ROBOT ( Kau tak seharusnya ada)
Aku adalah seorang anak yang tak diinginkan
kehadirannya. Aku hidup bersama dengan nenekku. Ibuku atau ayahku, aku tidak
tahu dimana mereka,Bagaiamana wajah mereka, bagaimana suara mereka, seperti apa
mereka memanggilku. Aku tidak tahu.
Nenekku selalu memarahiku. Setiap
hal yang kulakukan selalu salah dimatanya. Setiap makian yang dimuntahkan
kepadaku adalah kalimat yang membuat pikiranku selalu bertanya
“kenapa aku hadir di dunia ini?”.
“kenapa aku hadir di dunia ini?”.
Walau nenek menganggapku adalah
sebuah beban namun ia terus-menerus merawatku. Menyuruhku makan, menyuruhku
mandi, atau mengecek kamarku setiap malam memastikan apakah aku sudah tidur
atau belum. Aku tidak mengerti sikap nenek. Ia sangat membenciku tapi ia juga
terus merawatku.
“apa kau sudah makan?”
“belum”
“kenapa kau tidak makan? Kau
harus makan, apa kau ingin sakit? apa kau ingin menghabiskan uang nenekmu agar
kamu bisa dirawat di rumah sakit,hah? Jangan menambah masalah lagi, cepat makan
sana” nenek terus menceramahiku, kalimat peduli namun dibumbui kalimat
nyelekit.
“baik”
Tahun-tahun berlalu, bak daun
yang berguguran. Aku tumbuh dewasa. Dan satu bulan lagi aku akan lulus sma. Nenek
sibuk memilih perguruan tinggi mana yang akan ku masuki. Ia menelpon kepada
orang-orang yang sering ia ajak diskusi. Meminta saran dan rekomendasi
perguruan tinggi mana yang cocok untukku nanti. Tapi aku tidak begitu antusias. Aku
sudah mempunyai pilihanku sendiri.
“aku tidak mau kuliah,”
“Apaaa?” nenek benar-benar terkejut mendengar kalimatku. Bak petir di siang bolong. Matanya melotot ingin keluar. Ku lihat wanita tua itu mengepalkan tangannya sambil menahan amarah.
“apa kau sudah gila? Kau ingin menelantarkan dirimu dan mengumumkan pada semua orang bahwa aku sudah menyia-nyiakan orang yang seharusnya tak hadir di dunia ini, begitu hah?”
Aku terkejut mendengar kalimat itu. aku sebagian terharu,tapi sebagian lagi marah,sebagian lagi tak mengerti,sebagian lagi ingin memintanya untuk menjelaskan lebih jelas, aku ini diharapkan atau tidak. Jika memang aku tak diinginkan kenapa tidak membuangku saja dari dulu. Dariku masih bayi, sehingga tak perlu menghabiskan waktu,tenaga dan uang untuk membesarkanku. Tapi hanya kata itu yang bisa kutanyakan.
“kenapa nenek ingin sekali aku kuliah? padahal bisa saja nenek menyuruhku bekerja dengan begitu aku bisa memberi nenek uang, dan cepat atau lambat aku bisa mengganti semua uang nenek yang telah membesarkan dan menyekolahkanku, jadi unt----“
Plak!!!
Sebuah tamparan mendarat di pipiku. Aku tidak menyangka nenek akan menamparku. Aku memegang pipiku yang sakit dan mengelus-elusnya. Aku melihat wajah nenek. Dan. Deg!!
Nenek menangis. Tangisan tanpa
suara. Aku belum pernah melihat nenek menangis. Mungkin pernah tapi aku tidak
pernah melihatnya secara langsung.
“Ne-nenek,ke—“
“berhenti bicara, kau tidak punya hak bicara, kau hanya perlu mendengarkan kataku, makan, maka kau harus makan!, tidur, maka kau harus tidur!!, sekolah, maka kau harus sekolah!!!, dan kuliah..KULIAH...maka kau harus kuliah!!!!.kau...kau” nenek mengatakannya dengan penuh amarah dan air mata, tangan yang bergetar yang terus menunjukku. Butiran mata yang terus membasahi pipi setiap mengatakan kata “kau”.
Aku hanya diam. Terus mendengarkan. Tanpa terasa air mataku juga jatuh.
“Apa-apa aku ini robot bagi nenek?”
***
next ROBOT part II
Tidak ada komentar:
Posting Komentar