“Assalamu’alaikum”
salam marsha pada orang rumahnya. Ia tertegun dirumahnya sangat ramai banyak
hidangan makanan disajikan, selarut ini?
“Wa’alaikumsalam....ah
kakak sudah pulang, kami cemas,” adik marsha langsung mengambil tasnya. Marsha hanya diam
saja, tidak menjawab apa-apa, ia sangat lelah, padahal ingin sekali ia bertanya
siapa-siapa saja yang datang dan ada acara apa, tapi ia langsung berpikir, oh tentu
saja itu keluarga Farhan yang berkunjung. Marsha terus melangkah ke kamarnya,
ia ingin sekali bisa menyapa tapi ia terlalu lelah apalagi kejadian tadi di lorong, Farhan berhasil
menguras tenaganya
karena ketakutan.
“kak
Farhan tidak bersama kakak?”
tanya adiknya yang melihat kakaknya terus melaju menuju kamar tanpa menjawab
sama sekali “tadi kak Farhan menjemput kakak, apa kakak tidak melihatnya?” yang
ditanya tidak menjawab bahkan sudah masuk ke kamar. “heumm.. dasar kakak”
“apa
kamu mencariku nadine?”
“ah..kak
Farhan” nadine, adik satu-satunya marsha
tersenyum, kekesalannya pada kakaknya yang tidak menjawab pertanyaannya seakan
sirna melihat Farhan datang. “apa kakak tadi bersama kak marsha?”
“iya,
kami ketemu dilorong, aku sempat mengerjainya, dan ia kelihatan benar-benar
marah..haaah..” sesal Farhan.
“heumm...pantas
kakak begitu, jadi gara-gara kakak ya?”
“hehehe.....”
Farhan merapatkan giginya dan memasang wajah aneh sambil mengangkat jari
‘peace’.
Marsha
dan Farhan adalah teman masa kecil, dari TK hingga kelas 3 SD. Kelas 3 SD
Farhan dan keluarganya pindah ke luar kota karena Dinas Ayahnya. Walau sudah
pindah mereka tidak kehilangan kontak. Keluarga Marsha dan Keluarga Farhan
sangat dekat, sesekali Keluarga Farhan berkunjung ke restoran Ayah Marsha,
selain memang ada usaha Keluarga Farhan di kota itu. Hubungan Marsha dan Farhan
sangat dekat dulunya. Ketika masih kanak-kanak mereka bermain bersama, bahkan
tidak peduli bagi marsha yang bermain permainan anak laki-laki ataupun Farhan
yang bermain permainan anak perempuan. Perpisahan yang terjadi ketika mereka
kelas 3 SD membuat Marsha kehilangan teman bermainnya. Sempat sesekali ia ingin
menyusul Farhan namun Ayahnya melarang. Dan ketika sudah SMP mereka bertemu
kembali, namun ada rasa canggung yang terjadi, Farhan yang dulunya gendut
menjadi kurus dan wajahnya menjadi tampan membuat Marsha sedikit terkesima dan
tak mampu memandang Farhan. Selama keluarga Farhan berkunjung Marsha akan
menyapa sebentar dan langsung sibuk dikamar saja. Hanya Nadine adiknya yang
merasa senang, ia sangat cerewet dan ia tidak canggung sama sekali dengan
Farhan ia bahkan memanggil Farhan ‘kakak ganteng’ tapi hanya sesekali. Walau
berada di kamar, Marsha sempat sesekali membuka pintu kamar sedikit dan mengintip
kebawah yang langsung
bisa melihat percakapan keluarganya dengan keluarga Farhan. Farhan menangkap
hal itu. Ia memandang ke arah Marsha. Mereka pun sempat beradu pandang. Marsha
terpaku, ia malu rasanya.
Farhan dengan wajah santai memberi salam seperti ‘salam olahraga’, seketika itu
juga Marsha menutup pintu kamarnya.
Tahun
ini mereka berdua sudah berumur 25 tahun. Marsha sudah bekerja di sebuah perusahaan
jasa sebagai admin keuangan. Farhan yang sudah bekerja di perusahaan
internasional yang sering membuat ia harus berkeliling dunia melakukan
negoisasi untuk kerja sama atau mencari bantuan, ia sangat jago dalam hal itu.
Selain itu Farhan juga mempunyai ilmu bela diri junet e kunedo ilmu bela diri
yang dipopulerkan oleh brush lee.
Yang
berkunjung ke restoran kecil Ayah Marhsa malam itu tidak hanya keluarga Farhan
saja namun juga ada beberapa teman-teman Ayah lainnya. Mereka terus berbincang
hingga malam semakin larut. Ayah marsha terus menyajikan berbagai makanan untuk
mereka. Nadine dan Ibunya juga ikut membantu. Marsha tidak pandai masak, jika
ia ikut bergabung bukannya membantu malah bisa mengacaukan, maka dari itu ia
tidak pernah ikut andil masak, walau sempat ingin berusaha namun sepertinya
dunia dapur tak menerima Marsha. Akhirnya ibunya menyarankan agar ia tidak ikut
campur memasak, cukup membantu menyajikan saja jika ada waktu, namun untuk kali
ini Marsha pulang sangat larut karena lembur kerja dan tidak bisa membantu.
“kenapa
kakak kesal begitu dengan kak Farhan?” tanya nadine penasaran. Ia menyajikan
goreng pisang hangat dan secangkir teh herbal hangat untuk Farhan.
“terimakasih..”
Farhan langsung menyeruput tehnya. Ia merasakan kehangatan dalam tiap tegukan
teh.”itu karena..” jawab Farhan sehabis menyeruput teh “kakak membuatnya kaget
saat dilorong, kakak pura-pura sebagai sesesorang yang akan berbuat jahat
padanya, kakakmu ketakutan setengah mati.”
“bukannya
kak Farhan menjemput kak Marsha, kenapa sampai harus begitu?”
“rencananya
begitu, saat perjalanan menjemputnya, dia sudah duluan jalan tanpa tahu kakak sudah
mengikutinya dari belakang, jarak kami juga tidak begitu dekat, kakak ingin
menyapanya tapi tiba-tiba ada orang yang
mencurigakan mengikuti kakakmu. Kak Farhan sempat terkejut, orang itu tak
menyadari kehadiran kakak, jadi ia terus mengikuti Marsha” ia berhenti sejenak
dan kembali menyeruput teh herbal yang disajikan nadine.
“lalu...?”
tanya Nadine penasaran.
“orang
yang mencurigakan itu tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari bajunya, kakak sudah
bisa menduga itu pisau belati. Kakak beusaha tenang mencari langkah-langkah
untuk mencegah orang mencurigakan itu. Tapi tak bisa berpikir banyak, Marsha
sudah akan masuk ke lorong, tempat yang sempit, kakak sempat menyayangkan
kenapa Marsha memilih jalan itu.....”
“itu
karena jalan yang sangat dekat agar cepat sampai rumah” potong Nadine. Farhan
mengangguk paham.
“khawatir
di tempat yang sempit itu bisa memberikan ruang gerak yang terbatas dan itu
adalah suatu kemudahan untuk orang bisa berbuat jahat, belum sampai orang
mencurigakan itu berhasil masuk lorong itu, kakak langsung menghajarnya tanpa
suara sedikitpun, dengan cepat...hap..hap.hap” Farhan pun refleks berdiri dari
tempat duduknya dan memperagakan junet kunedo nya melawan orang mencurigakan
itu.
“keren...”
Nadine bertepuk tangan “lalu orang mencurigakan itu...?”
“ia
berhasil kakak lumpuhkan tanpa ada perlawanan darinya...” ia kembali duduk
“kakak membuatnya pingsan.” Ia berhenti lagi dan mencomot pisang goreng.
“terus..terus..”
nadine memburu Farhan. Ia tidak sabar mendengar cerita selanjutnya dan
penasaran kenapa kak Marsha begitu marah padahal Kak Farhan sudah menolongnya
dari marabahaya. Walau memang antara kak Farhan dan kak Marsha mereka sudah tak
seakrab dulu, kak Farhan dengan gayanya ramah sesekali agak konyol,cerdas dan
menyenangkan pokoknya yang berada didekatnya
akan merasa nyaman jika berbicara dengannya, berbeda dengan kak Marsha yang
dingin, kikuk dan pemalu, namun jika sudah dekat dengan kak Marsha ia adalah
orang yang sangat cerewet.
“saat
dilorong, kakak entah kenapa masih tetap mengikutinya tanpa mau menyapanya, dan
menyesuaikan langkah kaki Marsha, tapi Marsha tiba-tiba menghentikan langkahnya
dan berbalik, kakak sempat panik saat itu berusah bersembunyi, tapi dilorong
sekecil itu tidak ada tempat persembunyian, dengan sigap kakak memanjat ke dinding, dan
kakakmu tidak bisa melihat kakak, ia terus berjalan dan langkah kakinya semakin
cepat. Kakak juga ikut melangkah cepat, kakakpun berniat mengejarnya untuk
menyapanya tapi kakakmu malah semakin cepat dan lari, kakak berusah mengejarnya
dan berniat untuk memotongnya,, kakak
memanjat dinding sambil berlari dan berhasil mendarat didepannya..”
“alhasil
kakak terkejut? Dan tasnya jatuh?” potong nadine.
“benar,
tasnya dan sepatu yang ia tenteng
jatuh, karena ia memakai hak tinggi,tapi...tunggu,bagaimana kamu bisa
tahu tasnya jatuh?”
“tas
kakak tadi kotor sekali, sebelumnya tidak pernah sekotor itu, kakak oranya
detail dan suka bersih jadi merasa aneh kenapa bisa begitu, mendengar cerita
kakak, nadine jadi bisa menduga”
“owh..”
Farhan mengangguk paham. Farhan pun melanjutkan ceritanya. Nadine tertawa
mendengar cerita Farhan, wajar saja kakanya sampai semarah itu. Bukannya
menyapa baik-baik malah membuat kakak semakin ketakutan.
“kakak
sengaja melakukannya, biar ia waspada dan juga bilang padanya jangan pulang
terlalu larut, dia perempuan tidak baik
pulang malam-malam begitu tanpa teman.”
“kakak
akhir-akhir ini memang pulang larut, Ayah sempat menegurnya, bisa saja Ayah
menjemput tapi kerjaan disini banyak, ini saja Ayah masih kewalahan jadi tidak
ada yang menjemputnya,untung ada kakak.”
“kakak
hanya sesekali kesini,” Farhan menyandarkan dirinya. Ia sudah merasa kenyang
dengan sepotong goreng pisang dan secangkir teh herbal malam itu.”kalau bisa
biar kakak saja yang selalu menjemputnya...hahaha” jawab Farhan sekenanya.
“waah.. itu ide yang bagus kak, tapi.... kak Marsha
nya mau apa enggak?”
“kamu nyebut nama kakak?” Marsha sudah berdiri
dibelakang nadine yang sedang duduk berhadapan dengan Farhan. Farhan yang tadi
menyender langsung duduk dengan tegap dan merapikan bajunya, sesekal ia
berdehem.
Marsha sudah berpangku tangan dengan memasang wajah
masamnya, ia melirik adiknya yang menunduk dan berusaha merapatkan mulutnya dan
juga melirik Farhan yang saat itu juga lelaki tampan itu juga meliriknya,
Marsha langsung buang muka.
“eh..kakak sudah turun”
“kamu bicarakan tentang kakak ya?”
“i..i..iya” nadine menjawab dengan takut-takut. Adik
perempuan Marsha satu-satunya itu menatap ke arah Farhan seperti minta bantuan.
Farhan hanya mengangkat bahunya.
“nadine, buatkan kakak teh hangat” Marsha duduk
sedikit jauh dari Farhan. Ia bahkan sengaja memalingkan wajahnya dari Farhan.
Nadine dengan wajah berbinar dengan sigap berdiri. Kakaknya seperti tidak
berselera ingin marah.
***
Bersambung Part III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar