Angin
malam yang berhembus kencang membuat merinding bulu roma marsha. Marsha
menggigil kedinginan, ia mengusap-usap lengannya agar tetap hangat. Langkah
kakinya terasa begitu jelas dilorong-lorong gang kecil menuju rumahnya. Ukuran
gang itu tidak begitu besar hanya cukup dilewati oleh satu orang. Langkah kaki
marsha begitu was-was karena ia mendengar suara langkah kaki yang lain.
Sesekali ia menghentikan langkah kakinya dan menoleh kebelakang. Tidak ada
siapa-siapa dibelakang. Marsha menghela nafas panjang dan melanjutkan
perjalanannya. Ada rasa khawatir menerpa dirinya karena baru kali ini ia pulang
selarut dan sendirian. Awalnya masih langkah kakinya yang terdengar dilorong
itu namun lama kelamaan ada langkah kaki lain yang terdengar dilorong itu dan semakin
lama semakin cepat seperti hendak mengejar marsha. Marsha ketakutan, tanpa
menoleh kebelakang sedikitpun dengan refleks ia berlari sekuat mungkin.
Tas
dan sepatunya terjatuh. Ia terkesiap,seseorang tiba-tiba melompat dihadapannya.
“hai...”
sapa seseorang itu dingin.
“siapa
kau?” suara marsha bergetar. Perlahan-lahan ia melangkah mundur karena
seseorang itu terus mendekat dengannya.
“kau
tidak mengenaliku?” terdengar helaan nafas pendek dari seseorang yang menggunakan
topi,jaket,baju kaos
dan celana serba hitam.
Wajahnya tidak begitu jelas karena tertutup gelapnya malam dan topinya. Marsha
terus memandang ke arah tasnya, ia ingin sekali mengambil tas itu dan mencari
handphone meminta bantuan. “kau tidak usah takut” kata laki-laki itu dingin.
“aku tidak akan menyakitimu” laki-laki itu belum melakukan hal yang berbahaya
namun dengan melihatnya saja membuat marsha dalam bahaya besar, marsha ingin
sekali berteriak minta tolong tapi khawatir laki-laki itu akan membukam
mulutnya dan melakukan....
“aku
bilang jangan khawaitr....tidak usah takut,aku temanmu..iya temanmu” suara
laki-laki itu semakin lembut dan terdengar ramah. Dalam keadaan malam begini
dan mendapati diri sedang seorang laki-laki yang tak dikenal tetap saja
mengundang bahaya. Tapi tunggu mendengar kalimat terakhir laki-laki itu marsha
tertegun, suaranya tidak asing lagi.
“kau.....”
marhsa melototi matanya kearah laki-laki itu, ingin sekali menamparnya tapi tak
bisa.
“haha..haha...”
laki-laki itu tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya dan melepaskan
topinya. “marsha...marsha...”
“diam..”
marsha kesal. Ia menghela nafas panjang. Laki-laki itu masih saja tertawa.
Marsha melangkah maju menuju tasnya. Dengan kekesalan yang mendalam ia kembali
kearah laki-laki itu dan.
Bruuk!!
Marsha memukul punggung laki-laki itu dengan tas.
“Diam....
Farhan”
Si
laki-laki yang dipukul itu menahan kesakitan. Ia minta maaf.
**
Bersambung Part II ~ Terbit Senin/Kamis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar