Janji di Langit senja
By: IsyaRayLe
Support Puisi by: Lara Aprilia wina
“Kamu
sudah ketemu Salim belum?” tanya ibu Nia saat makan malam bersama.
Nia
yang sedang asyik makan tiba-tiba terbatuk mendengar nama itu keluar dari mulut
ibunya.
“Kenapa
ibu tiba-tiba nanya gitu?”
Ibu
Nia sangat terkejut mendengar respon dari Nia yang sepertinya tidak tahu
apa-apa.
“Jadi
kamu belum ketemu dengan dia? Padahal sudah hampir sebulan lho dia disini,
terakhir dia ke rumah kita dua hari yang lalu”
“Jam
berapa?”
“kalao
gak salah sore”
Nia
ingat sore itu dia ada urusan di panti dekat rumah balai desa, sebagai
narasumber untuk memotivasi anak-anak disana.
“kok,
ibu gak kasih tahu Nia?”
“Astaghfirullah
ibu lupa Ni, makanya ibu tanya kamu ada ketemua dia apa belum?”
“Belum
ada sih buk,”
Nia
berpikir sejenak. Kenapa ia tadi tiba-tiba teringat si “Neighbor” ketika
melihat senja dan sekarang ibu membahas tentang Salim.
Neighbor
dan Salim adalah orang yang sama. Neighbor ada julukan yang diberikan oleh si
gadis bertubuh mungil itu pada Salim. Neighbor seperti yang sudah diketahui
adalah bahasa inggris yang artinya “Tetangga”. Hubungan Nia dan Salim yang
sangat akrab terkadang disalah artikan bahwa mereka berpacaran, padahal mereka
hanya berteman dan hal itu didukung karena mereka berdua bertetangga, maka dari
itu jika ada yang menanyakan siapa Salim bagi Nia, maka gadis itu akan menjawab
dia adalah “My Neighbor”. Julukan itu
tidak selalu dia sebut, hanya sesekali jika dia sedang kesal dengan Salim si
teman jailnya itu. Begitu juga dengan Salim ia hanya menganggap Nia sebagai
temannya, itu yang sering dia katakana jika teman-temannya mulai meledek antara
dia dan Nia.
“Kamu
sudah bertemu dengan Salim?” tanya seorang ibu paruh baya yang menjadi
langganan Nia di pasar jika berbelanja bumbu-bumbu masakan pada keesokan
harinya.
“Salim?”
Nia benar-benar terkejut mendengar nama itu disebut lagi. Kali ini ada apa
gerangan, apa ibu ini juga bertemu dengan salim.
“Iya
salim, kemarin Guntur cerita dia bertemu dengan Salim dibalai desa, dan dia ada
rencana ingin bertemu denganmu tapi masih belum ada waktu”
Apa
begitu susahnya bertemu denganku? Padahal rumahku tetap seperti yang dulu,
tidak berpindah tempat. Batin Nia.
“Apa
kamu sudah bertemu dengannya?” tanya ibu paruh baya itu sekali lagi sambil
menyerahkan barang belanjaannya.
“Belum.
Berapa semua bu?”
“tiga
puluh ribu” Nia menyerahkan duit lima puluh ribu.
“Apa
Guntur ada cerita lagi tentang Salim,bu?”
“Hanya
itu saja ceritanya, kembaliannya dua puluh ribu”
“Makasih
bu,”
“Sama-sama,
semoga kamu bisa bertemu dengan Salim lagi”
Nia
hanya tersenyum kaku dan pamit pulang.
Malamnya
ia mulai lanjut menyelesaikan tulisan rubriknya yang dua hari lagi deadline.
Ditengah-tengah keheningan suara malam itu, tiba-tiba saja ibu mengetuk pintu
kamarnya.
“Masuk
bu, gak dikunci” jawab Nia sambil terus mengetik.
“Apa
ibu menganggu?” Tanya ibu yang sudah duduk dibibir tempat tidur anak gadisnya.
Nia seketika menghentikan tulisannya sambil melepas kacamatanya dan
meletakkannya dimeja. Ia memutar kursi hingga badannya menghadap ibunya.
“enggak
kok, ada apa ibu?”
“mengenai
S2 mu, apa kamu sudah memberi jawaban?”
“Nia
akan memberi jawabannya besok kalau paman sudah ada disini”
“Tapi
kamu sendiri sudah punya jawabannya,kan?”
Nia
mengangguk pelan.
“sudah
bu, sebenarnya Nia memang sangat ingin mendapatkan S2, dan ini juga bukan
proses yang mudah dan sebentar, setelah mengikuti berbagai tes dan ujian, Nia gak mungkin melepasnya begitu saja, dan
juga paman berperan besar dalam hal ini, kalau bukan karena paman mungkin saja
orang lain yang dapat, tapi jika ibu ingin Nia te-“
“Tidak,
ibu tidak apa-apa, Abahmu juga sudah menyerahkan keputusan sepenuhnya padamu,
ibu datang kesini hanya ingin memastikan
bahwa kamu mengambil S2-nya, jangan jadikan beban Ibu atau Abahmu dalam
menghalangi karirmu”
“Tapi,
Nia baru saja beberapa bulan bersama dengan Ibu dan Abah lagi, untuk berpisah
lebih lama lagi dan bahkan sangat jauh dari Indonesia membuat Nia harus
matang-matang memikirkannya,”
“Teruslah,
raih impianmu” ibu membelai rambut hitam lebat anak gadis satu-satunya itu. Nia
membalas dengan pelukan hangatnya.
“Nia
selalu merindukan bau harum ibu”
“Ih,
ibu bau tau…tadi abis ngupas bawang”
“Gak
apa-apa, bau bawang harum”
Bersambung...
Part III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar