Minggu, 05 Februari 2017

Janji di Langit Senja Part V

Janji di Langit senja

By: IsyaRayLe

Support Puisi by: Lara Aprilia wina

Walau sudah berlalu lama, namun ingatan akan kejadian yang membuat dirinya dan Salim sudah mulai jarang berbicara masih berbekas dihatinya.
Menatap birunya langit dan awan-awan putih yang berarak, nia sesekali mengingat kejadian yang tak biasa itu, semenjak siswi yang bernama Sarah itu marah padanya, hubungan Salim dan dirinya renggang tanpa disengaja, mengalir begitu saja bahkan Sarah sepertinya dengan mudah melupakan tentang dirinya yang membuat ulah hingga Nia masih merasakan sakit di pergelangannya waktu itu, ia justru berpacaran dengan orang lain, hal itu tidak begitu diacuhkan Nia namun mengingat apa yang sudah dilakukannya membuat si gadis bertubuh mungil itu kesal.
Selama rentang waktu yang cukup lama mereka jarang berbicara, Salim tiba-tiba mengajak Nia bertemu setelah hari terakhir ujian Nasional.
“Selama ini kita sibuk dengan belajar, dan jadwal kita yang beda karena beda kelas membuat kita jarang main lagi, kali ini harus datang ya, jangan lupa” Kata Salim sambil berlari meninggalkan Nia yang baru akan menuju parkiran sepeda. Nia yang tidak sempat menjawab hanya mengangguk.
“Kamu suka langit senja kan?” Tanya Salim ketika mereka sudah bertemu di jembatan desa mereka. Disana cukup ramai karena para turis yang datang ke desa mereka sering mengambil gambar matahari terbenam.
“Kamu kan sudah tahu lama neighbor, kenapa tiba-tiba tanya hal itu?”
“Bukan apa-apa” jawab Salim sambil memandang takjub pesona senja itu.
“Kala langit berubah warna maka begitulah hati, terkadang ia hangat seperti mentari pagi, terkadang panasa menyengat seperti terik matahari siang, terkadang lembut seperti langit biru dengan awan putihnya, hingga berwarna jingga di sore hari dan gelap dengan bintang gemintang di malam hari, tapi ada hal satu yang tidak berubah….”
Salim memandang Nia menunggu kelanjutannya.
“Langit, walau ia berubah warna ia tetaplah langit”
Salim tertawa lepas dan ia tidak memperdulikan wajah Nia yang memandang sebal karena ditertawakan.
“Sudah puas?”
“Nia..nia.. pfftt..hahaha”
“Kamu bisa memberitahuku jika sudah selesai” ketus Nia.
“Maaf,maaf aku tidak bisa menahannya” Salim mulai membernarkan posisi berdirinya dan berubah ekspresi sedikit lebih serius “Maafkan aku , bukan maksudku menertawakanmu, hanya saja aku tidak bisa menahan rasa gembiraku” Nia mengeritkan dahi tidak mengerti.
“Sebenarnya ada hal ingin kukatakan”
“Apa?”
“Kamu tahu tentang Hubungan Ibuku dan keluarga mendiang Ayah?” Nia mengangguk “Tiba-tiba saja kakek datang dan meminta aku dan ibuku untuk tinggal dirumahnya. Awalnya aku menolak, tapi kakek bersikukuh memintaku untuk tinggal dirumahnya, aku pun berusaha mempertimbangkannya,hingga berpikir bahwa aku tidak tahan melihat ibu yang terus-menerus bekerja untuk menyekolahkanku, untuk bisa sampai lulus dari SMA saja aku sudah bersyukur, tak terpikir untuk kuliah aku ingin langsung bekerja menghasilkan uang dan bisa membahagiakan ibu”
“Tapi kakek mengatakan hal yang tak terpikirkan sebelumnya, dan aku sudah memutuskan untuk menerima tawaran untuk tinggal bersamanya dengan membawa ibu”
“Apa kamu akan pergi jauh?”
“Ya, kakek mengajakku ke Jepang, ia sudah menerimaku sebgai cucunya dan berjanji akan membiayai kuliahku, tentu ada syaratnya”
“Apa syaratnya?”
“Rahasia”
