Minggu, 22 Januari 2017

Janji di Langit Senja Part I

Bismillah.
Janji di Langit senja

By: IsyaRayLe

Support Puisi by: Lara Aprilia wina

Nia merapikan meja kerjanya setelah sekian jam ia berkutik dengan laptop dan beberapa berkas penting. Ia menggeliat merasakan pegal badan setelah lama duduk. Ia pun beranjak dari kursi panasnya dan berjalan ke arah jendela kamar, merasakan bau basah karena hujan seharian. Sore itu hujan sudah berhenti, ia bisa melihat langit lebih terang. Dengan warna keemasan dan jingga langit itu, Nia tersenyum takjub. Ia sangat suka melihat panorama langit senja. Jika berbicara tentang langit senja ada banyak hal yang teringat olehnya, salah satunya tentang si “Neighbor” 5 tahun lalu.
Saat itu Nia sedang dalam perjalanan pulang sekolah. Ia mengayuh sepedanya dengan kencang, tidak ingin keduluan oleh teman jailnya itu. akan tetapi, ia tiba-tiba saja menghentikan kayuh sepedanya, ia menurunkan kedua kakinya.
“Kenapa berhenti” tanya teman jailnya yang sudah ngos-ngosan mengejar Nia.
“Lihat, indah bukan?”
“Owh..iya indah”
“Begitu indah lukisan alam yang terhampar diujung senja, pancaran keemasan yang menambah pesona ngarai, ter-“
“Yaahh…puisi lagi”
“memang kenapa?” Nia mendadak kesal dengan komentar teman jailnya itu “iyaalah yang gak suka puisi-“
“Siapa bilang? Aku suka kok?”
“Trus? Kenapa komentarnya begitu?”
“ini sudah senja Nia, itu artinya kita sudah harus segera pulang, nanti keburu malam lagian kamu bakalan diomelin sama Abah kamu, kalau kamu berpuisi dulu makin lama kamu pulang, udah ah…aku duluan ya… sayonara” laki-laki itu pun sudah mengayuh sepedanya dengan cepat, meninggalkan Nia yang mulai panik.
“Tunggu aku neighbor” teriak Nia yang sudah mulai mengayuh sepeda.

“Aku bukan neighbooorr” teriak laki-laki itu sambil melambaikan tangannya pada gadis berjilbab putih berseragam putih abu-abu itu.

Bersambung

Part II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar