Selasa, 23 Juni 2015

senja ini bukan untuk mu


               Menikmati suasana disiang hari. Rauha membuka tas nye mengecek ponselnya yang sedari tadi bergetar. Ia mengamati tulisan yang ada dilayar ponselnya dengan mata sipit karena silau oleh matahari.
“panasnya hari ini, ya ampun” keluhnya.
Layar diponselnya bergetar lagi. Mama memanggil. Ia tidak menjawabnya, dengan rasa kesel yang amat sangat ia memasukkan kembali ponselnya ke tas mahal berwarnakan emas. Rauha mengamati jalan raya. Banyak toko-toko dan distro-distro yang berjejer dipinggiran kota. Ia mencari-cari cafe ,ia merasa sangat kehausan.
Setiba di cafe ia memesan segelas cappucino dingin dengan gundukan ice cream vanilla diatasnya. Ia sudah tidak sabar ingin menikmati minuman syurga dunia itu. Namun lagi-lagi harus tertunda. Ponsel ditasnya terus bergetar. Ia mengambilnya dengan penuh emosi.
“kenapa lagi sih?” ia lihat “Mama memanggil”. Namun kali ini ia melakukan tindakan tindakan tegasnya. Ia memetikan ponselnya.
Maka inilah saatnya ia harus kembali pada syurga dunianya, segelas capuucino dingin dengan gundukan ice cream vanilla diatasnya.
***

               Hari yang sangat panas. Namun Rendi tidak bisa untuk tidak keluar. Ada janji yang harus ia tepati. Rauha mengajaknya ketemuan. Rendi tidak terlalu tertarik dengan pertemuan itu. Namun ia juga tidak bisa menolak, Rauha sudah jauh-jauh datang ke kota ini hanya untuk bertemu dengannya.
“sebenarnya apa yang sedang ia rencanakan sih?” keluhnya.
Akhirnya ia sampai di tempat tujuan. Namun ia tidak tahu harus menunggu dimana. Saat ia ingin menghubungi Rauha tapi tidak tersambung. Nomornya tidak aktif. Alhasil ia hanya bisa memilih bangku dekat jendela yang tidak terlalu ramai. Ia memesan cappucino dingin dengan gundukan ice cream vanilla diatasnya.
“wah pesanannya unik” komentar waiters yang melayani Rendi.
“ah biasa aja mb”
“abis pesanannya sama dengan mb-mb yang disana”waiters tersebut menunjuk ke arah Rauha duduk. Tidak begitu jelas karena banyak orang disana.
“sama,?” Rendi sempat berpikira dan “jangan-jangan... mb yakin dia juga pesan yang sama dengan saya?”
“iya mas, bahkan dia mau nambah lagi, sudah hampir 30 menit ia duduk disana”
“Rauha” ia pun mengambil jaketnya dan bergegas ke meja Rauha “mb nanti antar pesanan saya di meja mb tersebut yah, terimakasih”
“baik, mas”
Ia pun buru-buru menuju tempat Rauha.
Rauha yang menghadap belakang tidak sadar kalau Rendi sedang berjalan menujunya, ia tengah asyik menikmati minumannya yang sudah sampai diujungnya.
Sesaat sampai dimeja Rauha, tanpa basa-basi ia langsung duduk dikursi kosong yang ada dihadapan Rauha. Rauha yang sedang asyik dengan kesibukannya seketika terhenti dan mematung melihat Rendi yang sedang dihadapannya.
“R..R..Rendi?” Rauha melotot melihat Rendi ada dihadapannya “kenapa kamu disini?”
“kenapa? Aturannya aku yang tanya..”Rendi pun mendekati wajahnya ada wajah tidak senang tergambar.”kenapa mengajakku ke cafe mendadak, dan kamu bahkan mematikan ponselmu, aku jadi tidak tahu kamu dimana” nada suaranya kedengaran meninggi.
Rauha sedkit merasa bersalah, tapi ia kembali dengan sikap cueknya.
“tapi kamu tahu kalo aku duduk disini, ya kan?” Rauha memasang wajah menangnya dan berusaha bersikap ceria dan  menghibur.
Rendi merasa kalah, “huuh” ia menghela nafas panjang, “jadi apa yang kau bicarakan?”
“aku sedang sibuk,nanti akan ku ceritakan,” ia pun mengangkat tangannya “mb..cappucinonya lagi ya..aaah..kamu pesan apa?”
“aku sudah pesan”
“yahh..sayang banget padahal aku mau traktirin kamu..” wajah rauha tampak cemberut,tapi terselip senyum jahil diwajahnya.
“eeleeeh....basi”
***

               Siang hari yang berlalu berubah menjadi senja yang jingga. Setelah berjam-jam duduk di cafe menikmati minuman dingin yang menyejukkan mereka pergi dan berjalan-jalan disekitaran kota.
“jadi..” langkah kaki mereka berdua terhenti, rendi membuka pembicaraan yang sedari tadi hanya diam seribu bahasa. “kamu ada apa? Aku sudah berusaha menunggu kamu cerita. Pasti ada yang tidak beres,ya kan?” rendi mulai melangkah. Rauha masih terdiam. “ rauha..kamu dengar aku?” rendi pun berbalik dan “rauha..rauha...” rauha tiba-tiba menghilang. Rendi berusaha mencari dan ia dapati rauha berlari, berusaha menghindari rauha. “kenapa anak itu?” rendi penasaran apa yang terjadi dengan rauha teman kecilnya itu. Dari sd sampai smp mereka sudah akrab. Rauha pun bertingkah seperti anak lelaki. Hal itu sering membuat Mama nya kesal. Sempat Mama Rauha melabrak keluarga Rendi, dia bilang Rauha bertingkah seperti itu dikarenakan berteman dengan Rendi. Akhirnya keluarga rauha memutuskan pindah dari kota itu. Rauha tentu saja menolak, namun ia tidak bisa menghindarinya. Apalagi mendengar kata-kata Rendi waktu itu. “sebaiknya kamu pergi saja, adanya dirimu membuat keluarga seolah-olah penyebab bagimu” rendi mengucapkannya dengan air mata,mata yang sayu,senyum tipis,wajah yang melukiskan kesedihan dan kalimat yang ia ucapkan seperti tak sesuai dengan apa yang terlukis diwajahnya. Namun,sudah beberapa tahun berselang Rauha tiba-tiba mendapati kontak Rendi. Rendi sempat terkejut tidak percaya. Rauha sering menghubunginya,namun saat Rendi merespon Rauha malah bersikap ketus dan cuek. Walau begitu Rendi merasa senang. Mereka akhinya berkomunikasi,komunikasi yang unik cuman ia dan Rauha yang mengerti.
“Rauha..Rauha..tunggu berhenti” Rendi mengejar Rauha dan berhasil. Ia menggenggam tangan Rauha dengan erat.
“Sakit tau..lepas” Rauha sekuat tenaga mencoba melawan.
“kamu kenapa sihh..gak jelas begini..ini seperti bukan kamu”
Rauha pun seketika terdiam. Ia tidak berusaha melepas pegangan itu. Namun matanya perlahan mulai basah.
“ka..kamu..kenapa menangis..maaf kalau aku terlalu kasar mengatakannya..tapi aku...” Rendi terbata-bata, ia merasa bersalah “maaf..aku tidak akan memaksakanmu” ia pun perlahan melepas pegangan itu.
Rauha tersadar ia pun meraih kembali pegangan itu bahkan lebih kuat lagi “BODOH!!, kamu bodoh..” Rauha menangis,menangis penuh kesakitan. Ada luka yang mendalam dihatinya. Melihatnya saja membuat Rendi juga ikut menangis. Rauha memukul-mukul bahu Rendi “bodoh...hiikkss...kamu bodoh....”
“mm..aku memang bodoh..aku minta maaf,,karena aku bodoh..” Rendi memlankan suaranya. Ia pun menundukkan kepalanya ke  bahu Rauha.
“hiksss....hiksss...” Rauha terus menangis seperti anak kecil.
“kita pulang yuk...” Rauha sempat mengehentikan tangisnya.
“pu..lang?”
“mm..pulang..kerumahku”
***


                   Semua sedang asyik menikmati makan malam. Sedari tadi Rauha hanya diam saja.
“Rauha ,ayo makan yang banyak,” ucap ibu Rendi
“ya kak Rauha,masakan ibu enak banget lho.” Puji Ryan,adik bungsu Rendi.
“mm..baiklah akan kakak habiskan....seeeemuuuaanya...” ia pun menghentikan pandangannya pada Rendi yang dari tadi makan dengan lahapnya. Rauha pun tersenyum jahil “seee..muuaaanyaaa..” ia pun dengan sigap mengambil ayam Rendi yang sudah akan masuk ke dalam mulut Rendi.”mm..enak” Rauha tersenyum menang. Rendi sama sekali tidak kesal, ia bahkan senang, akhirnya Rauha kembali tersenyum.
Dering telpon berbunyi. Rendi menawarkan diri untuk mengangkatnya.
“halo” jawab Rendi
“apa ini benar nomor telpon nak Rendi?”
“ya benar...mm” Rendi sedikit mengenali suara diseberang telpon “mohon maaf ini dengan siapa?”
***


 To Be Continue

Selasa, 09 Juni 2015

Cerpen Dadakan


                Hari itu tugas menumpukdari guru sekolah, bu guru titin yang memberikan tugas seabrek, dan minta dikumpulkan besok,eh besok atau tidak ya? Ya sudah nanti tanya saja dengan lina sahabatku super duper baik. Lamunanku tiba-tiba saja terhenti.
                “neng, mau turun dimana neng?” tanya pak supir. “ini udah dipemberhentian terakhir.
                “astaghfirullah, ya Ampun” aku langsung menepuk keningku “ pak supir, jalan menuju rumah saya kelewat, bagaimana ini pak?” aku meringis sedikit hampir menangis, ya Allah sudah lewat ternyata, “haduuh, pak supir, bagaimana ini?” aku menggaruk-garuk kepala ku yang tidak gatal dengan melihat sekeliling diluar oplet itu, tapi aku belum mau beranjak keluar dari oplet itu. Berharapa pak supir mau mengantarku ke tempat tujuan yang sudah kelewat jauh.
                “pak, supir, tolong saya dong pak?” mohon ku dengan pak supir
                “ya sudah, bapak antarkan, neng.tapi lain kali jangan melamun ya neng,”
                “hihihi, makasih pak” aku kegirangan.
                Alhamdulillah pak supir baik banget, beliau memang supir sejati. Beliau juga langganan opletku jika aku pulang dari sekolah.
                Akhirnya sampai juga didepan pagar rumahku, hari ini penat itu terasa banget.
                Sesampai nya dipintu masuk rumah. Aku dikejutkan hadirnya kak rosya, kakak kelasku dan juga kakak mentorku dalam hal kepenulisan. Beliau memberitahu ku bahwa ada kompetensi menulis cerpen, dan pengumpulan cerpen terakhir besok via email  penyelenggara.
                “apa? Besok kak?” kagetku, serasa seperti mimpi, aku cubit kedua pipiku , “aduuh , sakit”
                “ini bukan mimpi, ini beneran, besok cerpen sudah selesai dan serahkan pada kakak dalam file besok pagi sebelum jam masuk kelas, karena batas akhir pengiriman jam 08:00” kata kak rosya tanpa memberiku kesempatan untuk berbicara
                Ku tarik napasku dalam-dalam dan ku hembuskan pelan,
                “kaka,,,,” kataku terpotong
                “kakak, tidak mendengar alasan apapun besok cerpennya harus ada, harus yang terbaru, tidak boleh yang lama okay, kakak pamit dulu, kakak sudah menuggu dari tadi tapi aya baru sampai rumah sekarang , kakak sudah habiskan banyak kue lho”
                “okeh, baik kakak, tapi temanya apa?” aku berusaha menguatkan diri dan masih mengumpulkan udara-udara untuk nafas yang terasa sesak ini.
                “bebas, bagus dan uptodate., oia sampaikan dengan bunda kakak balik dulu sepertinya beliau didapur, ok, wasalam” kaka rosya langsung melaju dengan motornya meniggalkanku yang masih melongo,  “apa yang harus ku perbuat?”.
                “wa’alaikumsalam, “ -___-“
***
                Malam ini aku tidak bisa tidur, masih mondar-mandir dalam kamarku yang mungil itu, walau mungil cukup untuk tempat tidur, meja belajarku. Aku terus berpikir dan berpikir cerpen apa dan tema cerita seperti apa? Aku bingung,
                “aduuuh, astaghfirullah, bagaimana ini belum dapat ide, besok,, waduuh,, kak rosya tidak salahkan? Kak rosya berhasil buat diriku galau” aku meringis , kembali kugaruk-garuk kepala berharap bisa mengeluarkan ide
                “ayoo, otak berpikir-berpikir,kak rosya udah beri aku tantangan yang luar biasa, jadi otak ayoo keluarkan ide itu” aku mulai gila :D
                Ku terdiam sejenak,berpikir tenang, dan, “aha, “ tiba-tiba saja lampu ide itu muncul. Ku ambil laptop kecilku, dan jari-jemariku mulai menari-nari diatas keyboard, begitu cepat, dan sangat bersemangat, kali ini ide yang datang tidak ku sia-siakan selagi ia muncul dan minta dituliskan, kutuliskan dengan segera agar tidak hilang. Tak terasa sudah dua jam berlalu, dan akhirnya
                Tik,tik,t-i-k suara ketikan keyboard terakhir “selesa,,aaaaii” teriakku
                Tok,,tok, suara pintuku ada yang mengetuk “Aya, sudah jam 12 malam, ayoo tidur, masih mengetik juga?” tanya bunda cemas. Aku langsung membuka pintu kamarku yang mungil itu.
                “hehe,bunda” cengirku pada bunda, “ada tugas mengetik bunda dikumpulkan besok, aya sudah selesai nulisnya tinggal di edit aja, ntar kalo sudah selesai aya langsung tidur kok, hehe” aku berusaha melobi bunda, bunda tampak tidak senang jika aku harus bergadang, jangankan bunda aku juga tidak senang, tetapi bukan berarti aku membenci tugas ini, kak rosya mungkin ada maksud tertentu, semoga ada hikmahnya.
                “ya , sudah selesaikan cepat, setelah itu langsung tidur, jangan lupa ambil wudhu”
                “sip bunda” aku langsung memberi hormat pada bunda, seperti seorang prajurit memberi hormat pada komandannya :D
                Alhamdulillah, sekian lama tadi mengeditnya selesai juga, ku lihat jam dinding kamarku, sudah pukul 00:30 , “waduuuh” ke tepuk jidatku, “sudah harus tidur nih,, Ya Allah semoga hamba tidak mengantuk saat jam pelajaran pak syahid besok, aamiin”.
***
Pagi ini aku datang kesekolah lebih awal dari sebelumnya, berlari menuju kelas kak rosya untuk menyerahkan tugas cerpen ini. Setiba dikelas kak rosya, sepertinya belum hadir,
Tiba-tiba saja.
“aya” seseorang memangil sambil menepuk bahuku.
Aku langsung kaget “astaghfirullah” jantungku hampir copot, aku langsung menoleh belakang ke arah sumber suara itu.
“kak rosya? Fiuh,, “ menghela nafas. aku tidak mengerti kak rosya begitu aneh semenjak aku diberi tugas dadakan ini, masih terbenak dalam hatiku ada apa dibalik semua ini?
“iya, mana tugasnya?” kaka rosya menagih tugas ku, seperti seorang rentenir menagih hutang. :D.
“ini kak, sudah,” aku langsung menyerahkan flashdisk ku yang sudah berisi cerpen tersebut.
                “oke,kalo gitu balik gih kekelasmu adik kecil” ia mengusap-ngusap kepalaku seperti seorang kakak kandung terhadap adiknya.
                Aku sedikit tersenyum, walau sebenarnya masih kesal dengan tugas dadakan ini, kesal tapi kesal seperti seorang adik terhadap kakaknya yang jail. Aku pun kembali melaju kekelas, aku baru ingat kalau hari ini jadwal piketku.
                Bel masuk jam pertama berbunyi,,
                “ya, Ampun, apa itu benar?” lina hampir tidak percaya dengan apa yang aku ceritaka tentang tugas dadakan kak rosya. Dan ia lebih tidak percaya lagi aku polos saja menuruti tugas dari kak rosya dan mengerjakannya hingga larut malam.
                “apa perlu, aku cubit pipimu tanda bahwa ini nyata” aku menawarkan diriku.
                “mmm.. tidak usah, tidak, biar kucubit sendiri” ia langsung mencubit pipinya , sama seperti aku lakukan sebelumnya. “aduh, sakit,” tiba-tiba saja ekspresi wajahnya berubah, kali ini lebih menegangkan, nafasnya sempat berhenti 0,008 detik, matanya melotot, mulutnya sedikit menga-nga sambil menepuk bahuku.
                “ada apa? Ada apa dengan wajahmu lina, semakin aneh, haha” aku hanya tertawa heran.
                “aya, apa dirimu sudah mengerjaan tugas bu titin?” tanya lina memastikan apa aku benar-benar sudah buat? Atau aku lupa mengerjakannya ?
                Kali ini ekspresi wajahku seperti ekspresi wajah lina, kutegakkan kepalaku yang sedari tadi kusandarakan dikursi kepala, dengan mata sedikit lebih besar, dan mulutku yang sedikit lebih menga-nga diiringi dengan kalimat “APA?” ya ampun aku sama sekali tidak ingat “astagfirullah, aku tidak ingat lina, belum ada satupun ku kerjakan” aku menepuk jidatku.
                “owh,hehe” dia hanya tertawa melihatku “ tidak apa-apa, aku cuman nanya aja kok,lagian kan kumpulnya minggu depan, bu titin tadi sudah pesan tadi pagi dengan ketua, kalo hari ini beliau izin tidak nagajar, anak beliau mendadak demam” jawaban lina berusaha menenangkan diriku yang syok, “kalau belum, aku mau ngajak kerjakan bersama-sama, gitu, hehe, jangan kaget gitu dong aya” ia sedikit mengedipkan matanya, itu kedipan jail kurasa.
                “kenapa tidak kasih tau aku? Aku kan sudah panik, beberapa hari ini jantungku hampir copot, fiuuh” ekspresi wajahku kuyu “lina, terimakasih atas sport jantungnya hari ini “ gigirapat “mari kita kerjakan tugas bu titin” gigiku makin rapat
                “oke, sahabatku yang cerdas, baik lagi cantik ini, apalagi ekspresi yang tadi, haha” lina tertawa senang dia berhasil menajili aku.
                                                                                ***
                Seminggu waktu telah berlalu. Tugas sekolah dari bu titin pun juga sudah ku kerjakan bersama dengan sahabatku yang baik lagi suka jail itu. Dan sudah berlalu seminggu juga cerpen dadakanku itu. Dipikiranku dan hati ku maish penuh tanya kenapa ada tugas seperti itu. Mungkin bagi orang lain itu biasa. Namun bagiku penulis pemula itu adalah exsperience yang luar biasa. Namun aku tidak memberanikan diri bertanya aku hanya patuh begitu saja seperti tersihir dengan perintah itu.
                Namun hari ini, aku memberanikan diri menghubungi beliau via telpon.
                “owh,, masalah tugas itu?” jawab kak rosya dari seberang telpon sana.
                “iya kak, kenapa dadakan seperti itu? Dan kenapa harus aya? Aya kan......” pembicaraanku terpotong
                “karena kakak ingin aya yang melakukannya dan tidak ada alasan khusus apapun, dan menurut kakak itu tidak dadakan, karena masih diberi satu hari, dan bukan dikerjakan disaat itu juga dan dikumpulkan saat itu juga kan?”
                “mm,,, ii,,iya juga siih” ku garu-garuk kepala ku yang tidak gatal dan cengar-cengir
                “hehe,, kak yakin aya bisa dan aya sudah membuktikannya. Nantikan kabar dari kakak mengenai cerpen aya ya, nanti kakak jelaskan sejelas-jelasnya. Oia kakak belum ada baca cerpen aya lho, kakak langsung saja kirim filenya, karena waktunya mepet, hehe”s
                “hehe, benar kak? Kalau kakak mau baca, ini filenya ada dengan aya, mau?” tawarku dengan senang hati
                “enggak usah, nanti-nanti saja, tunggu hasilnya saja, kalo cerpennya aya bagus, kakak mau baca dan kakak terbitkan nanti di majalah sekolah, tapi kalau tidak bagus hasilnya kakak gak mau baca,hehe, canda, ya sudah kakak tutup telpon dulu ya mau kerjakan tuga s” selohor kakak rosya.
                “owh baiklah” jawabku datar
                “assalamu’alaikum” salam kak rosya.
                “wa’alaikumsalam , kak” telpon terputus. Aku masih lesu, baru saja senang dan lesu lagi. Hasil? Hasil apa maskud kak rosya? Juara? Maksudnya berharap aku juara? Aku saja tidak yakin dengan cerpen dadakan dan ngebut itu. Ya sudahlah, semoga saja hasilnya bagus. Aamiin.
***
                Dan kembali seminggu waktu berlalu, hari ini jadwal kepenulisan yang biasanya ada sekarang tidak diadakan, dikarenakan kakak pengurusnya sedang mempersiapkan lomba, kami adik-adik polos nan pemula ini diminta istirahat sebentar, dan diberi bahan belajar tentang kepenulisan. Dan hari ini juga tidak kulihat juga sosok kak rosya. Dimana beliau?
                “ayaaaa,,” teriak sesorang memanggilku. Aku kenal dengan suaranya “lina”. Aku menoleh ke belakang.
                “lina.” Ternyata benar itu suara cempreng lina. Lina berlari laju ke arahku sambil membawa sebuah majalah atau buku atau apa, aku juga kurang begitu jelas, namun itu seperti sebuah majalah. Ia menggulungnya dan menggenggam erat.
                Ia tiba didekatku. Memegang bahuku mencoba mengumpulkan udara-udara untuk bernafas. Ia begitu ngos-ngosan.
                “hah, aya, uhuk,,uhuk” lina sampai terbatuk-batuk dan dalam proses pengumpulan nafas. -_-
                “tarik napas dulu, baru cerita” aku menepuk-nepuk pelan punggungnya
                “hah, fiiuuh, hah. Bismillah. Aya cerpen mu terbit dimajalah sekolah, ye ye ye” sorak lina sambil melompat-lopmat riang, seperti habis mendapatkan durian jatuh.
                “apa? Benar itu lina?” aku hampir tak percaya, “aku gak salah dengar kan?”
                “benar, ini lihat” lina menunjukkan halaman majalah yang berisi cerpenku. “disini ada keterangan bahwa menyatakan Cahaya khairunnisa menang “lomba cerpen dadakan satu hari”, tema dan isi cerpen yang luar biasa, kata salah satu juri cerpen” lina membacakan lengkap. “aku sudah membaca cerpennya aya, bagus sekali cerpennya, ajarin dong aya cara bikin cerpen yang bagus kayak gini” lina mencubit pipi cabi ku.
                “aduuhh,sakit lina” ku mengelus pipiku yang sedikit nyeri itu, “aku belajar banyak dari ekskul kepenulisan, makanya kamu ikutan aja, hehe” bujuk ku padanya
                Aku masih belum percaya, kenapa aku sama sekali tidak tau mengenai terbitnya majalah sekolah, padahal selama ini dari mulai proses persiapan majalah sampai dengan penerbitannya aku selalu ikutin dari  balik layar seorang penggemar. Tapi sekarang aku sama sekali tidak mengetahuinya, dan cerpen dadakanku ada disana. Ya Ampun kenapa sama sekali aku tidak mengetahuinya. Mungkn aku terlalu sibuk 2 minggu ini dengan tugas-tugas sekolah yang minta dikerjakan mengikuti jejak-jejak pembuatan cerpen dadakan alias “bergadang”.
                “aya, selamat ya, cerpen kamu menang lomba” kata kak rosya yang tiba-tiba datang menghampiri kami berdua.
                “kak rosya, kenapa cerpennya sudah terbit dimajalah langsung? Kenapa aya belum mengetahuinya kak?” aku masih bertanya-tanya
                Kak rosya begitu menjelaskan dengan panjang lebar. Beliau bilang supaya menjadi kejutan spesial saja bahkan yang mengetahuinya hanya beberapa saja. Bukan kejutan buatku saja tapi juga buat sekolah. Lomba kompetisi itu diterimanya pada pagi hari sehari sebelum pengumpulan. Beliau bingung siapa yang akan menjadi perwakilannya untuk menjadi peserta, ia datang kesana kemari menemui anggota bidang cerpen tetapi mereka menolak. Kaka rosya tidak tau kepada siapa. Padahal kompetisi ini sangat bagus apalagi doorprizenya pergi ke malaysia dan uang tunai. Sedikit tidak percaya memang, tapi dengan sigap kak rosya mencari tau dan ternyata benar. Siangnya pulang dari sekolah, kak rosya menemui pembina kepenulisan. Kak rosya minta saran beliau.
                “apa informasinya sudah benar?” tanya pak syahid meyakini
                “iya, pak langsung ke call centre nya, dan mereka bilang info kompetisinya memang sengaja satu hari, karena online, jadi kalo disia-siakan, kan kasian, doorprizenya ke malaysia lho pak”
                “lalu siapa yang mau mengikutinya? Rosya?” tanya pak syahid
                “rosya belum tau pak”
                “begini saja, kamu coba saja tawarkan dengan cahaya, kelas x, dia jago dalam tulis menulis, bapak yakin dia bisa” bapak syahid dengan mantap menyarankan.
                Akhirnya atas dasar saran pak syahid lah kak rosya memilihku. Dan kenapa diterbitkan dulu, agar menjadi kejutan saja buat sekolah dan buat diriku bahwa tulisanku , sebuah karya yang dikerjakan dalam semalaman suntuk bisa meraih juara dan membanggakan nama sekolah. Lomba yang diadakan dalam tempo singkat,kk rosya tidak ingin menyia-nyiakannya. Benarpun kompetisi itu hanya sekedar isengan saja, setidaknya bisa menjadi bahan pengalaman berharga bagiku juga bagi kak rosya serta sahabatku.
                Mungkin sedikit terlupakan oleh kita, bahwa hal-hal yang kecil itu bisa membawa manfaat yang besar buat kehidupan kita. Seperti diriku, dikala aku sedang letihnya menerima banyak tugas dan ditambahkan dengan tugas dadakan yang harus dikerjakan dalam kurun waktu satu malam, bagaimana tidak pusing, namun aku tetap berusaha amanah. Tidak mudah memang, namun tidak salah untuk mencobanya.
                Ini tentang ceritaku, cerita tentang pengalamanku mendapatkan tugas dan membuat cerpen dadakan. Dan kini aku Cahaya, tengah diburu deadline, novel minggu depan sudah harus selesai diketik, karena akan segera diedit dan dirilis 2 bulan ini. Aku terkadang senyum-senyum sendiri mengingat kisah cerpen dadakanku saatku diburu deadline seperti ini.
                “aya, kamu kenapa? Senyam-senyum aja” kak tina heran melihatku
                “tiba-tiba saja aku teringat kisah manisku kakak” senyum ku semakin lebar.
Sekian.

Ketika Hati Berbicara


                Pagi yang cerah saat ini dirasakan.eh apakah kamu pernah mendengar kisah berikut ini?

                Kisah seorang gadis muda yang menjalani hidupnya dengan penuh ujian. Ia seorang penulis yang handal, namun ia tak pernah menuliskan nama aslinya dalam setiap tulisannya. Karya-karyanya sangat dikagumi dan disukai oleh semua kalangan.  Ia adalah sosok penulis wanita muslimah yang sangat lembut, setiap untaian kata dalam tulisannya tertulis rapi serta indah, itulah komentar para pembacanya. Banyak sekali yang mengundangnya dalam sebuah seminar serta pembedahan bukunya,tetapi tak ada satupun yang ia hadiri.
                “kenapa raisa tidak mau menghadirinya, banya penggemar buku-bukumu ingin melihat seperti apa sosok penulis yang mereka kagumi” kata kak nisa, kakak angkatnya
                Dan ia selalu mendapatkan jawabannya yang sama setiap menerima pertanyaan yang sama.
                “aku tidak mau” isyarat raisa, mengatakan tidak mau.
                Raisa memang sudah 10 tahun terahir ini tidak bisa berbicara, semenjak kecelakaan maut yang menimpa keluarganya, ayah ibu kakak serta dirinya. Ia tidak bisa berbicara, atas trauma yang ia alami, ia tak sanggup berbicara. Pita suaranya tiba-tiba saja tertekan sakit jika ia paksaan berbicara. Hingga sampai saat ini ia tidak bisa berbicara. Dari kecil raisa memang sangat suka menulis. Ia tipe orang pendiam, maklum saja ia seorang bungsu. Ketika ia mau menyampaikan apa yang ia rasakan ia pasti menuliskannya dalam buku diary nya. Ia sangat tertutup namun ia tidak sombong.
                “aku hanya tidak ingin mereka kecewa bahwa aku tidak bisa berbicara pada mereka”
                “bisa, tidak harus bersuara kan? Dalam tulisan pun raisa sudah banyak berbicara, biar nanti kakak yang akan  membantumu, menyampaikan apa yang ingin raisa katakan” semangat kak nisa untuk raisa yang masih rapuh.
                Raisa hanya mampu terdiam. Perlahan air matanya mengalir dipipinya. Bibirnya yang mungil itu bergerak seperti menyebut nama ibu. Lalu isyaratnya mengatakan pada kak nisa “aku rindu ibu,ayah dan juga kakak”. Kak nisa langsung memeluk raisa, berusaha menguatkan raisa.   
                Kak nisa membisikan padanya “raisa adalah anak yang kuat, raisa telah memberikan berjuta-juta semangat bagi semua orang. Dan mereka telah menganggap raisa adalah saudara mereka dan sangat ingin memeluk dan mengatakan terima kasih atas semangat yang selama ini raisa sampaikan dalam tulisan raisa.
                Suara isak raisa memang tak terdengar, namun dari air mata yang mengalir begitu deras menandakan betapa sedihnya ia.
                “sekarang raisa, kak nisa tanyakan lagi, raisa mau kan bertemu dengan penggemarnya” sambil menghapus air mata raisa.
                Raisa mengangguk senyum.
***

                Hari seminar itu akhirnya datang juga. Tak banyak yang raisa tahu bahwa sebenarnya penggemarnya tahu akan keadaannya, tentu saja seseorang yang mengagumi seseorang ia akan mencari informasi tentang seseorang itu.
                Suara bergemuruh itu menandakan bahwa tak sedikit orang yang hadir, hampir seluruh bangku yang ada di ruangan itu terisi penuh namun tidak sesak.
                Acara dimulai seorang mc menyapa semua penonton yang hadir di acara tersebut. Beberapa susunan acara telah terselenggarakan, sekarang giliran penulis yang dinanti-nanti oleh penggemarnya.
                “Baiklah, kali ini kita sambut penulis kita raisa, dan kak nisa” mc mempersilahkan raisa dan kak nisa duduk di kursi tamu. Dan memberikan mic kepada kak nisa.
                Raisa mulai memberikan isyarat bahwa ia sangat gugup.
                “semangat” bisikan kak nisa kepada raisa. Raisa tersenyum.
                “raisa, raisa,raisa” teriak penggemarnya.
                Dan dimulai,
                “he em, Bismillah, Assalamu’alaikumwrwb. Selamat siang semuanya. Saya perkenalkan penulis kita yang kita tunggu-tunggu tulisan hati yang tak biasa yakni raisa zahra. Ia adalah seorang penulis yang berbicara melalui hatinya dengan tulisannya. Ia tak bisa mengucapkan dalam suara keras namun melalui hati lembut. Raisa tahu bahwa raisa bukanlah sempurna untuk menjadi penulis. Namun raisa berusaha dengan kemampuan raisa yang ada untuk menjadi penulis dengan keindahan raisa sendiri.” Kak nisa berhenti bicara, ia tetap menoleh ke arah raisa, ia mulai khawatir raisa tak melanjutkan kata sambutannya kepada para penggemarnya  karena raisa menunduk seperti menahan air matanya.
                Raisa mulai mengangkat kepalanya menatap kembali penggemarnya.
                “tapi, semua yang raisa tuliskan bukan hanya sekadar curahan hati namun harapan. Seperti harapan besar raisa agar bisa berbicara kepada sahabat semuanya. Raisa love you” kak nisa menerjemahkan dengan indah isyarat raisa.
                Riuh tepuk tangan penonton memenuhi ruangan tersebut, beberapa diantaranya ‘standing applouse’.
                Raisa masih memiliki harapan besar, yakni bisa mengoperasi pita suaranya agar ia bisa kembali bersuara. Namun dalam menghadapi operasi itu raisa membutuhkan biaya yang besar. Ia awalnya pesimis dan merasa tekanan yang luar biasa. Hidup dengan tidak mempunyai ayah dan ibu serta kehilangan satu-satunya saudara kandungnya, bukanlah hal yang mudah untuk dihadapi oleh raisa yang saat itu masih berumur sepuluh tahun. Namun kak nisa seorang relawan memberi uluran tangan dan tersenyum hangat pada raisa, ia ingin menjadikan raisa sebagia adiknya sendiri.
                Waktu terus berlalu, raisa perlahan-lahan mulai menjadi lebih tegar. Ia sekolah di sekolah swasta yang mau menerima murid yang tidak bisa berbicara. Di sekolah ia juga mengalam masa yang sulit. Ia terkadang dijahili oleh teman-temannya, mengatakan seorang yang bisa tidak seharusnya berada disini. Namun masalah itu tidak lama berlangung. Banyak orang-orang yang mendukung raisa dan memarahi mereka , termasuk guru. Raisa tidak sendiri. Ia bersama dengn orang yang ia sayangi.
“bagaimana, hasil semesternya?” kak nisa dengan semangat menanyakannya.
“juara satu” isyarat raisa.
“alhamdulillah, raisa luar biasa. Kakak bangga dengan raisa”
Raisa mengangguk senyum. Senyum ceria.
                Sebelum tidur raisa selalu menuliskan semua kejadian yang alami pada hari itu. Kesedihan, kesenangan, harapan, kerinduan dan banyak hal lainnya ia rasakan.
“raisa belum tidur?” kakak nisa datang kekamar raisa
Raisa menggeleng.
“kamu harus segera tidur, besok kita pagi-pagi harus berangkat”
Raisa mengangguk senyum. “OK”
                Raisa memang anak yang pendiam pemalu dan terkadang ia masih suka sedih. Namun ketika ia mempunyai harapan, ia seperti seorang yang tak kenal mengenal lelah. Ia berangkat ke singapura bersama kak nisa ketika libur ujian semester dimulai. Ia akan melakukan operasi pertama perbaikan pita suara. Hasilnya tidak bisa secepat yang diharapkan. Raisa harus melakukan operasi ulang namun tidak bisa dilakukan dalam tahun yang sama. Berjarak sekitar 2 atau 3 tahun. Waktu yang lama memang. Namun mau bagaimana lagi. Setelah menjalani operasi itu, raisa berwisara bersama kak nisa. Hanya mereka berdua saja. Raisa melihat hal-hal indah yang belum ia pernah lihat sebelumnya, ia merasa sangat senang. Lalu tiba-tiba ia melihat sosok seorang yang sangat modis duduk ditaman di sebuah kursi panjang. Seorang wanita yang berjilbab namun modis, ia sibuk mengetik dengan laptopnya. Ia mendekati wanita itu. Entah apa yang ada dipikirannya ia berniat untuk menyapa wanita itu, namun langkahnya tiba-tiba terhenti. Apa yang akan ia katakan? Dia tidak bisa bersuara. Namun ia tetap mendekat. Namun sesampainya disana. Raisa hanya mengangguk. Wanita itu menggeser duduknya memberi raisa ruang untuk duduk. Raisa diam dan wanita itu tetap sibuk dengan aktivitasnya. Raisa ingin sekali menyapa namun malu. Akhirnya ia hanya memandang langit biru. Dan harum bau basah dari air pancur yang ada dihadapannya. Kilauan air pancur memantul menyilaukan mata. Ketika sedang asyik. Ada seorang laki-laki yang berjalan kearah raisa dan wanita itu. Raisa merasa waspada. Namun ia kaget wanita yang sedan asyik itu langsung berdiri dan menyambut kehadiran laki-laki asing itu.
“what are you doing in here?” tanya laki-laki dengan pertanyaan basa-basinya.
Dan yang membuat raisa kaget adalah wanita itu menjawab dengan bahasa isyarat
Pura-pura nanya, tentu saja aku sedang menulis. Kamu begitu lama datang suamiku. Tapi aku berterimakasih, karena lama menunggu aku dapat ide untuk novel baruku.
                Raisa benar-benar kaget,haru dan bangga. Ternyata wanita itu sama dengannya.
“well, let’s go my wife”
                Raisa terus memandang pasangan itu hingga jauh. Raisa mendapat sebuah moment yang sangat romantis dan singkat. Walau ia tidak saling menyapa dengan wanita itu, namun ia seakan-akan diberi harapan dan semangat yang baru oleh wanita itu. Ia lalu bertekad. Ia ingin menjadi penulis. Kekurangannya tidak ingin membuatnya terus-terusan bersedih dan terkurung dari keputusasaan. Ia ingin menjadi penulis,menjadi penulis.
                Raisa masih terus membangun mimpi-mimpi yang maish tertidur. Ia wujudkan satu persatu. Rasa takut dan malu masih tetap ada, ia tidak bisa berbicara mungkin pembacanya akan kecewa. Namun semua siran seiring berjalannya waktu. Raisa tetap menjadi orang kebanggaan.       
                Suatu hari, raisa menyampaikan mimpi yang ia ingin terjadi dalam hidupnya.
“apa itu?” tanya kak nisa.
Aku ingin melihat kak nisa menikah dan bahagia. Aku tidak ingin terus-terusan merepotkan kak nisa. Aku yang sekarang sudah cukup kuat dan aku juga sudah lebih bisa mandiri. Jadi aku ingin sekali hal itu bisa terjadi segera. Kakak harus menikah, karena...karena....
“karena apa?”
Karena aku ingin juga menikah nantinya, jadi kak nisa tidak perlu takut aku akan sendiri.
Raisa mengangguk malu. Kak nisa tertawa, tertawa bangga pada raisa. Raisa heran melihat kak nisa hanya menanggapinya dengan tawa.
“kakak nisa memang akan mengatakan hal ini, tapi tak disangka harus mengatakannya sekarang, kak nisa belum siap akhir-akhir ini”
Tentang apa? Dan kenapa? Pada siapa?
“kakak ingin terus bersama raisa, dan ingin mewujudkan mimpi raisa yaitu operasi. Namun kakak masih belum bisa mewujudkan mimpi itu,”
Raisa sudah baik-baik saja, raisa....raisa sudah senang dan bahagia sekarang. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
“syukurlah” mata kak nisa berbinar “ kakak sudah lama ingin mengabarkan ini pada raisa, tapi kakak takut raisa merasa sendiri dan kesepian, maka itu kakak akhir-akhir ini masih mengumpulkan keberanian”
Tentang apa? Raisa benar-benar penasaran.
“kakak..kakak...kakak... sudah dilamar, dan berencana akan menikah... jadi kakak...”
Belum selesai kak nisa berbicara. Raisa memeluk erat kakak nisa. Peluk kebahagian itu yang dirasakan nisa. Raisa melepas peluk itu dan memegang pipi kakak nisa.
Ra..isa..se..nang..se..ka..li. nisa mengartikan dari gerak bibir raisa.
Air mata mereka bercucuran. Tawa dan tangis.
“terimakasih raisa”
Kekhawatiran nisa hilang. Ketakutannya bahwa raisa akan sedih hilang. Ia selalu berdoa semoga ia bisa mengatkannya, dan ternyata Allah menjawab doanya, dengan raisa sendiri yang mengatakannya.
                Aku bermimpi, mungkin aku akan sebahagia ini jika kak maisaroh akan menikah, mungkin aku akan bisa melihat wajah bangga dan haru ayah dan ibu pada kakak maisaroh yang akan menjadi seorang istri. Aku bahagia, aku bahagia akan hal itu. Perasaan itu cukup mewakili mendengar kabar kakak nisa akan menikah, ketakutanku akan sendiri dan sepi tanpa kakak nisa tidak perlu ku pikirkan karena kakak nisa akan selamanya menjadi kakakku, kakak nisa adalah satu-satunya yang kupunya, aku bahagia jika ia bahagia. Kakak nisa terimakasih. Karena sudah menjadi kakakku. Satu mimpiku lagi-lagi terwujud. Terimakasih Ya Allah. ~Diary Raisa.~ketika hati berbicara.




Senin, 08 Juni 2015

perawatan rambut sesuai jenis nya



Rambut harus dirawat karena rambut akan membawa kanyamanan bagi diri kita okeh langsung aja . Terutama yang berhijab . Kalo rambutnya kusam , rontok , ketombean itu akan berimbas juga bagi kita yang membuat kita jadi gak nyaman . berikut beberapa jenis rambut dan perawatannya .
  • Rambut Berminyak

Cara mengetahui rambut berminyak atau tidak mudah saja , jika rambut anda mudah kotor, lepek , dan terasa berminyak berarti itu sudah cukup mejadi bukti bahwa rambut anda berminyak . faktor yang menyebabkan rambut berminyak adalah antara lain:
  1.        Produksi minyak yang berlebih pada kulit rambut
  2.       Faktor genetikal atau keturunan
  3.        Stres yang cukup tinggi
  4.       Kurangnya asupan gizi
  5.       Rambut kepala jarang di cuci atau dibersihkan ( dikeramas)
 Jika rambut berminyak yang tidak dirawat dengan benar akan menyebabkan rambut anda mudah rontok dan terkena ketombe.
Perawatan yang tepat untuk kulit berminyak :
Salah satunya adalah dengan rajin mencuci rambut anda , sehingga kotoran tidak akan menumpuk di kulit kepala . selanjutnya gunakan sampo untuk rambut kepala yang memang diperuntukkan untuk rambut berminyak
Note: - Hindari mencuci rambut air hangat dan memakai kondisioner di batang rambut .hal ini menyebabkan kadar minyak dikulit meningkat .

  •  Rambut Patah Dan Rusak

Ciri – ciri rambut ini adalah rambut yang terlihat kusam , selain itu rambut jenis ini mudah patah dan ujungnya bercabang . faktor penyebab raambut patah dan rusak sangat beragam namun salah satunya adalah karena terlalu sering mengalami perlakuan semacam pewarnaan , rebonding , pengertitingan dan lain lain. 

Untuk menjaga dan mempertahankan agar rambut tidak makin parah . gunakanlah produk sampo yang mengandung ginseng dan protein kompleks sehingga bisa membantu dalam menguatkan akar rambut anda .

  • .      Rambut Kering

Ciri – ciri khususnya adalah kaku , kusam , sulit diatur , dan mudah patah . jika rambut anda termasuk yang ini maka yang harus anda lakukan adalah memberikan kelembapan ekstra . caranya , gunakanlah sampo yang mengandung yogurt .
Banyak sekali pakar kecantikan rambut yang menyakini bahwa yogurt mampu menyehatkan dan dapat melembutkan rambut .

  •        Rambut Normal

Nah , jika rambut anda terlihat kuat , lembut , mengembang dan berkilau ,bersyukurlah anda memiliki rambut seperti ini ,anda tidak perlu perwatan ekstra . Cukup menjaga dan merawat rambut dengan keramas yang rutin serta menjaga kesehatan rambut anda.

Sekian artikel saya mohon maaf apabila ada kesalahan

Terimakasih sumber : buku panduan cewek pintar – nabila .

Contact Me


contact me : 
1. Haura Maysiska
Email : haurasiska@gmail.com
Facebook : Haura Maysiska

2. Melisa
Email : melisa160194@gmail.com
Facebook: Melisa Rayle

Semoga bermanfaat .. :)





ME


Nama ku Haura Maysiska , aku lahir di Pekanbaru pada tanggal 29 bulan 5 tahun 1998 . Aku bertiga bersaudara , aku anak pertama yang kedua adikku perempuan namanya Haulia Afrida dan yang bungsu adikku laki – laki namanya Azzam Fadli . Aku sekarang bersekolah di SMK N 1 pekanbaru . Dan jurusan ku TKJ . Ekskul yang aku pilih adalah Rohis “ Rohis Smekansa peknabaru “ .
Kalo ada seputar pertanyaan kamu boleh tanya kan pada aku
Terimaksih J

Sabtu, 06 Juni 2015

NASEHAT LUQMAN AL-HAKIM KEPADA ANAKNYA


  Ø¨ِسۡـــــــــمِ ٱللهِ ٱلرَّØ­ۡـمَÙ€ٰÙ†ِ ٱلرَّØ­ِـــــــيمِ

اللَّÙ‡ُÙ…َّ صَÙ„ِّ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØ­َÙ…َّد ÙˆَعَÙ„َÙ‰ آلِ Ù…ُحمَّدٍ
 .

Luqman Al-Hakim mengajar anaknya ilmu yang datang dari sisi Allah Yang Maha Mengetahui. Beliau pernah berpesan dan menasihati anaknya:.


1.  “Wahai anak kesayanganku! Allah SWT memerhatikan dirimu dalam kepekatan malam, semasa engkau bersolat atau tidur lena di belakang tabir di dalam istana. Dirikan solat dan jangan engkau berasa ragu untuk melakukan perkara makruh dan melempar jauh segala kejahatan dan kekejian.” 


2.  “Wahai anakku! Selalulah berharap kepada Allah SWT tentang sesuatu yang menyebabkan untuk tidak menderhakai Allah SWT. Takutlah kepada  Allah SWT dengan sebenar-benar takut (takwa), tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat Allah SWT.”


3.  “Wahai anak! janganlah engkau mempersekutukan Allah SWT (dengan sesuatu yang lain), sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kezaliman yang besar.”


4.  “Wahai anakku, Bersyukurlah kepada Tuhanmu kerana kurniaan-Nya. Orang yang mulia tidak mengingkari Penciptanya kecuali orang yang kufur.” 


5. “Wahai anakku! Bukanlah satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah seperti orang yang mencari kayu api, maka setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia masih mahu menambahkannya.”


 6.  “Wahai anakku! Ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke dalamnya. Jika engkau ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan sampan yang bernama TAKWA, isinya ialah IMAN dan Layarnya adalah TAWAKKAL kepada Allah SWT.”


7. “Wahai anakku! Orang-orang yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat penjagaan dari Allah SWT. Orang yang insaf dan sedar setelah menerima nasihat orang lain, maka dia akan sentiasa menerima kemulian dari Allah SWT juga.”


8.  “Wahai anakku! Jadikanlah dirimu dalam segala tingkahlaku sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian atau mengharap sanjungan orang lain kerana itu adalah sifat riya’ yang akan mendatangkan cela pada dirimu.”


9.   “Wahai anakku! Jangan engkau berjalan sombong serta takbur, Allah SWT tidak meredai orang yang sombong dan takbur.”


10. “Wahai anakku! Selalulah baik tutur kata dan halus budi bahasamu serta manis wajahmu, dengan demikian engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah memberikan barang yang berharga.”


11.  “Wahai anakku! Bilamana engkau mahu mencari kawan sejati, maka ujilah dia terlebih dahulu dengan berpura-pura membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha menginsafkan kamu, maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati-hatilah.”


12.  “Wahai anakku! Apabila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu.”


13.  “Wahai anakku! Sesesiapa yang penyayang tentu akan disayangi, sesiapa yang pendiam akan selamat daripada berkata yang mengandungi racun dan sesiapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari berkata kotor tentu akan menyesal.”


14.  “Wahai anakku! Bergaul rapatlah dengan orang yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata nasihatnya kerana sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasihatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata-katanya bagaikan tanah yang subur lalu disirami air hujan.”


15.  “Wahai anakku! Janganlah engkau mudah ketawa kalau bukan kerana sesuatu yang menggelikan hati, janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak ada guna bagimu, dan janganlah mensia-siakan hartamu.”


16.  “Wahai anakku! Sekiranya kamu di dalam solat, jagalah hatimu, sekiranya kamu makan, jagalah kerongkongmu, sekiranya kamu berada di rumah orang lain, jagalah kedua matamu dan sekiranya kamu berada di kalangan manusia, jagalah lidahmu.”


17.  “Wahai anakku! Usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata-kata yang busuk dan kotor serta kasar, kerana engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, berusahalah agar bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.”


18.  “Wahai anakku! Berdiam diri itu adalah hikmah (perbuatan yang bijak) sedangkan amat sedikit orang yang melakukannya.”


19.  “Wahai anakku! Janganlah engkau menghantarkan orang yang tidak cerdik sebagai utusan. Maka bila tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi utusan.”


20. “Wahai anakku! Janganlah engkau bertemankan dengan orang yang bersifat talam dua muka, kelak akan membinasakan dirimu.”


21.  “Wahai anakku! Sesungguhnya orang bertalam dua muka bukan seorang yang jujur di sisi Allah SWT.”


22.  “Wahai anakku! Jauhilah bersifat dusta, sebab berbohong itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit sahaja berdusta itu telah memberikan akibat yang berbahaya.”


23. “Wahai anakku! Sesiapa yang berbohong hilanglah air mukanya dan sesiapa yang buruk akhlaknya banyaklah dukacitanya.”


24. “Wahai anakku! Bersabarlah di atas apa yang menimpa dirimu kerana yang demikian itu menuntut kepastian kukuh daripadamu dalam setiap kejadian dan urusan.”


25.  “Wahai anakku! Apabila engkau mempunyai dua pilihan di antara takziah orang mati atau hadir majlis perkahwinan, pilihlah untuk menziarahi orang mati, sebab ianya akan mengingatkanmu kepada kampung akhirat sedangkan menghadiri pesta perkahwinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi sahaja.”


26. “Wahai anakku! Janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, kerana sesungguhnya makan yang terlalu kenyang itu adalah lebih baiknya bila makanan itu diberikan kepada  anjing sahaja.”


27.  “Wahai anakku! Janganlah engkau terus menelan sahaja kerana manisnya barang dan janganlah terus memuntahkan saja pahitnya sesuatu barang itu, kerana manis belum tentu menimbulkan kesegaran dan pahit itu belum tentu menimbulkan kesengsaraan.”


28. “Wahai anakku! Aku pernah makan makanan yang baik dan memeluk yang terbaik tetapi aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih lazat daripada kesihatan.”


29. “Wahai anakku! Seandainya perut dipenuhi makanan, akan tidurlah akal fikiran, tergendala segala hikmah dan lumpuhlah anggota badan untuk beribadat.”


30. “Wahai anakku! Apabila perutmu telah penuh sesak dengan makanan, maka akan tidurlah fikiranmu, menjadi lemah hikmahmu dan berhentilah (malas) seluruh anggota tubuhmu daripada beribadat kepada Allah SWT dan hilanglah kebersihan hati (jiwa) dan kehalusan pengertian, yang dengan sebab keduanyalah dapat diperoleh lazatnya munajat dan berkesannya zikir pada jiwa.”


31.  “Wahai anakku! Makanlah makananmu bersama sama dengan orang orang yang takwa dan musyawarahlah urusanmu dengan para alim ulamak dengan cara meminta nasihat dari mereka.”


32. “Wahai anakku! Jangan engkau berlaku derhaka terhadap ibu dan ayahmu dengan apa jua sekalipun, melainkan apabila mereka menyuruhmu derhaka kepada Yang Maha Berkuasa.”


33. “Wahai anakku! Allah mewasiatkan dirimu; berbuat baiklah dengan ibu dan ayahmu. Justeru, jangan engkau mengherdik mereka dengan perkataan mahupun perbuatan dibenci.”


34. “Wahai anakku! Seandainya ibubapamu marah kepadamu kerana kesilapan yang kamu lakukan, maka marahnya ibubapamu adalah bagaikan baja bagi tanam-tanaman.”


35. “Wahai anakku! Orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat dan taat kepada Allah SWT, maka dia tawadduk kepada Allah SWT, dia akan lebih dekat kepada Allah SWT dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada Allah SWT.”


36. “Wahai anakku! Seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya kerana tidak dipercayai orang dan seorang yang telah rosak akhlaknya akan sentiasa banyak mengelamunkan hal-hal yang tidak benar.”


37.  “Wahai anakku! Andainya ada sebutir biji sawi terpendam di dalam batu, pasti ketahuan jua oleh Tuhanmu Yang Maha Melihat, Allah Amat Mengetahui segala sesuatu, zahir mahupun batin atau apa yang engkau sembunyikan di dalam dadamu.”


38. “Wahai anakku! Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mahu mengerti.”


39. “Wahai anakku! Engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih lagi daripada semua itu adalah bilamana engkau mempunyai jiran yang jahat.”


40. “Wahai anakku! Aku pernah memindahkan batu-bata dan memikul besi, tetapi aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih berat daripada hutang.”


41.  “Wahai anakku! Jauhkan dirimu dari berhutang, kerana sesungguhnya berhutang itu boleh menjadikan dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.”


42. “Wahai anakku! Apakah tidak engkau perhatikan, apa yang Allah bentangkan bagimu apa-apa yang ada di langit dan di bumi daripada kebaikan yang amat banyak?”


43. “Wahai anakku! Apa yang engkau menikmati di kehidupan ini lantaran kurniaan-Nya yang penuh keamanan, keimanan dan kebaikan yang melimpah ruah, di taman dunia yang subur mekar dengan bunga-bungaan serta tumbuhan yang berseri-seri.”


44. “Wahai anakku! Ambillah harta dunia sekadar keperluanmu sahaja dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekalan akhiratmu.”


45. “Wahai anakku! Janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan oleh dunia saja kerana engkau diciptakan Allah SWT bukanlah untuk dunia sahaja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya.”


46. “Wahai anakku! Jangan engkau buang dunia ini ke bakul sampah kerana nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta meneguk habis airnya kerana sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka.”


47.  “Wahai anakku! Tidak ada kebaikan bagimu untuk mempelajari apa yang belum kamu tahu sedangkan kamu belum beramal dengan apa yang kamu tahu.”


48. “Wahai anakku! Ingatlah dua perkara iaitu Allah SWT dan mati, lupakan dua perkara lain iaitu kebaikanmu terhadap hak dirimu dan kebaikanmu terhadap orang lain.”


49. “Wahai anakku! Kehinaan dalam melakukan ketaatan kepada Allah SWTlebih mendekatkan diri daripada mulia dengan maksiat (perkara menyebabkan dosa) kepada-Nya. Janganlah anakku undurkan melakukan taubat, sebab kematian datangnya tiba-tiba, sedang malaikat maut tidAk memberitahukannya terlebih dulu.”


50. “Wahai anakku! Sesungguhnya lama bersendirian itu dapat memahami untuk berfikir dan lama berfikir itu adalah petunjuk jalan ke syurga.”