Nia terlihat kecewa atas jawaban Salim, tapi ia tidak memaksa Salim , sudah mau cerita dengannya saja sudah senang.
“Pasti kamu akan rindu dengan desa dan semuanya, ya kan?”
“Tentu saja” Senyum Salim terkembang “Oh ya, Ada hal lain yang ingin ku katakan dan itu tujuanku untuk bertemu denganmu disini”
“Apa? Masih ada hal lain?”
“Sebentar” Salim memandang jam tangannya dan memandang langit “Kita bicarakan disana” mereka pun berlari ke arah langit yang lebih banyak warna jingganya.
“Nia, dengarkan aku baik-baik, mungkin aku tidak akan mengulanginya dan mungkin kita akan sangat jarang bertemu karena besok adalah hari keberangkatanku-“
“Kamu berangkat besok? Mendadak sekali?”
“Dengarkan dulu, aku belum selesai bicara” Salim mengambil nafas panjang “Nia, Aku menyukaimu”
Nia hanya terdiam, ia menutup kedua mulutnya, tak pernah terpikir sekalipun pun Salim si neighbor mengatakan pengakuan dibawah langit senja.
“Aku sudah lama menyimpannya, dan sebelum aku menyesal tidak pernah mengatakannya, aku ingin menyatakannya untuk pertama kalinya atau mungkin terkahir kalinya karena setelah ini kita akan berpisah dengan jarak dan waktu yang lama. Aku tidak meminta jawaban darimu, cukup kamu tahu saja sudah membuatku senang, jadi-“
Nia berkaca-kaca, perlahan air matanya jatuh membasahi pipi, ia berusaha menghapusnya dengan lengan baju.”Salim bodoh, jahat” hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Salim tertegun mendengar Nia mengatakan dirinya bodoh dan jahat.
“Nia-“
“Kamu jahat , kenapa mengatakan hal itu ketika akan pergi jauh-“
“Nia dengarkan aku dulu-“
“Kamu,kamu Aneh Salim, kamu aneh benar-benar aneh, bagaimana aku bisa menanggapi hal ini dengan biasa, aku bahkan tidak punya kata-kata yang pas, apa bagimu ini mudah, tidak Salim, mengatakan suka ketika akan pergi? Yang benar saja….”
Nia berlari meninggalkan Salim yang masih belum punya kesempatan untuk menjelaskan lebih jauh lagi. Nia terus berlari dengan deraian air matanya yang ia sendiri pun tidak tahu mengapa ia menangis. Salim hanya berdiri termangu menatap lantai jembatan.
Langit senja waktu itu adalah hari terkahir setelah lima tahun mereka tidak pernah bertemu lagi hingga hari dimana Salim muncul kembali secara tiba-tiba ketika Nia akan pergi jauh, dan ia juga mengatakan akan pergi ke tempat yang jauh.
“Dia mengatakan hal serupa ketika kalian akan berpisah?” komentar Sahabat Nia yang juga mengambil S2 sama dengannya ketika mendengar cerita tentang Salim.
Nia yang sehabis meneguk secangkir kopi moccanya mengangguk.
“Aku bahkan seperti merasakan dejavu, hanya bedanya aku tidak menangis dan berlari begitu saja seperti 5 tahun yang lalu”
“Lalu bagaimana?”
“Bagaimana apa?”
“Kelanjutan hubungan kalian, kamu sudah memberi jawaban?”
“Kamu mendengar dengan baik tidak ceritaku, dia baru akan melamarku jika kami kembali bertemu dengan langit senja setelah pertemuan terakhir, itu pun jika aku belum menikah dan tidak sedang dikhitbah orang lain, bagaimana mau memberi jawaban” Terang Nia dengan santai.
“Kamu tidak mencium hal yang aneh?”
“enggak, dia memang dari dulu aneh, jadi sudah biasa bagiku”
“Lalu kenapa waktu itu kamu menangis dan berlari waktu dia bilang suka padamu?”
“Itu dia yang aku 5 tahun lalu dan sekarang tak mengerti, apa karena aku sedih ia akan pergi jauh, atau apakah aku harus senang karena dia menyukaiku atau waktu itu ada banyak hal yang tak dimengerti yang berlalu dengan cepat”.

Bersambung
...
Part VI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar