Bismillah.
Janji di Langit senja
By: IsyaRayLe
Support Puisi by: Lara Aprilia wina
Nia
merapikan meja kerjanya setelah sekian jam ia berkutik dengan laptop dan
beberapa berkas penting. Ia menggeliat merasakan pegal badan setelah lama duduk.
Ia pun beranjak dari kursi panasnya dan berjalan ke arah jendela kamar,
merasakan bau basah karena hujan seharian. Sore itu hujan sudah berhenti, ia
bisa melihat langit lebih terang. Dengan warna keemasan dan jingga langit itu,
Nia tersenyum takjub. Ia sangat suka melihat panorama langit senja. Jika
berbicara tentang langit senja ada banyak hal yang teringat olehnya, salah
satunya tentang si “Neighbor” 5 tahun lalu.
Saat
itu Nia sedang dalam perjalanan pulang sekolah. Ia mengayuh sepedanya dengan
kencang, tidak ingin keduluan oleh teman jailnya itu. akan tetapi, ia tiba-tiba
saja menghentikan kayuh sepedanya, ia menurunkan kedua kakinya.
“Kenapa
berhenti” tanya teman jailnya yang sudah ngos-ngosan mengejar Nia.
“Lihat,
indah bukan?”
“Owh..iya
indah”
“Begitu
indah lukisan alam yang terhampar diujung senja, pancaran keemasan yang
menambah pesona ngarai, ter-“
“Yaahh…puisi
lagi”
“memang
kenapa?” Nia mendadak kesal dengan komentar teman jailnya itu “iyaalah yang gak
suka puisi-“
“Siapa
bilang? Aku suka kok?”
“Trus?
Kenapa komentarnya begitu?”
“ini
sudah senja Nia, itu artinya kita sudah harus segera pulang, nanti keburu malam
lagian kamu bakalan diomelin sama Abah kamu, kalau kamu berpuisi dulu makin
lama kamu pulang, udah ah…aku duluan ya… sayonara” laki-laki itu pun sudah
mengayuh sepedanya dengan cepat, meninggalkan Nia yang mulai panik.
“Tunggu
aku neighbor” teriak Nia yang sudah mulai mengayuh sepeda.
“Aku
bukan neighbooorr” teriak laki-laki itu sambil melambaikan tangannya pada gadis
berjilbab putih berseragam putih abu-abu itu.
Bersambung
Part II
Tidak ada komentar:
Posting Komentar