Hari
itu tugas menumpukdari guru sekolah, bu guru titin yang memberikan tugas
seabrek, dan minta dikumpulkan besok,eh besok atau tidak ya? Ya sudah nanti
tanya saja dengan lina sahabatku super duper baik. Lamunanku tiba-tiba saja
terhenti.
“neng,
mau turun dimana neng?” tanya pak supir. “ini udah dipemberhentian terakhir.
“astaghfirullah,
ya Ampun” aku langsung menepuk keningku “ pak supir, jalan menuju rumah saya
kelewat, bagaimana ini pak?” aku meringis sedikit hampir menangis, ya Allah
sudah lewat ternyata, “haduuh, pak supir, bagaimana ini?” aku menggaruk-garuk
kepala ku yang tidak gatal dengan melihat sekeliling diluar oplet itu, tapi aku
belum mau beranjak keluar dari oplet itu. Berharapa pak supir mau mengantarku
ke tempat tujuan yang sudah kelewat jauh.
“pak,
supir, tolong saya dong pak?” mohon ku dengan pak supir
“ya
sudah, bapak antarkan, neng.tapi lain kali jangan melamun ya neng,”
“hihihi,
makasih pak” aku kegirangan.
Alhamdulillah
pak supir baik banget, beliau memang supir sejati. Beliau juga langganan
opletku jika aku pulang dari sekolah.
Akhirnya
sampai juga didepan pagar rumahku, hari ini penat itu terasa banget.
Sesampai
nya dipintu masuk rumah. Aku dikejutkan hadirnya kak rosya, kakak kelasku dan
juga kakak mentorku dalam hal kepenulisan. Beliau memberitahu ku bahwa ada
kompetensi menulis cerpen, dan pengumpulan cerpen terakhir besok via email penyelenggara.
“apa?
Besok kak?” kagetku, serasa seperti mimpi, aku cubit kedua pipiku , “aduuh ,
sakit”
“ini
bukan mimpi, ini beneran, besok cerpen sudah selesai dan serahkan pada kakak
dalam file besok pagi sebelum jam masuk kelas, karena batas akhir pengiriman
jam 08:00” kata kak rosya tanpa memberiku kesempatan untuk berbicara
Ku
tarik napasku dalam-dalam dan ku hembuskan pelan,
“kaka,,,,”
kataku terpotong
“kakak,
tidak mendengar alasan apapun besok cerpennya harus ada, harus yang terbaru,
tidak boleh yang lama okay, kakak pamit dulu, kakak sudah menuggu dari tadi
tapi aya baru sampai rumah sekarang , kakak sudah habiskan banyak kue lho”
“okeh,
baik kakak, tapi temanya apa?” aku berusaha menguatkan diri dan masih
mengumpulkan udara-udara untuk nafas yang terasa sesak ini.
“bebas,
bagus dan uptodate., oia sampaikan dengan bunda kakak balik dulu sepertinya
beliau didapur, ok, wasalam” kaka rosya langsung melaju dengan motornya
meniggalkanku yang masih melongo, “apa
yang harus ku perbuat?”.
“wa’alaikumsalam,
“ -___-“
***
Malam
ini aku tidak bisa tidur, masih mondar-mandir dalam kamarku yang mungil itu,
walau mungil cukup untuk tempat tidur, meja belajarku. Aku terus berpikir dan
berpikir cerpen apa dan tema cerita seperti apa? Aku bingung,
“aduuuh,
astaghfirullah, bagaimana ini belum dapat ide, besok,, waduuh,, kak rosya tidak
salahkan? Kak rosya berhasil buat diriku galau” aku meringis , kembali
kugaruk-garuk kepala berharap bisa mengeluarkan ide
“ayoo,
otak berpikir-berpikir,kak rosya udah beri aku tantangan yang luar biasa, jadi
otak ayoo keluarkan ide itu” aku mulai gila :D
Ku
terdiam sejenak,berpikir tenang, dan, “aha, “ tiba-tiba saja lampu ide itu
muncul. Ku ambil laptop kecilku, dan jari-jemariku mulai menari-nari diatas
keyboard, begitu cepat, dan sangat bersemangat, kali ini ide yang datang tidak ku
sia-siakan selagi ia muncul dan minta dituliskan, kutuliskan dengan segera agar
tidak hilang. Tak terasa sudah dua jam berlalu, dan akhirnya
Tik,tik,t-i-k
suara ketikan keyboard terakhir “selesa,,aaaaii” teriakku
Tok,,tok,
suara pintuku ada yang mengetuk “Aya, sudah jam 12 malam, ayoo tidur, masih
mengetik juga?” tanya bunda cemas. Aku langsung membuka pintu kamarku yang
mungil itu.
“hehe,bunda”
cengirku pada bunda, “ada tugas mengetik bunda dikumpulkan besok, aya sudah
selesai nulisnya tinggal di edit aja, ntar kalo sudah selesai aya langsung
tidur kok, hehe” aku berusaha melobi bunda, bunda tampak tidak senang jika aku
harus bergadang, jangankan bunda aku juga tidak senang, tetapi bukan berarti
aku membenci tugas ini, kak rosya mungkin ada maksud tertentu, semoga ada
hikmahnya.
“ya
, sudah selesaikan cepat, setelah itu langsung tidur, jangan lupa ambil wudhu”
“sip
bunda” aku langsung memberi hormat pada bunda, seperti seorang prajurit memberi
hormat pada komandannya :D
Alhamdulillah,
sekian lama tadi mengeditnya selesai juga, ku lihat jam dinding kamarku, sudah
pukul 00:30 , “waduuuh” ke tepuk jidatku, “sudah harus tidur nih,, Ya Allah
semoga hamba tidak mengantuk saat jam pelajaran pak syahid besok, aamiin”.
***
Pagi ini aku
datang kesekolah lebih awal dari sebelumnya, berlari menuju kelas kak rosya
untuk menyerahkan tugas cerpen ini. Setiba dikelas kak rosya, sepertinya belum
hadir,
Tiba-tiba
saja.
“aya”
seseorang memangil sambil menepuk bahuku.
Aku langsung
kaget “astaghfirullah” jantungku hampir copot, aku langsung menoleh belakang ke
arah sumber suara itu.
“kak rosya?
Fiuh,, “ menghela nafas. aku tidak mengerti kak rosya begitu aneh semenjak aku
diberi tugas dadakan ini, masih terbenak dalam hatiku ada apa dibalik semua
ini?
“iya, mana
tugasnya?” kaka rosya menagih tugas ku, seperti seorang rentenir menagih
hutang. :D.
“ini kak,
sudah,” aku langsung menyerahkan flashdisk ku yang sudah berisi cerpen
tersebut.
“oke,kalo
gitu balik gih kekelasmu adik kecil” ia mengusap-ngusap kepalaku seperti
seorang kakak kandung terhadap adiknya.
Aku
sedikit tersenyum, walau sebenarnya masih kesal dengan tugas dadakan ini, kesal
tapi kesal seperti seorang adik terhadap kakaknya yang jail. Aku pun kembali
melaju kekelas, aku baru ingat kalau hari ini jadwal piketku.
Bel
masuk jam pertama berbunyi,,
“ya,
Ampun, apa itu benar?” lina hampir tidak percaya dengan apa yang aku ceritaka
tentang tugas dadakan kak rosya. Dan ia lebih tidak percaya lagi aku polos saja
menuruti tugas dari kak rosya dan mengerjakannya hingga larut malam.
“apa
perlu, aku cubit pipimu tanda bahwa ini nyata” aku menawarkan diriku.
“mmm..
tidak usah, tidak, biar kucubit sendiri” ia langsung mencubit pipinya , sama
seperti aku lakukan sebelumnya. “aduh, sakit,” tiba-tiba saja ekspresi wajahnya
berubah, kali ini lebih menegangkan, nafasnya sempat berhenti 0,008 detik,
matanya melotot, mulutnya sedikit menga-nga sambil menepuk bahuku.
“ada
apa? Ada apa dengan wajahmu lina, semakin aneh, haha” aku hanya tertawa heran.
“aya,
apa dirimu sudah mengerjaan tugas bu titin?” tanya lina memastikan apa aku
benar-benar sudah buat? Atau aku lupa mengerjakannya ?
Kali
ini ekspresi wajahku seperti ekspresi wajah lina, kutegakkan kepalaku yang
sedari tadi kusandarakan dikursi kepala, dengan mata sedikit lebih besar, dan
mulutku yang sedikit lebih menga-nga diiringi dengan kalimat “APA?” ya ampun
aku sama sekali tidak ingat “astagfirullah, aku tidak ingat lina, belum ada
satupun ku kerjakan” aku menepuk jidatku.
“owh,hehe”
dia hanya tertawa melihatku “ tidak apa-apa, aku cuman nanya aja kok,lagian kan
kumpulnya minggu depan, bu titin tadi sudah pesan tadi pagi dengan ketua, kalo
hari ini beliau izin tidak nagajar, anak beliau mendadak demam” jawaban lina
berusaha menenangkan diriku yang syok, “kalau belum, aku mau ngajak kerjakan
bersama-sama, gitu, hehe, jangan kaget gitu dong aya” ia sedikit mengedipkan
matanya, itu kedipan jail kurasa.
“kenapa
tidak kasih tau aku? Aku kan sudah panik, beberapa hari ini jantungku hampir
copot, fiuuh” ekspresi wajahku kuyu “lina, terimakasih atas sport jantungnya
hari ini “ gigirapat “mari kita kerjakan tugas bu titin” gigiku makin rapat
“oke,
sahabatku yang cerdas, baik lagi cantik ini, apalagi ekspresi yang tadi, haha”
lina tertawa senang dia berhasil menajili aku.
***
Seminggu
waktu telah berlalu. Tugas sekolah dari bu titin pun juga sudah ku kerjakan
bersama dengan sahabatku yang baik lagi suka jail itu. Dan sudah berlalu
seminggu juga cerpen dadakanku itu. Dipikiranku dan hati ku maish penuh tanya
kenapa ada tugas seperti itu. Mungkin bagi orang lain itu biasa. Namun bagiku
penulis pemula itu adalah exsperience yang luar biasa. Namun aku tidak
memberanikan diri bertanya aku hanya patuh begitu saja seperti tersihir dengan
perintah itu.
Namun
hari ini, aku memberanikan diri menghubungi beliau via telpon.
“owh,,
masalah tugas itu?” jawab kak rosya dari seberang telpon sana.
“iya
kak, kenapa dadakan seperti itu? Dan kenapa harus aya? Aya kan......”
pembicaraanku terpotong
“karena
kakak ingin aya yang melakukannya dan tidak ada alasan khusus apapun, dan
menurut kakak itu tidak dadakan, karena masih diberi satu hari, dan bukan
dikerjakan disaat itu juga dan dikumpulkan saat itu juga kan?”
“mm,,,
ii,,iya juga siih” ku garu-garuk kepala ku yang tidak gatal dan cengar-cengir
“hehe,,
kak yakin aya bisa dan aya sudah membuktikannya. Nantikan kabar dari kakak
mengenai cerpen aya ya, nanti kakak jelaskan sejelas-jelasnya. Oia kakak belum
ada baca cerpen aya lho, kakak langsung saja kirim filenya, karena waktunya
mepet, hehe”s
“hehe,
benar kak? Kalau kakak mau baca, ini filenya ada dengan aya, mau?” tawarku
dengan senang hati
“enggak
usah, nanti-nanti saja, tunggu hasilnya saja, kalo cerpennya aya bagus, kakak
mau baca dan kakak terbitkan nanti di majalah sekolah, tapi kalau tidak bagus
hasilnya kakak gak mau baca,hehe, canda, ya sudah kakak tutup telpon dulu ya
mau kerjakan tuga s” selohor kakak rosya.
“owh
baiklah” jawabku datar
“assalamu’alaikum”
salam kak rosya.
“wa’alaikumsalam
, kak” telpon terputus. Aku masih lesu, baru saja senang dan lesu lagi. Hasil?
Hasil apa maskud kak rosya? Juara? Maksudnya berharap aku juara? Aku saja tidak
yakin dengan cerpen dadakan dan ngebut itu. Ya sudahlah, semoga saja hasilnya
bagus. Aamiin.
***
Dan
kembali seminggu waktu berlalu, hari ini jadwal kepenulisan yang biasanya ada
sekarang tidak diadakan, dikarenakan kakak pengurusnya sedang mempersiapkan
lomba, kami adik-adik polos nan pemula ini diminta istirahat sebentar, dan
diberi bahan belajar tentang kepenulisan. Dan hari ini juga tidak kulihat juga sosok
kak rosya. Dimana beliau?
“ayaaaa,,”
teriak sesorang memanggilku. Aku kenal dengan suaranya “lina”. Aku menoleh ke
belakang.
“lina.”
Ternyata benar itu suara cempreng lina. Lina berlari laju ke arahku sambil
membawa sebuah majalah atau buku atau apa, aku juga kurang begitu jelas, namun
itu seperti sebuah majalah. Ia menggulungnya dan menggenggam erat.
Ia
tiba didekatku. Memegang bahuku mencoba mengumpulkan udara-udara untuk
bernafas. Ia begitu ngos-ngosan.
“hah,
aya, uhuk,,uhuk” lina sampai terbatuk-batuk dan dalam proses pengumpulan nafas.
-_-
“tarik
napas dulu, baru cerita” aku menepuk-nepuk pelan punggungnya
“hah,
fiiuuh, hah. Bismillah. Aya cerpen mu terbit dimajalah sekolah, ye ye ye” sorak
lina sambil melompat-lopmat riang, seperti habis mendapatkan durian jatuh.
“apa?
Benar itu lina?” aku hampir tak percaya, “aku gak salah dengar kan?”
“benar,
ini lihat” lina menunjukkan halaman majalah yang berisi cerpenku. “disini ada
keterangan bahwa menyatakan Cahaya khairunnisa menang “lomba cerpen dadakan
satu hari”, tema dan isi cerpen yang luar biasa, kata salah satu juri cerpen”
lina membacakan lengkap. “aku sudah membaca cerpennya aya, bagus sekali
cerpennya, ajarin dong aya cara bikin cerpen yang bagus kayak gini” lina
mencubit pipi cabi ku.
“aduuhh,sakit
lina” ku mengelus pipiku yang sedikit nyeri itu, “aku belajar banyak dari
ekskul kepenulisan, makanya kamu ikutan aja, hehe” bujuk ku padanya
Aku
masih belum percaya, kenapa aku sama sekali tidak tau mengenai terbitnya
majalah sekolah, padahal selama ini dari mulai proses persiapan majalah sampai
dengan penerbitannya aku selalu ikutin dari
balik layar seorang penggemar. Tapi sekarang aku sama sekali tidak
mengetahuinya, dan cerpen dadakanku ada disana. Ya Ampun kenapa sama sekali aku
tidak mengetahuinya. Mungkn aku terlalu sibuk 2 minggu ini dengan tugas-tugas
sekolah yang minta dikerjakan mengikuti jejak-jejak pembuatan cerpen dadakan
alias “bergadang”.
“aya,
selamat ya, cerpen kamu menang lomba” kata kak rosya yang tiba-tiba datang
menghampiri kami berdua.
“kak
rosya, kenapa cerpennya sudah terbit dimajalah langsung? Kenapa aya belum
mengetahuinya kak?” aku masih bertanya-tanya
Kak
rosya begitu menjelaskan dengan panjang lebar. Beliau bilang supaya menjadi
kejutan spesial saja bahkan yang mengetahuinya hanya beberapa saja. Bukan
kejutan buatku saja tapi juga buat sekolah. Lomba kompetisi itu diterimanya
pada pagi hari sehari sebelum pengumpulan. Beliau bingung siapa yang akan
menjadi perwakilannya untuk menjadi peserta, ia datang kesana kemari menemui
anggota bidang cerpen tetapi mereka menolak. Kaka rosya tidak tau kepada siapa.
Padahal kompetisi ini sangat bagus apalagi doorprizenya pergi ke malaysia dan
uang tunai. Sedikit tidak percaya memang, tapi dengan sigap kak rosya mencari
tau dan ternyata benar. Siangnya pulang dari sekolah, kak rosya menemui pembina
kepenulisan. Kak rosya minta saran beliau.
“apa
informasinya sudah benar?” tanya pak syahid meyakini
“iya,
pak langsung ke call centre nya, dan mereka bilang info kompetisinya memang
sengaja satu hari, karena online, jadi kalo disia-siakan, kan kasian,
doorprizenya ke malaysia lho pak”
“lalu
siapa yang mau mengikutinya? Rosya?” tanya pak syahid
“rosya
belum tau pak”
“begini
saja, kamu coba saja tawarkan dengan cahaya, kelas x, dia jago dalam tulis
menulis, bapak yakin dia bisa” bapak syahid dengan mantap menyarankan.
Akhirnya
atas dasar saran pak syahid lah kak rosya memilihku. Dan kenapa diterbitkan
dulu, agar menjadi kejutan saja buat sekolah dan buat diriku bahwa tulisanku ,
sebuah karya yang dikerjakan dalam semalaman suntuk bisa meraih juara dan
membanggakan nama sekolah. Lomba yang diadakan dalam tempo singkat,kk rosya
tidak ingin menyia-nyiakannya. Benarpun kompetisi itu hanya sekedar isengan
saja, setidaknya bisa menjadi bahan pengalaman berharga bagiku juga bagi kak
rosya serta sahabatku.
Mungkin
sedikit terlupakan oleh kita, bahwa hal-hal yang kecil itu bisa membawa manfaat
yang besar buat kehidupan kita. Seperti diriku, dikala aku sedang letihnya menerima
banyak tugas dan ditambahkan dengan tugas dadakan yang harus dikerjakan dalam
kurun waktu satu malam, bagaimana tidak pusing, namun aku tetap berusaha
amanah. Tidak mudah memang, namun tidak salah untuk mencobanya.
Ini
tentang ceritaku, cerita tentang pengalamanku mendapatkan tugas dan membuat
cerpen dadakan. Dan kini aku Cahaya, tengah diburu deadline, novel minggu depan
sudah harus selesai diketik, karena akan segera diedit dan dirilis 2 bulan ini.
Aku terkadang senyum-senyum sendiri mengingat kisah cerpen dadakanku saatku
diburu deadline seperti ini.
“aya,
kamu kenapa? Senyam-senyum aja” kak tina heran melihatku
“tiba-tiba
saja aku teringat kisah manisku kakak” senyum ku semakin lebar.
Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar