Selasa, 09 Juni 2015

Cerpen Dadakan


                Hari itu tugas menumpukdari guru sekolah, bu guru titin yang memberikan tugas seabrek, dan minta dikumpulkan besok,eh besok atau tidak ya? Ya sudah nanti tanya saja dengan lina sahabatku super duper baik. Lamunanku tiba-tiba saja terhenti.
                “neng, mau turun dimana neng?” tanya pak supir. “ini udah dipemberhentian terakhir.
                “astaghfirullah, ya Ampun” aku langsung menepuk keningku “ pak supir, jalan menuju rumah saya kelewat, bagaimana ini pak?” aku meringis sedikit hampir menangis, ya Allah sudah lewat ternyata, “haduuh, pak supir, bagaimana ini?” aku menggaruk-garuk kepala ku yang tidak gatal dengan melihat sekeliling diluar oplet itu, tapi aku belum mau beranjak keluar dari oplet itu. Berharapa pak supir mau mengantarku ke tempat tujuan yang sudah kelewat jauh.
                “pak, supir, tolong saya dong pak?” mohon ku dengan pak supir
                “ya sudah, bapak antarkan, neng.tapi lain kali jangan melamun ya neng,”
                “hihihi, makasih pak” aku kegirangan.
                Alhamdulillah pak supir baik banget, beliau memang supir sejati. Beliau juga langganan opletku jika aku pulang dari sekolah.
                Akhirnya sampai juga didepan pagar rumahku, hari ini penat itu terasa banget.
                Sesampai nya dipintu masuk rumah. Aku dikejutkan hadirnya kak rosya, kakak kelasku dan juga kakak mentorku dalam hal kepenulisan. Beliau memberitahu ku bahwa ada kompetensi menulis cerpen, dan pengumpulan cerpen terakhir besok via email  penyelenggara.
                “apa? Besok kak?” kagetku, serasa seperti mimpi, aku cubit kedua pipiku , “aduuh , sakit”
                “ini bukan mimpi, ini beneran, besok cerpen sudah selesai dan serahkan pada kakak dalam file besok pagi sebelum jam masuk kelas, karena batas akhir pengiriman jam 08:00” kata kak rosya tanpa memberiku kesempatan untuk berbicara
                Ku tarik napasku dalam-dalam dan ku hembuskan pelan,
                “kaka,,,,” kataku terpotong
                “kakak, tidak mendengar alasan apapun besok cerpennya harus ada, harus yang terbaru, tidak boleh yang lama okay, kakak pamit dulu, kakak sudah menuggu dari tadi tapi aya baru sampai rumah sekarang , kakak sudah habiskan banyak kue lho”
                “okeh, baik kakak, tapi temanya apa?” aku berusaha menguatkan diri dan masih mengumpulkan udara-udara untuk nafas yang terasa sesak ini.
                “bebas, bagus dan uptodate., oia sampaikan dengan bunda kakak balik dulu sepertinya beliau didapur, ok, wasalam” kaka rosya langsung melaju dengan motornya meniggalkanku yang masih melongo,  “apa yang harus ku perbuat?”.
                “wa’alaikumsalam, “ -___-“
***
                Malam ini aku tidak bisa tidur, masih mondar-mandir dalam kamarku yang mungil itu, walau mungil cukup untuk tempat tidur, meja belajarku. Aku terus berpikir dan berpikir cerpen apa dan tema cerita seperti apa? Aku bingung,
                “aduuuh, astaghfirullah, bagaimana ini belum dapat ide, besok,, waduuh,, kak rosya tidak salahkan? Kak rosya berhasil buat diriku galau” aku meringis , kembali kugaruk-garuk kepala berharap bisa mengeluarkan ide
                “ayoo, otak berpikir-berpikir,kak rosya udah beri aku tantangan yang luar biasa, jadi otak ayoo keluarkan ide itu” aku mulai gila :D
                Ku terdiam sejenak,berpikir tenang, dan, “aha, “ tiba-tiba saja lampu ide itu muncul. Ku ambil laptop kecilku, dan jari-jemariku mulai menari-nari diatas keyboard, begitu cepat, dan sangat bersemangat, kali ini ide yang datang tidak ku sia-siakan selagi ia muncul dan minta dituliskan, kutuliskan dengan segera agar tidak hilang. Tak terasa sudah dua jam berlalu, dan akhirnya
                Tik,tik,t-i-k suara ketikan keyboard terakhir “selesa,,aaaaii” teriakku
                Tok,,tok, suara pintuku ada yang mengetuk “Aya, sudah jam 12 malam, ayoo tidur, masih mengetik juga?” tanya bunda cemas. Aku langsung membuka pintu kamarku yang mungil itu.
                “hehe,bunda” cengirku pada bunda, “ada tugas mengetik bunda dikumpulkan besok, aya sudah selesai nulisnya tinggal di edit aja, ntar kalo sudah selesai aya langsung tidur kok, hehe” aku berusaha melobi bunda, bunda tampak tidak senang jika aku harus bergadang, jangankan bunda aku juga tidak senang, tetapi bukan berarti aku membenci tugas ini, kak rosya mungkin ada maksud tertentu, semoga ada hikmahnya.
                “ya , sudah selesaikan cepat, setelah itu langsung tidur, jangan lupa ambil wudhu”
                “sip bunda” aku langsung memberi hormat pada bunda, seperti seorang prajurit memberi hormat pada komandannya :D
                Alhamdulillah, sekian lama tadi mengeditnya selesai juga, ku lihat jam dinding kamarku, sudah pukul 00:30 , “waduuuh” ke tepuk jidatku, “sudah harus tidur nih,, Ya Allah semoga hamba tidak mengantuk saat jam pelajaran pak syahid besok, aamiin”.
***
Pagi ini aku datang kesekolah lebih awal dari sebelumnya, berlari menuju kelas kak rosya untuk menyerahkan tugas cerpen ini. Setiba dikelas kak rosya, sepertinya belum hadir,
Tiba-tiba saja.
“aya” seseorang memangil sambil menepuk bahuku.
Aku langsung kaget “astaghfirullah” jantungku hampir copot, aku langsung menoleh belakang ke arah sumber suara itu.
“kak rosya? Fiuh,, “ menghela nafas. aku tidak mengerti kak rosya begitu aneh semenjak aku diberi tugas dadakan ini, masih terbenak dalam hatiku ada apa dibalik semua ini?
“iya, mana tugasnya?” kaka rosya menagih tugas ku, seperti seorang rentenir menagih hutang. :D.
“ini kak, sudah,” aku langsung menyerahkan flashdisk ku yang sudah berisi cerpen tersebut.
                “oke,kalo gitu balik gih kekelasmu adik kecil” ia mengusap-ngusap kepalaku seperti seorang kakak kandung terhadap adiknya.
                Aku sedikit tersenyum, walau sebenarnya masih kesal dengan tugas dadakan ini, kesal tapi kesal seperti seorang adik terhadap kakaknya yang jail. Aku pun kembali melaju kekelas, aku baru ingat kalau hari ini jadwal piketku.
                Bel masuk jam pertama berbunyi,,
                “ya, Ampun, apa itu benar?” lina hampir tidak percaya dengan apa yang aku ceritaka tentang tugas dadakan kak rosya. Dan ia lebih tidak percaya lagi aku polos saja menuruti tugas dari kak rosya dan mengerjakannya hingga larut malam.
                “apa perlu, aku cubit pipimu tanda bahwa ini nyata” aku menawarkan diriku.
                “mmm.. tidak usah, tidak, biar kucubit sendiri” ia langsung mencubit pipinya , sama seperti aku lakukan sebelumnya. “aduh, sakit,” tiba-tiba saja ekspresi wajahnya berubah, kali ini lebih menegangkan, nafasnya sempat berhenti 0,008 detik, matanya melotot, mulutnya sedikit menga-nga sambil menepuk bahuku.
                “ada apa? Ada apa dengan wajahmu lina, semakin aneh, haha” aku hanya tertawa heran.
                “aya, apa dirimu sudah mengerjaan tugas bu titin?” tanya lina memastikan apa aku benar-benar sudah buat? Atau aku lupa mengerjakannya ?
                Kali ini ekspresi wajahku seperti ekspresi wajah lina, kutegakkan kepalaku yang sedari tadi kusandarakan dikursi kepala, dengan mata sedikit lebih besar, dan mulutku yang sedikit lebih menga-nga diiringi dengan kalimat “APA?” ya ampun aku sama sekali tidak ingat “astagfirullah, aku tidak ingat lina, belum ada satupun ku kerjakan” aku menepuk jidatku.
                “owh,hehe” dia hanya tertawa melihatku “ tidak apa-apa, aku cuman nanya aja kok,lagian kan kumpulnya minggu depan, bu titin tadi sudah pesan tadi pagi dengan ketua, kalo hari ini beliau izin tidak nagajar, anak beliau mendadak demam” jawaban lina berusaha menenangkan diriku yang syok, “kalau belum, aku mau ngajak kerjakan bersama-sama, gitu, hehe, jangan kaget gitu dong aya” ia sedikit mengedipkan matanya, itu kedipan jail kurasa.
                “kenapa tidak kasih tau aku? Aku kan sudah panik, beberapa hari ini jantungku hampir copot, fiuuh” ekspresi wajahku kuyu “lina, terimakasih atas sport jantungnya hari ini “ gigirapat “mari kita kerjakan tugas bu titin” gigiku makin rapat
                “oke, sahabatku yang cerdas, baik lagi cantik ini, apalagi ekspresi yang tadi, haha” lina tertawa senang dia berhasil menajili aku.
                                                                                ***
                Seminggu waktu telah berlalu. Tugas sekolah dari bu titin pun juga sudah ku kerjakan bersama dengan sahabatku yang baik lagi suka jail itu. Dan sudah berlalu seminggu juga cerpen dadakanku itu. Dipikiranku dan hati ku maish penuh tanya kenapa ada tugas seperti itu. Mungkin bagi orang lain itu biasa. Namun bagiku penulis pemula itu adalah exsperience yang luar biasa. Namun aku tidak memberanikan diri bertanya aku hanya patuh begitu saja seperti tersihir dengan perintah itu.
                Namun hari ini, aku memberanikan diri menghubungi beliau via telpon.
                “owh,, masalah tugas itu?” jawab kak rosya dari seberang telpon sana.
                “iya kak, kenapa dadakan seperti itu? Dan kenapa harus aya? Aya kan......” pembicaraanku terpotong
                “karena kakak ingin aya yang melakukannya dan tidak ada alasan khusus apapun, dan menurut kakak itu tidak dadakan, karena masih diberi satu hari, dan bukan dikerjakan disaat itu juga dan dikumpulkan saat itu juga kan?”
                “mm,,, ii,,iya juga siih” ku garu-garuk kepala ku yang tidak gatal dan cengar-cengir
                “hehe,, kak yakin aya bisa dan aya sudah membuktikannya. Nantikan kabar dari kakak mengenai cerpen aya ya, nanti kakak jelaskan sejelas-jelasnya. Oia kakak belum ada baca cerpen aya lho, kakak langsung saja kirim filenya, karena waktunya mepet, hehe”s
                “hehe, benar kak? Kalau kakak mau baca, ini filenya ada dengan aya, mau?” tawarku dengan senang hati
                “enggak usah, nanti-nanti saja, tunggu hasilnya saja, kalo cerpennya aya bagus, kakak mau baca dan kakak terbitkan nanti di majalah sekolah, tapi kalau tidak bagus hasilnya kakak gak mau baca,hehe, canda, ya sudah kakak tutup telpon dulu ya mau kerjakan tuga s” selohor kakak rosya.
                “owh baiklah” jawabku datar
                “assalamu’alaikum” salam kak rosya.
                “wa’alaikumsalam , kak” telpon terputus. Aku masih lesu, baru saja senang dan lesu lagi. Hasil? Hasil apa maskud kak rosya? Juara? Maksudnya berharap aku juara? Aku saja tidak yakin dengan cerpen dadakan dan ngebut itu. Ya sudahlah, semoga saja hasilnya bagus. Aamiin.
***
                Dan kembali seminggu waktu berlalu, hari ini jadwal kepenulisan yang biasanya ada sekarang tidak diadakan, dikarenakan kakak pengurusnya sedang mempersiapkan lomba, kami adik-adik polos nan pemula ini diminta istirahat sebentar, dan diberi bahan belajar tentang kepenulisan. Dan hari ini juga tidak kulihat juga sosok kak rosya. Dimana beliau?
                “ayaaaa,,” teriak sesorang memanggilku. Aku kenal dengan suaranya “lina”. Aku menoleh ke belakang.
                “lina.” Ternyata benar itu suara cempreng lina. Lina berlari laju ke arahku sambil membawa sebuah majalah atau buku atau apa, aku juga kurang begitu jelas, namun itu seperti sebuah majalah. Ia menggulungnya dan menggenggam erat.
                Ia tiba didekatku. Memegang bahuku mencoba mengumpulkan udara-udara untuk bernafas. Ia begitu ngos-ngosan.
                “hah, aya, uhuk,,uhuk” lina sampai terbatuk-batuk dan dalam proses pengumpulan nafas. -_-
                “tarik napas dulu, baru cerita” aku menepuk-nepuk pelan punggungnya
                “hah, fiiuuh, hah. Bismillah. Aya cerpen mu terbit dimajalah sekolah, ye ye ye” sorak lina sambil melompat-lopmat riang, seperti habis mendapatkan durian jatuh.
                “apa? Benar itu lina?” aku hampir tak percaya, “aku gak salah dengar kan?”
                “benar, ini lihat” lina menunjukkan halaman majalah yang berisi cerpenku. “disini ada keterangan bahwa menyatakan Cahaya khairunnisa menang “lomba cerpen dadakan satu hari”, tema dan isi cerpen yang luar biasa, kata salah satu juri cerpen” lina membacakan lengkap. “aku sudah membaca cerpennya aya, bagus sekali cerpennya, ajarin dong aya cara bikin cerpen yang bagus kayak gini” lina mencubit pipi cabi ku.
                “aduuhh,sakit lina” ku mengelus pipiku yang sedikit nyeri itu, “aku belajar banyak dari ekskul kepenulisan, makanya kamu ikutan aja, hehe” bujuk ku padanya
                Aku masih belum percaya, kenapa aku sama sekali tidak tau mengenai terbitnya majalah sekolah, padahal selama ini dari mulai proses persiapan majalah sampai dengan penerbitannya aku selalu ikutin dari  balik layar seorang penggemar. Tapi sekarang aku sama sekali tidak mengetahuinya, dan cerpen dadakanku ada disana. Ya Ampun kenapa sama sekali aku tidak mengetahuinya. Mungkn aku terlalu sibuk 2 minggu ini dengan tugas-tugas sekolah yang minta dikerjakan mengikuti jejak-jejak pembuatan cerpen dadakan alias “bergadang”.
                “aya, selamat ya, cerpen kamu menang lomba” kata kak rosya yang tiba-tiba datang menghampiri kami berdua.
                “kak rosya, kenapa cerpennya sudah terbit dimajalah langsung? Kenapa aya belum mengetahuinya kak?” aku masih bertanya-tanya
                Kak rosya begitu menjelaskan dengan panjang lebar. Beliau bilang supaya menjadi kejutan spesial saja bahkan yang mengetahuinya hanya beberapa saja. Bukan kejutan buatku saja tapi juga buat sekolah. Lomba kompetisi itu diterimanya pada pagi hari sehari sebelum pengumpulan. Beliau bingung siapa yang akan menjadi perwakilannya untuk menjadi peserta, ia datang kesana kemari menemui anggota bidang cerpen tetapi mereka menolak. Kaka rosya tidak tau kepada siapa. Padahal kompetisi ini sangat bagus apalagi doorprizenya pergi ke malaysia dan uang tunai. Sedikit tidak percaya memang, tapi dengan sigap kak rosya mencari tau dan ternyata benar. Siangnya pulang dari sekolah, kak rosya menemui pembina kepenulisan. Kak rosya minta saran beliau.
                “apa informasinya sudah benar?” tanya pak syahid meyakini
                “iya, pak langsung ke call centre nya, dan mereka bilang info kompetisinya memang sengaja satu hari, karena online, jadi kalo disia-siakan, kan kasian, doorprizenya ke malaysia lho pak”
                “lalu siapa yang mau mengikutinya? Rosya?” tanya pak syahid
                “rosya belum tau pak”
                “begini saja, kamu coba saja tawarkan dengan cahaya, kelas x, dia jago dalam tulis menulis, bapak yakin dia bisa” bapak syahid dengan mantap menyarankan.
                Akhirnya atas dasar saran pak syahid lah kak rosya memilihku. Dan kenapa diterbitkan dulu, agar menjadi kejutan saja buat sekolah dan buat diriku bahwa tulisanku , sebuah karya yang dikerjakan dalam semalaman suntuk bisa meraih juara dan membanggakan nama sekolah. Lomba yang diadakan dalam tempo singkat,kk rosya tidak ingin menyia-nyiakannya. Benarpun kompetisi itu hanya sekedar isengan saja, setidaknya bisa menjadi bahan pengalaman berharga bagiku juga bagi kak rosya serta sahabatku.
                Mungkin sedikit terlupakan oleh kita, bahwa hal-hal yang kecil itu bisa membawa manfaat yang besar buat kehidupan kita. Seperti diriku, dikala aku sedang letihnya menerima banyak tugas dan ditambahkan dengan tugas dadakan yang harus dikerjakan dalam kurun waktu satu malam, bagaimana tidak pusing, namun aku tetap berusaha amanah. Tidak mudah memang, namun tidak salah untuk mencobanya.
                Ini tentang ceritaku, cerita tentang pengalamanku mendapatkan tugas dan membuat cerpen dadakan. Dan kini aku Cahaya, tengah diburu deadline, novel minggu depan sudah harus selesai diketik, karena akan segera diedit dan dirilis 2 bulan ini. Aku terkadang senyum-senyum sendiri mengingat kisah cerpen dadakanku saatku diburu deadline seperti ini.
                “aya, kamu kenapa? Senyam-senyum aja” kak tina heran melihatku
                “tiba-tiba saja aku teringat kisah manisku kakak” senyum ku semakin lebar.
Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar