Minggu, 30 Juli 2017

Rainbow : Episode 4 (End)

Dedaunan dan Angin menari

 

Aku menunggu ditengah keramaian. Masih saja merasakan kesepian, meski sebuah ucapan selamat telah berdatangan.
Yang berjanji akan segera datang tak kunjung menampakkan dirinya.
Aku tertunduk menahan kesedihan berusaha tersenyum dalam himpitan waktu.

"A..aah.. begini ya rasanya sebatang kara" Keluhku.
Daun-daun berguguran meski belum sepenuhnya kuning. Angin berhembus diriku seakan berusaha menemaniku.

"Hulya" Suara itu menganggetkanku. Aku ragu-ragu menolehnya. Seketika badanku rasanya kaku. Bingung entah ekspresi apa yang harus kuberikan. Tidak, lebih tepatnya kata apa yang bisa memulai perjumpaan kami yang sekian lama berpisah. Dulu saling berdebat. Dulu saling memperebutkan hal-hal yang tidak penting meski aku berusaha menghindar namun ia berhasil memaksaku keluar dari zona nyaman.

"Hulya selamat ya" Langkah kaki itu sudah mendekatiku. Aku mendongak menatapnya. Tinggi.
Aku masih dengan keterkejutanku.

"Hulya? Masih ingat aku kan?"

"A-Afif?" Bagaimana dia bisa-. Aku terdiam sejenak. Sherly.

"Syukurlah masih ingat, aku sempat khawatir kamu lupa" Ia mengalihkan pandangannya sambil menggaruk-garuk kepala. Sesekali menunduk lalu bertanya lagi "kamu sendiri?"
Ah, pertanyaan itu entah mengapa tiba-tiba mengubah ekspresi wajahku.

"Hm" hanya itu.

"Maaf, aku tida ber-"

"Terimakasih sudah datang" Akhirnya aku bisa tersenyum. Sungguh aku seharusnya benar-benar berterimakasih padanya. ikut berkumpul bersama dedaunan yang gugur dan angin yang berhembus."Terimakasih"

"Sherly sudah menunggu di restoran, kita pergi sekarang?"

"Sherly?"

"Dia tidak memberitahumu?" Aku menggeleng. Kejutan apa ini?
Tapi terlepas dari hal itu aku senang. Akhirnya di hari bahagia ini aku tidak sendiri.

***
Aku pergi dengan mobil Afif. Dia mengemudi sambil sesekali menanyakan tentang kabarku, sesekali bercanda, sesekali membuatku sedikit kesal, sesekali menyelipkan kisah perjuangannya selama S2.

"Hulyaaaaa.." Sherly berlari lalu memelukku erat sesampai aku di restoran. Diluar dugaan. Kenapa semua keluarga Sherly datang juga. "Ini acara syukuran buat wisuda Hulya, Selamat ya Beb" ia mengembangkan senyumnya.

Afif juga tersenyum.

Hari itu kami semua menikmati hidangan.
Tawa riang. Saling bercerita. Suasana kekeluargaan yang begitu kurindukan.

"Aku sudah tahu siapa yang dulu Hulya sukai" Sherly membuka pembicaraan ketika kami bertiga jauh dari kerumunan. Aku terdiam. Apakah ini waktu yang tepat membicarakan hal itu.

"Itu sudah lama" Aku hanya menjawa datar.

"Benarkah?" Afif malah merespon dengan wajah penasaran. Tampak ia tersenyum ketika aku sekilas memandangnya. "Ha?"

"Aku juga penasaran" Afif memanganku penuh selidik.

"Afif, dialah pria yang selalu membuat masa SMA Hulya penuh warna seperti pelangi, benarkan?" Sherly menoleh kepadaku.

Aku ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh Hulya atas topik ini. Tapi melihat senyumnya yang riang, aku perlahan mulai mengerti. Mungkin ini untuk lelaki di sebelahku yang sudah mulai tersipu malu. Walau sedikit terlambat namun hatiku mulai berdesir.
Salah, bukan Afif yang aku suka dulu tapi Sang pemimpin upacara. Lelaki yang juga disukai Sherly. Namun mungkin tidak sepenuhnya sherly salah. Masa SMA ku telah berwarna seperti pelangi bersama mereka.

Aku tersenyum.
"Terimakasih Sherly, Afif"
Hidupku ternyata masih terus berwarna bersama mereka.

*isyarayle Juli 2017

Rainbow : Episode 3

Kenapa Dia Menanyaiku?

Aku sungguh tidak percaya mendengar cerita Sherly.

"Itu beneran?" Aku memastikan lagi cerita barusan benar atau tidak.

"Iya si Afif sekarang sudah S2 dan baru lulus, beberapa hari yang lalu aku ketemu sama dia" Jawab Sherly sambil senyum-senyum jail memandangku "dia nanyain kamu lhoo..cieee..ciee" Sherly tertawa geli sambil menyeruput ice cappucinonya.

Aku jadi kehilangan selera untuk minum, menaruh kembali jus di atas meja.

"Aku serius lho gak bohong" Sherly memanyunkan mulutnya.

"Aku senang untuk berita yang pertama tapi tidak yang kedua"
Sherly terus menceritakan kabar terbaru tentang Afif, lebih tepatnya terkesan seperti promosi.

"Hulya, kira-kira kapan kamu wisuda?" Sherly bertanya hati-hati. tangannya terus memutar bibir gelas.

"Hmm... jika tidak ada halangan 3 bulan lagi" Aku menjawab sedatar mungkin.

"Baguss" Mata Sherly tiba-tiba bersinar. "Pastikan kamu belum ada calon ya"

"Apa? maksudnya"

"Ya calon..calon suami"

"Lhoo kok tiba-tiba-"

"Uwaaaaa.... hari ini sungguh bahagia, jangan lupa undang aku ya saat wisuda, InsyaAllah aku usahakan datang"

"Owh...mm" Aku tidak tahu harus berkata apa. Sherly sungguh tak terlawankan kalo bicara. Semua kata yang ada dipikirannya seakan meluap begitu saja. Aku sudah mengenalnya 7 tahun lamanya dan itu sudah biasa meski kami jarang bersua. Seakan kembali muda, bayangan akan obrolan setiap hari di sekolah muncul begitu saja.

"Oia, kalau bukan Afif yang kamu suka waktu SMA, lalu siapa?"

"Pffffftttttt..." Aku tersedak. Minuman yang sudah kuminum keluar begitu saja, memuncrat hingga mengenai wajah cantik putih Sherly. "Uhuukk..uhuk...ly, maaf ly..uhuk..uhuk"
Aku belum sempat memikirkan apakah aku harus menjawab pertanyaan yang terakhir itu atau terus mengabaikannya kali ini.
Kali ini aku masih disibukkan batukku karena kaget tadi. Hidungku rasanya perih.

Sherly terus menggosok-gosok punggungku.

Bersambung...


*isyarayle Juli 2017

Rainbow : Episode 2

Kamu Mau Tahu ?

Pertanyaannya adalah kenapa aku mengenang masa SMA ku?
Itu karena Sherly. Ia datang ke tempat kerja paruh waktuku.

"Selamat siang, mau pesan apa mba?" Salah satu kebiasaanku jika tamu datang.

"Assalamu'alaikum, Hulya" Sherly memberikan senyum manisnya dengan kedipan matanya.

"Sherly?" Aku kaget melihat sosoknya yang semakin lama semakin cantik. kulit putih dan make up ala-ala korea dengan kacamata bulatnya.

"Lama tidak bertemu" ucapnya sambil melepas kacamatanya. Benar sudah lama kami tidak bertemu. Setelah lulus SMA ia meneruskan pendidikannya ke fakultas kedokteran dan sejak saat itu kami jarang berkomunikasi apalagi bertemu.

Ia menungguku.

Duduk disana sibuk dengan handphone nya. Sesekali aku memandang ia yang selfie sambil memonyongkan mulutnya.

"Maaf, nunggu lama ya?" Kataku sesudah meminta izin ke manager untuk istirahat menemani tamuku yang langka ini.

"Gak masalah kok, lagian hari ini aku freeeeee" ia tertawa ceria.

"Lihat, bagus kan gambarnya?" ia menunjukkan foto dirinya, tapi eh liat ada aku dibelakangnya tersenyum melayani tamu alias candid.

"Kok ada akunya? jadi jelekkan gambarnya" komentarku.

"Jelek apaan, kamu tu cantik tau, cantik wanita turki. Kok kurusan sih. Kamu makan kan?"

"Ya makanlah"

"Tiga kali?" aku menggeleng lalu mengambil minumanku.

"Jarang" Kataku sambil tertawa. Sherly hanya tersenyum kecut.
Kami terus membicarakan masa SMA. Sherly memang semakin dewasa dan cantik. Tapi ia masih seperti waktu SMA dulu. Masih ingin tahu siapa yang ku suka di sekolah dulu.

"Itu udah lama masih diungkit juga, aku aja udah lupa"

"Masa sih? tapi tebakanku benarkan selama ini?"

"Benar apanya?"

"Ya, siapa lagi cowok yang kamu suka kalau bukan Afif"

"Pfft.." Aku hampir memuntahkan minuman yang ada dimulutku. "Afif?"

Sherly hanya mengangkat bahu.
Itu tidak benar. Bukan Afif yang ku suka waktu itu. Tapi aku tak bisa memberitahu siapa orang yang ku suka pada Sherly baik 5 tahun yang lalu ataupun hingga saat ini.

Bersambung...

*isyarayle Juli 2017

Rainbow : Episode 1


Kenangan waktu itu


Kesiur angin menemani apel upacara pagi itu.
Cuaca yang mendung menambah suasana sendu.
Suara pemimpin upacara memecahkan kesunyian.
Tiap kata yang diucap dipekikan dengan lantang dan tegas. Peserta upacara pun harus mengikuti perintahnya. Siap grak, hormat grak dan lain sebagainya.
Pagi itu tanganku terasa dingin.
Berada dibarisan paling depan tidak jauh jaraknya dari sang pemimpin upacara.
Aku mengepal kuat tanganku. Kenapa tanganku begitu dingin? apa karena cuaca? atau karena?

***
Barisan sudah dibubarkan. Para siswa-siswi berebut menuju tangga ke kelasnya masing-masing.
Aku tidak begitu suka dengan hal itu. saling dorong untuk bisa sampai menuju kelas? lebih baik menunggu sampai sepi.

"Kamu tidak ke kelas?" aku tidak menoleh ke sumber suara. masih fokus menatap keramaian disana.
Siapa yang bicara?

 "Iya, sebentar lagi" jawabku sedatar mungkin. tapi suara ini?

"Kalau begitu aku duluan ya" aku reflek menoleh. Sang pemimpin upacara?! Aku tertegun. Ia pun melangkah menuju anak tangga yang menjadi rebutan. aku terus menatap langkah kakinya yang terasa perlahan meninggalkanku.

Kenapa bisa-bisanya aku tidak mengenali suaranya?
Mungkin aku sering mendengarnya ketika sedang berpidato dengan suara lantang.
Kenapa suara yang tadi begitu lembut?
Aku terus memikirkan hal itu hingga tanpa sadar pipiku terasa panas.

"Hulya, yuk ke kelas" Sherly merangkul tanganku.

Sebenarnya aku bukan hanya menunggu barisan sepi tapi juga menunggu Sherly yang belanja di kantin, dia bilang belum sarapan. S
yukurlah tadi masih bertahan "Perutku sudah lapar, eh tapi ada apa dengan pipimu?"

"Bu..bu..bukan apa-apa..ayok" aku menarik tangan sherly berjalan secepat mungkin saat itu.
Itu kenangan masa putih abu-abuku 5 tahun yang lalu.

Bersambung...

*isyarayle Juli 2017