain permainan anak laki-laki ataupun Farhan yang bermain permainan anak perempuan. Perpisahan yang terjadi ketika mereka kelas 3 SD membuat Marsha kehilangan teman bermainnya. Sempat sesekali ia ingin menyusul Farhan namun Ayahnya melarang. Dan ketika sudah SMP mereka bertemu kembali, namun ada rasa canggung yang terjadi, Farhan yang dulunya gendut menjadi kurus dan wajahnya menjadi tampan membuat Marsha sedikit terkesima dan tak mampu memandang Farhan. Selama keluarga Farhan berkunjung Marsha akan menyapa sebentar dan langsung sibuk dikamar saja. Hanya Nadine adiknya yang merasa senang, ia sangat cerewet dan ia tidak canggung sama sekali dengan Farhan ia bahkan memanggil Farhan ‘kakak ganteng’ tapi hanya sesekali. Walau berada di kamar, Marsha sempat sesekali membuka pintu kamar sedikit dan mengintip kebawah yang langsung bisa melihat percakapan keluarganya dengan keluarga Farhan. Farhan menangkap hal itu. Ia memandang ke arah Marsha. Mereka pun sempat beradu pandang. Marsha terpaku, ia malu rasanya. Farhan dengan wajah santai memberi salam seperti ‘salam olahraga’, seketika itu juga Marsha menutup pintu kamarnya.
Tahun ini mereka berdua sudah berumur 25 tahun. Marsha sudah bekerja di sebuah perusahaan jasa sebagai admin keuangan. Farhan yang sudah bekerja di perusahaan internasional yang sering membuat ia harus berkeliling dunia melakukan negoisasi untuk kerja sama atau mencari bantuan, ia sangat jago dalam hal itu. Selain itu Farhan juga mempunyai ilmu bela diri junet e kunedo ilmu bela diri yang dipopulerkan oleh brush lee.
Yang berkunjung ke restoran kecil Ayah Marhsa malam itu tidak hanya keluarga Farhan saja namun juga ada beberapa teman-teman Ayah lainnya. Mereka terus berbincang hingga malam semakin larut. Ayah marsha terus menyajikan berbagai makanan untuk mereka. Nadine dan Ibunya juga ikut membantu. Marsha tidak pandai masak, jika ia ikut bergabung bukannya membantu malah bisa mengacaukan, maka dari itu ia tidak pernah ikut andil masak, walau sempat ingin berusaha namun sepertinya dunia dapur tak menerima Marsha. Akhirnya ibunya menyarankan agar ia tidak ikut campur memasak, cukup membantu menyajikan saja jika ada waktu, namun untuk kali ini Marsha pulang sangat larut karena lembur kerja dan tidak bisa membantu.
“kenapa kakak kesal begitu dengan kak Farhan?” tanya nadine penasaran. Ia menyajikan goreng pisang hangat dan secangkir teh herbal hangat untuk Farhan.
“terimakasih..” Farhan langsung menyeruput tehnya. Ia merasakan kehangatan dalam tiap tegukan teh.”itu karena..” jawab Farhan sehabis menyeruput teh “kakak membuatnya kaget saat dilorong, kakak pura-pura sebagai sesesorang yang akan berbuat jahat padanya, kakakmu ketakutan setengah mati.”
“bukannya kak Farhan menjemput kak Marsha, kenapa sampai harus begitu?”
“rencananya begitu, saat perjalanan menjemputnya, dia sudah duluan jalan tanpa tahu kakak sudah mengikutinya dari belakang, jarak kami juga tidak begitu dekat, kakak ingin menyapanya tapi tiba-tiba  ada orang yang mencurigakan mengikuti kakakmu. Kak Farhan sempat terkejut, orang itu tak menyadari kehadiran kakak, jadi ia terus mengikuti Marsha” ia berhenti sejenak dan kembali menyeruput teh herbal yang disajikan nadine.
“lalu...?” tanya Nadine penasaran.
“orang yang mencurigakan itu tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari bajunya, kakak sudah bisa menduga itu pisau belati. Kakak beusaha tenang mencari langkah-langkah untuk mencegah orang mencurigakan itu. Tapi tak bisa berpikir banyak, Marsha sudah akan masuk ke lorong, tempat yang sempit, kakak sempat menyayangkan kenapa Marsha memilih jalan itu.....”
“itu karena jalan yang sangat dekat agar cepat sampai rumah” potong Nadine. Farhan mengangguk paham.
“khawatir di tempat yang sempit itu bisa memberikan ruang gerak yang terbatas dan itu adalah suatu kemudahan untuk orang bisa berbuat jahat, belum sampai orang mencurigakan itu berhasil masuk lorong itu, kakak langsung menghajarnya tanpa suara sedikitpun, dengan cepat...hap..hap.hap” Farhan pun refleks berdiri dari tempat duduknya dan memperagakan junet kunedo nya melawan orang mencurigakan itu.
“keren...” Nadine bertepuk tangan “lalu orang mencurigakan itu...?”
“ia berhasil kakak lumpuhkan tanpa ada perlawanan darinya...” ia kembali duduk “kakak membuatnya pingsan.” Ia berhenti lagi dan mencomot pisang goreng.
“terus..terus..” nadine memburu Farhan. Ia tidak sabar mendengar cerita selanjutnya dan penasaran kenapa kak Marsha begitu marah padahal Kak Farhan sudah menolongnya dari marabahaya. Walau memang antara kak Farhan dan kak Marsha mereka sudah tak seakrab dulu, kak Farhan dengan gayanya ramah sesekali agak konyol,cerdas dan menyenangkan pokoknya yang berada didekatnya akan merasa nyaman jika berbicara dengannya, berbeda dengan kak Marsha yang dingin, kikuk dan pemalu, namun jika sudah dekat dengan kak Marsha ia adalah orang yang sangat cerewet.
“saat dilorong, kakak entah kenapa masih tetap mengikutinya tanpa mau menyapanya, dan menyesuaikan langkah kaki Marsha, tapi Marsha tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berbalik, kakak sempat panik saat itu berusah bersembunyi, tapi dilorong sekecil itu tidak ada tempat persembunyian, dengan sigap kakak memanjat ke dinding, dan kakakmu tidak bisa melihat kakak, ia terus berjalan dan langkah kakinya semakin cepat. Kakak juga ikut melangkah cepat, kakakpun berniat mengejarnya untuk menyapanya tapi kakakmu malah semakin cepat dan lari, kakak berusah mengejarnya dan berniat untuk memotongnya,, kakak memanjat dinding sambil berlari dan berhasil mendarat didepannya..”
“alhasil kakak terkejut? Dan tasnya jatuh?” potong nadine.
“benar, tasnya dan sepatu yang ia tenteng jatuh, karena ia memakai hak tinggi,tapi...tunggu,bagaimana kamu bisa tahu tasnya jatuh?”
“tas kakak tadi kotor sekali, sebelumnya tidak pernah sekotor itu, kakak oranya detail dan suka bersih jadi merasa aneh kenapa bisa begitu, mendengar cerita kakak, nadine jadi bisa menduga”
“owh..” Farhan mengangguk paham. Farhan pun melanjutkan ceritanya. Nadine tertawa mendengar cerita Farhan, wajar saja kakanya sampai semarah itu. Bukannya menyapa baik-baik malah membuat kakak semakin ketakutan.
“kakak sengaja melakukannya, biar ia waspada dan juga bilang padanya jangan pulang terlalu larut, dia perempuan tidak baik pulang malam-malam begitu tanpa teman.”
“kakak akhir-akhir ini memang pulang larut, Ayah sempat menegurnya, bisa saja Ayah menjemput tapi kerjaan disini banyak, ini saja Ayah masih kewalahan jadi tidak ada yang menjemputnya,untung ada kakak.”
“kakak hanya sesekali kesini,” Farhan menyandarkan dirinya. Ia sudah merasa kenyang dengan sepotong goreng pisang dan secangkir teh herbal malam itu.”kalau bisa biar kakak saja yang selalu menjemputnya...hahaha” jawab Farhan sekenanya.
“waah.. itu ide yang bagus kak, tapi.... kak Marsha nya mau apa enggak?”
“kamu nyebut nama kakak?” Marsha sudah berdiri dibelakang nadine yang sedang duduk berhadapan dengan Farhan. Farhan yang tadi menyender langsung duduk dengan tegap dan merapikan bajunya, sesekal ia berdehem.

Marsha sudah berpangku tangan dengan memasang wajah masamnya, ia melirik adiknya yang menunduk dan berusaha merapatkan mulutnya dan juga melirik Farhan yang saat itu juga lelaki tampan itu juga meliriknya, Marsha langsung buang muka.
“eh..kakak sudah turun”
“kamu bicarakan tentang kakak ya?”
“i..i..iya” nadine menjawab dengan takut-takut. Adik perempuan Marsha satu-satunya itu menatap ke arah Farhan seperti minta bantuan. Farhan hanya mengangkat bahunya.

“nadine, buatkan kakak teh hangat” Marsha duduk sedikit jauh dari Farhan. Ia bahkan sengaja memalingkan wajahnya dari Farhan. Nadine dengan wajah berbinar dengan sigap berdiri. Kakaknya seperti tidak berselera ingin marah.


***
Bersambung Part III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar