Janji di Langit senja
By: IsyaRayLe
Support Puisi by: Lara Aprilia wina
Walau
sudah berlalu lama, namun ingatan akan kejadian yang membuat dirinya dan Salim
sudah mulai jarang berbicara masih berbekas dihatinya.
Menatap
birunya langit dan awan-awan putih yang berarak, nia sesekali mengingat
kejadian yang tak biasa itu, semenjak siswi yang bernama Sarah itu marah
padanya, hubungan Salim dan dirinya renggang tanpa disengaja, mengalir begitu
saja bahkan Sarah sepertinya dengan mudah melupakan tentang dirinya yang
membuat ulah hingga Nia masih merasakan sakit di pergelangannya waktu itu, ia
justru berpacaran dengan orang lain, hal itu tidak begitu diacuhkan Nia namun
mengingat apa yang sudah dilakukannya membuat si gadis bertubuh mungil itu
kesal.
Selama
rentang waktu yang cukup lama mereka jarang berbicara, Salim tiba-tiba mengajak
Nia bertemu setelah hari terakhir ujian Nasional.
“Selama
ini kita sibuk dengan belajar, dan jadwal kita yang beda karena beda kelas
membuat kita jarang main lagi, kali ini harus datang ya, jangan lupa” Kata
Salim sambil berlari meninggalkan Nia yang baru akan menuju parkiran sepeda.
Nia yang tidak sempat menjawab hanya mengangguk.
“Kamu
suka langit senja kan?” Tanya Salim ketika mereka sudah bertemu di jembatan
desa mereka. Disana cukup ramai karena para turis yang datang ke desa mereka
sering mengambil gambar matahari terbenam.
“Kamu
kan sudah tahu lama neighbor, kenapa tiba-tiba tanya hal itu?”
“Bukan
apa-apa” jawab Salim sambil memandang takjub pesona senja itu.
“Kala
langit berubah warna maka begitulah hati, terkadang ia hangat seperti mentari
pagi, terkadang panasa menyengat seperti terik matahari siang, terkadang lembut
seperti langit biru dengan awan putihnya, hingga berwarna jingga di sore hari
dan gelap dengan bintang gemintang di malam hari, tapi ada hal satu yang tidak
berubah….”
Salim
memandang Nia menunggu kelanjutannya.
“Langit,
walau ia berubah warna ia tetaplah langit”
Salim
tertawa lepas dan ia tidak memperdulikan wajah Nia yang memandang sebal karena
ditertawakan.
“Sudah
puas?”
“Nia..nia..
pfftt..hahaha”
“Kamu
bisa memberitahuku jika sudah selesai” ketus Nia.
“Maaf,maaf
aku tidak bisa menahannya” Salim mulai membernarkan posisi berdirinya dan
berubah ekspresi sedikit lebih serius “Maafkan aku , bukan maksudku
menertawakanmu, hanya saja aku tidak bisa menahan rasa gembiraku” Nia
mengeritkan dahi tidak mengerti.
“Sebenarnya
ada hal ingin kukatakan”
“Apa?”
“Kamu
tahu tentang Hubungan Ibuku dan keluarga mendiang Ayah?” Nia mengangguk
“Tiba-tiba saja kakek datang dan meminta aku dan ibuku untuk tinggal
dirumahnya. Awalnya aku menolak, tapi kakek bersikukuh memintaku untuk tinggal
dirumahnya, aku pun berusaha mempertimbangkannya,hingga berpikir bahwa aku tidak
tahan melihat ibu yang terus-menerus bekerja untuk menyekolahkanku, untuk bisa
sampai lulus dari SMA saja aku sudah bersyukur, tak terpikir untuk kuliah aku
ingin langsung bekerja menghasilkan uang dan bisa membahagiakan ibu”
“Tapi
kakek mengatakan hal yang tak terpikirkan sebelumnya, dan aku sudah memutuskan
untuk menerima tawaran untuk tinggal bersamanya dengan membawa ibu”
“Apa
kamu akan pergi jauh?”
“Ya,
kakek mengajakku ke Jepang, ia sudah menerimaku sebgai cucunya dan berjanji
akan membiayai kuliahku, tentu ada syaratnya”
“Apa
syaratnya?”
“Rahasia”
Nia
terlihat kecewa atas jawaban Salim, tapi ia tidak memaksa Salim , sudah mau
cerita dengannya saja sudah senang.
“Pasti
kamu akan rindu dengan desa dan semuanya, ya kan?”
“Tentu
saja” Senyum Salim terkembang “Oh ya, Ada hal lain yang ingin ku katakan dan
itu tujuanku untuk bertemu denganmu disini”
“Apa?
Masih ada hal lain?”
“Sebentar”
Salim memandang jam tangannya dan memandang langit “Kita bicarakan disana”
mereka pun berlari ke arah langit yang lebih banyak warna jingganya.
“Nia,
dengarkan aku baik-baik, mungkin aku tidak akan mengulanginya dan mungkin kita
akan sangat jarang bertemu karena besok adalah hari keberangkatanku-“
“Kamu
berangkat besok? Mendadak sekali?”
“Dengarkan
dulu, aku belum selesai bicara” Salim mengambil nafas panjang “Nia, Aku menyukaimu”
Nia
hanya terdiam, ia menutup kedua mulutnya, tak pernah terpikir sekalipun pun
Salim si neighbor mengatakan pengakuan dibawah langit senja.
“Aku
sudah lama menyimpannya, dan sebelum aku menyesal tidak pernah mengatakannya,
aku ingin menyatakannya untuk pertama kalinya atau mungkin terkahir kalinya
karena setelah ini kita akan berpisah dengan jarak dan waktu yang lama. Aku
tidak meminta jawaban darimu, cukup kamu tahu saja sudah membuatku senang,
jadi-“
Nia
berkaca-kaca, perlahan air matanya jatuh membasahi pipi, ia berusaha
menghapusnya dengan lengan baju.”Salim bodoh, jahat” hanya itu yang keluar dari
mulutnya.
Salim
tertegun mendengar Nia mengatakan dirinya bodoh dan jahat.
“Nia-“
“Kamu
jahat , kenapa mengatakan hal itu ketika akan pergi jauh-“
“Nia
dengarkan aku dulu-“
“Kamu,kamu
Aneh Salim, kamu aneh benar-benar aneh, bagaimana aku bisa menanggapi hal ini
dengan biasa, aku bahkan tidak punya kata-kata yang pas, apa bagimu ini mudah,
tidak Salim, mengatakan suka ketika akan pergi? Yang benar saja….”
Nia
berlari meninggalkan Salim yang masih belum punya kesempatan untuk menjelaskan
lebih jauh lagi. Nia terus berlari dengan deraian air matanya yang ia sendiri
pun tidak tahu mengapa ia menangis. Salim hanya berdiri termangu menatap lantai
jembatan.
Langit
senja waktu itu adalah hari terkahir setelah lima tahun mereka tidak pernah
bertemu lagi hingga hari dimana Salim muncul kembali secara tiba-tiba ketika
Nia akan pergi jauh, dan ia juga mengatakan akan pergi ke tempat yang jauh.
“Dia
mengatakan hal serupa ketika kalian akan berpisah?” komentar Sahabat Nia yang
juga mengambil S2 sama dengannya ketika mendengar cerita tentang Salim.
Nia
yang sehabis meneguk secangkir kopi moccanya mengangguk.
“Aku
bahkan seperti merasakan dejavu, hanya bedanya aku tidak menangis dan berlari
begitu saja seperti 5 tahun yang lalu”
“Lalu
bagaimana?”
“Bagaimana
apa?”
“Kelanjutan
hubungan kalian, kamu sudah memberi jawaban?”
“Kamu
mendengar dengan baik tidak ceritaku, dia baru akan melamarku jika kami kembali
bertemu dengan langit senja setelah pertemuan terakhir, itu pun jika aku belum
menikah dan tidak sedang dikhitbah orang lain, bagaimana mau memberi jawaban”
Terang Nia dengan santai.
“Kamu
tidak mencium hal yang aneh?”
“enggak,
dia memang dari dulu aneh, jadi sudah biasa bagiku”
“Lalu
kenapa waktu itu kamu menangis dan berlari waktu dia bilang suka padamu?”
“Itu
dia yang aku 5 tahun lalu dan sekarang tak mengerti, apa karena aku sedih ia
akan pergi jauh, atau apakah aku harus senang karena dia menyukaiku atau waktu
itu ada banyak hal yang tak dimengerti yang berlalu dengan cepat”.
Part VI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar